Rabu, 30 Agustus 2017

Assalaamu’alaikum uda, suamiku tercinta, imamku...

Sejak akad itu diucapkan, ingin sekali menuliskan tapi entah kenapa pena ini tak tergores, kata-kata hanya tersimpan dibenak, tak tertuang ke dalam tinta, hanya dalam ucapan dan bisikan hati, dalam syukur, terkadang dalam sabar, dalam ikhlas...

Kala jauh, baru aku bisa menuliskan, mungkin begitu. Kala sedih, kala rindu baru bila tertuang, baru bisa tertuliskan.

Aku memilihmu... mungkin kamu sering bertanya-tanya. Atau banyak diluar sana banyak bertanya. Aku hanya bisa menjawab. Aku memilihmu karena Allah. Setiap malam di istikharah dan tahajudku satu bulan itu aku memohon petunjuk padaNya.

Darimu aku  belajar. Belajar untuk sabar, ikhlas, sederhana. Darimu aku belajar menjadi istri shalehah walau aku tau aku sangat jauh dari itu, jauh dari sempurna.

Pasca menikah kita harus berpisah, namanya kawin ganggang karena dibulan puasa. Alhamdulillah kita bisa melewatinya hingga lebaran dan hari baralek tiba. Lalu kita pun berbuka, merasakan indahnya cinta karenaNYa, kita disibukkan proses adat manjalang, lalu kita honeymoon, homestay disekitaran sumbar saja. Alhamdulillah.. aku sudah bahagia. Cukup dengan hal yang sederhana.

Hari cutimu pun abis. Kita mulai tinggal bersama di lubuk basung. Merasakan jadi ibu rumah tangga, mengurus suami, awalnya memang sulit, membosankan, aku terkadang tak bisa menerima. Ingin sekali berkarier seperti ibu-ibu di kantor uda. Tapi aku harus sabar hingga jadwal internship itu tiba.

Hingga jadwal internship untuk agus ini pun tiba. Aku dihadapkan pada pilihan apakah dirimu ijin dan aku siap berpisah denganmu dan iship di kota berbeda. Semalaman aku berfikir dan istikharah, akhirnya aku siap melepas jadwal iship agus ini. Bersabar menunggu jadwal iship berikutnya dimana ada wahana RS satu kota denganmu sehingga kita tinggal bersama, dimana RS itu bersebelahan dengan kantormu dan memilih tinggal di kota yang sama dengan mu.

Tiga hari pasca ku memutuskan tidak ikut iship bulan ini. Aku lagi-lagi dihadapkan pada pilihan. Dosen yang aku bantu disertasinya selama satu bulan tepat sebelum pernikahan, menghubungi untuk membantunya lagi dan meminta untuk standby di Padang. Apa dayaku. Aku lagi-lagi dihadapkan pada pilihan. Kali ini aku memutuskan untuk berpisah darimu mungkin untuk satu bulan ini, hingga jadwal isip november dan aku bisa diterima di RS satu kota denganmu, meski ku tau dirimu sulit untuk mengijinkan dan menerima. Maafkan aku. Maafkan aku. Sungguh. Aku minta maaf. Mungkin tulisan ini yang bisa aku tuliskan. Sembari kita berjauhan. Doakan aku dalam membantu dosen ini. Aku selalu mendo’akan uda disana. Senantiasa dalam lindunganNya.

“Aku tak pernah tau apa yang terbaik. Aku hanya mencoba menjalani melangkah hingga mungkin kaki ini lelah, berjuang sampai dimana ia berakhir. Aku tak tau apa yang ku tuju. Aku tak tau harus bagaimana. Aku hanya selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang membuatku harus memilih tapi tak bisa memilih. Aku tau belum bisa membahagiakanmu, selalu berada disampingmu, selalu melayanimu, menjadi istri shalehah. Aku kira aku bisa melakukan segala, membuat pilihan yang tak menyakiti siapapun. Maafkan aku. Tapi aku yakin dirimu bisa mengerti. Untuk sementara aku mengajakmu untuk menangis sejenak, merasakan jauh dan tak berdekatan, mungkin aku jahat membuatmu pusing, sedih, rindu, tapi tahukah kamu, aku lebih sedih dan lebih rindu, bahkan selalu menyalahkan diriku. Apalah dayaku. Hidupku seperti ini. Aku memilih jauh darimu. Maafkan aku. Ku harap kamu bisa mengerti. Ku harap kesibukanmu dan kesibukanku bisa mengobati sejenak kerinduan itu dan membuat jadi terbiasa. Bahwa tak selamanya bersama menjadi pilihan. Kamu pernah bilang, jangan terlalu mencinta. Cintai Allah diatas segalanya. Semoga ketika ku dekati Dia Dia menyatukan kita lagi. Aku tak tau kenapa ujian demi ujian datang. Ketika aku telah bahagia, sabar, dan ikhlas tinggal bersamamu, berada disampingmu, mengurusmu, melayanimu, memasak, mencuci, lalu temanku dengan baik hati memberi info wahana iship agus dimana terdapat wahana baru, RS di provinsi yang sama, walau kota berbeda. Kenapa? Harusnyakan dibiarkanNya aku bahagia bersamamu. Lalu aku putuskan untuk tetap tinggal bersamamu, mundur menjadi iship berikutnya di rs di kota yang sama denganmu. Kemudian beberapa hari kemudian datang lagi info dari dosen untuk menanyakan kesiapanku membantunya lagi. Kali ini aku goyah, sungguh aku goyah, * ingin mencoba. Apakah ini ujian dariNya lagi, atau rahmat dan rejeki dariNya? Entahlah... maafkan aku suamiku tercinta karena Allah”


Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak