Kamis, 06 Januari 2011

Mahasiswa : Kekasih yang dirindukan Bangsanya


Oleh : Nurfazlina


Bangsa ini lahir dengan usaha yang tidak mudah. Kita secara gamblang bisa mengatakan bangsa ini yang lahir setelah dijajah Portugis, Belanda dan Jepang. Ketika kita kembali membuka catatan sejarah bangsa ini beberapa puluh tahun silam, kita akan menemukan nama Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, Cut Nyak Dien, dan tokoh-tokoh bangsa lain yang tertera disana. Apa yang telah mereka lakukan dimasa silam telah membuat kita bisa menyenyam titel warga negara Indonesia, memperoleh kemerdekaan dan memperoleh pengakuan akan hak sebagai warga negara. Bangsa ini bagai sebatang pohon yang telah hidup sejak diproklamirkan oleh Bung Karno pada 17 Agusutus 2010. Bangsa ini senantiasa dipupuk dengan perjuangan- perjuangan founding father dan tokoh dimasa silam. Pembentukan UUD 1945 sebagai konstitusi bangsa, pancasila sebagai dasar negara, dan sumpah pemuda sebagai janji para pemuda Indonesia yang lahir atas rasa persatuan yang dipupuk oleh pemuda-pemuda saat itu cukup mengingatkan kita kembali bahwa bangsa ini telah dilahirkan dan dibangun oleh pemuda dan tokoh bangsa beberapa tahun silam.

Dulu, bangsa ini memilki pemuda- pemudi yang membanggakan persatuan dan kesatuan dengan latar belakang yang berbeda, pendapat dan pikiran yang berbeda tapi satu hal yang sama yaitu berjuang bersama dalam peran serta mempertahankan tanah air dari para penjajah yang sudah sekian lama terus menindas bangsa kita. Kondisi ketertindasan yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan hartabat bangsa Indonesia dan mengharumkan nama bangsa.  Sumpah pemuda merupakan karya nyata yang dilakukan pemuda dimasa silam.
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumber : wikipedia


Teks ini mengingatkan kita ketika dulu masih berseragam putih merah diminta untuk menghafal isi sumpah pemuda ini dan membacanya secara lantang di depan kelas. Hal ini berlalu begitu saja tanpa mengerti makna sumpah pemuda. Suatu hal yang dilakukan karena merupakan bagian proses belajar. Sama halnya dengan peringatan sumpah pemuda yang berganti setiap tahun tanpa mengerti akan implemtasinya.


Namun, jika kita bandingkan dengan sebuah pemahaman akan sumpah pemuda oleh kaum terpelajar seperti mahasiswa, mahasiswa akan memberikan penjelasan dan implementasi sesuai dengan ilmu mereka. Tidak hanya tahu dan hafal. Mahasiswa yang terkenal dengan idealisme mungkin telah paham esensi dari sumpah pemuda.


Indonesia yang merupakan hasil karya dan perjuangan pemuda bangsa silam, saat ini menampakkan wajah suram dan tak cerah lagi. Kompleksitas permasalahan yang menimpa bangsa ini memudarkan cita-cita pemuda bangsa silam akan keutuhan dan kejayaan bangsa. Rangkaian kejadian demi kejadian, permasalan demi permasalahan, ancaman demi ancaman, tantangan demi tantangan senantiasa mewarnai wajah Indonesia saat ini dan tak kunjung menemukan solusi akan komplekitas ini. Kemiskinan, krisis moral, konflik sosial, krisis budaya dan kesadaran akan hukum dan nasionalisme menjadi makanan pokok bangsa ini. Bencana yang tak kunjung berhenti juga menjadi masalah bangsa ini. Pernyataan “bangsa ini masih terjajah  dan masih pantaskah kita menyebut bangsa kita merdeka ”  bukanlah hal yang dapat dipungkiri dari realita yang ada pada bangsa kita.


Indonesia sekarang sebenarnya masih tertindas dan terjajah disebabkan oleh pola pikir dan paradigma yang disuapkan oleh paradigma yang ada dan sempit akan strategi sosial, budaya, hukum, moral dan ekonomi.
Medan (ANTARA News) – Kondisi masyarakat Indonesia saat ini merupakan yang terburuk dalam 36 tahun terakhir, ujar Wakil Ketua Badan Legislasi DPR RI, Bomer Pasaribu. “Presiden SBY dalam Pidato Kenegaraan Januari lalu menyebutkan di Indonesia terdapat sebanyak 19,2 juta rumah tangga miskin atau sekitar 36,3 persen. Namun Bank Dunia menyebutkan 108 juta rumah tangga miskin (49 persen) di Indonesia dan merupakan yang terbesar dan terburuk dalam 36 tahun terakhir,” ujarnya.


Berita diatas cukup miris dan membuka mata kita. Namun,  hal yang lebih mencengangkan kita adalah krisis moral bangsa yang semakin meningkat seperti korupsi dikalangan pejabat negara yang juga tak kunjung selesai. Bahkan pemuda khususnya mahasiswa juga mengambil andil dalam permasalahan ini. Banyak kita lihat dan dengar tingkah laku pemuda khususnya mahasiswa yang menampakkan karakter yang buruk.
Melihat kembali pada masa lalu bahwa Indonesia dulu adalah hasil karya pemuda, maka indonesia sekarang dan akan datang juga membutuhkan pemuda.untuk menjawab kondisi bangsa ini atau setidaknya tidak menambah persoalan bangsa ini.


Mahasiswa adalah bagian dari pemuda-pemuda bangsa yang memilliki kelebihan dari segi penguasaan ilmu pengetahuaan, idealisme dan dipersiapkan untuk bekerja dan berkontribusi terhadap bangsa dikemudian hari kelak. Mahasiswa adalah kalangan akademis yang dikenalkan  dan ditanamkan prinsip Tridharma perguruan tinggi dalam diri mereka yaitu pengabdian, penelitian, dan pengetahuan. Dengan segelintir kelebihan yang disandang dan diberikan oleh bangsa terhadap pembentukan karakter mahasiswa yang sebenarnya ini, sudah selayaknya bangsa sangat membutuhkan mahasiswa untuk berkontribusi bagi bangsa ini dikemudian hari. Bangsa membutuhkan tangan-tangan pemuda khususnya mahasiswa untuk menjawab persoalan bangsa saat ini.


Namun, saat ini kita masih belum melihat lahirnya mahasiswa sebagai pemuda dan agent of change yang benar-benar mampu, unggul, berdaya saing, dan memiliki nasionalisme. Secara jujur yang banyak kita lihat saat ini mahasiswa hanyalah yang sibuk aksi dan  mengkoar-koarkan idealisme dan kritik mereka terhadap kinerja pemerintah. Bukan berarti ini salah dalam konteks pengabdian dan konstribusi mahasiswa terhadap bangsa. Namun jika ditelaah lebih lanjut, apakah aksi ini memberi manfaat akan kinerja pemerintah dikemudian hari. Yang kita lihat saat ini hanyalah aksi adalah aksi dan pemerintah adalah pemerintah.


Secara konteks alamiah dan mendasar, mahasiswa bukan hanya intektualis bangsa yang hanya mampu melakukan aksi untuk konstribusi terhadap bangsa ini. Namun mahasiswa mampu melakukan hal yang lebih dari itu. Menjadi sosok yang berkarakter baik dan berkontribusi secara nyata terhadap masyarakat seperti proyek kerja sosial dan penelitian sudah cukup mempersiapkan mahasiswa menjadi agen yang dirindukan bangsa ini dikemudian hari ketika benar-benar harus terjun dan menjadi bagian dari pembangun bangsa yang sesungguhnya.


Bangsa ini merindukan sosok Bung Karno, Bung Syahrir, Bung Hatta, dan tokoh bangsa lainnya  yang lahir dari status mahasiswa, sosok Soetomo, mahasiswa atau pelajar STOVIA mempelopori lahirnya Budi Utomo sebagai awal pergerakan nasional, sosok  mahasiswa lain seperti R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan Brentel yang  terlibat dalam Indische Vereeniging yang bertujuan untuk memajukan kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia,  dan sosok pemuda-pemuda dalam ikut serta dalam lahirnya sumpah pemuda.

 

"Berikan aku sepuluh pemuda yang cintanya membara pada Tanah Air, maka akan kugoncangkan dunia." - Ir. Soekarno. Pernyataan Bung Karno ini menggambarkan pemudalah penentu nasib bangsa dimasa yang akan datang. Pemuda yang memiliki rasa cinta membara terhadap bangsanya layaknya cinta terhadap kekasihnya. Mahasiswa merupakan sosok yang istimewa dikalangan pemuda. Rasa cinta terhadap bangsa yang senantiasa ditanamkan dibangku kuliah sudah sepatutnya dipertanyakan oleh bangsa ini. Kerinduan bangsa yang mendalam terhadap mahasiswa tergambar dari guratan sedih bangsa ini. Sudah saatnya kita sebagai mahasiswa mewujudkan pernyataan Bung Karno diatas. Menjadi bagian dari sepuluh pemuda yang mencintai bangsa dengan membawa title intimewa yaitu mahasiswa setidaknya menjadi pelipur lara kondisi bangsa saat ini dan sedikit demi sedikit menghilangkan guratan sedih di wajah Indonesia.

 

Daftar Pustaka :


http://www.antaranews.com/view/?i=1183722362&c=EKB&s=

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak