Sabtu, 14 September 2013

Tulisanku : Lantas, Apa Yang Bisa Kita Lakukan?

14 September 2013 pukul 3:46 
 
Sekali lagi, sebenarnya tidak ada penghalalan untuk profesimu yang mengharuskan untuk berhubungan dengan lawan jenis, bahkan walaupun itu hal yang terpaksa karena memang belum ada aturan/kebijakan yang menjadikan praktekmu dilakukan pada sesama jenis. Maka, jika memang itu tidak halal, lantas apa yang bisa kita lakukan, wahai calon dokter muslim/muslimah? Ya, yang bisa kita lakukan adalah senantiasa meminimalkan bercontact dengan pasien lawan jenis. Jika memang tidak bisa dihindari, senantiasa beristighfar, memohon ampun padaNya dan meningkatkan amal ibadah untuk mengganti dosa-dosa itu. :) Sebagai contoh, ketika Skill Lab,  Yang menjadi OP (Orang Percobaan) kebanyakan adalah laki-laki karena aurat laki-laki biasanya masih bisa terjaga. Jika OP-nya yang ditentukan dosen adalah lawan jenis, sebisa mungkin coba hindari dan minimalkan bercontact dengannya, kemudian beristighfarlah, mohon ampun padaNya, dan tingkatkan amal ibadah sebagai penebus dosa-dosa. Jika situasi memungkinkan (seperti materi yang tidak mengharuskan membuka aurat dan hanya memegang atau meraba saja) dan boleh memilih atau mengajukan OP pada dosen, sebaiknya dilakukan dengan sesama jenis. :)
Hal ini juga terjadi pada jurusan/ profesi lain. Contoh saja jurusan ekonomi atau akuntansi yang tak bisa mengelak profesi pada bank-bank konvensional. Padahal, secara ekonomi islami, kita tau bahwa sistem bunga yang digunakan adalah riba. Ya, lantas apa yang bisa kamu lakukan, wahai calon ahli ekonomi atau akuntan? Yang bisa lakukan adalah jika yakin, berusahalah mencari pekerjaan pada bank-bank yang memang syar’i seperti saat ini telah menjamur bank-bank syariah. Nah, bagaimana jika sulit, jika telah diterima dan bekerja di bank konvensional, atau jika tawaran bekerja dibank konvensional ada didepan mata. Sebenarnya ketika bekerja di bank konvensional, gaji yang diperoleh adalah upah atas kerja. Fair bukan? Ya, tetapi sekali lagi tidak ada penghalalan untuk hal ini. Senantiasalah beristighfar, memohon ampun padaNya, dan meningkatkan amal ibadah untuk mengganti dosa-dosa itu. Dan untuk hal simple dulu adalah jangan gunakan bunga bank konvensional untuk kebutuhan, untuk biaya hidup, atau untuk hal-hal yang akan menjadi darah daging. Tetapi gunakan bunga itu untuk kemaslahatan umat, untuk hal-hal yang tidak akan mengalir pada darah ditubuhmu dan keluargamu karena sekali lagi bunga adalah riba, bukan?
Bagaimana dengan jurusan/profesi lain?
Salam semangat :) salam perjuangan :) untuk yang berusaha memperbaiki diri dan berusaha meniti hidup dijalanNya :)
dikutip dari catatan Liqo’ dan Tasqif Minggu ini :)
NB : Jika ada yang salah dan kurang tepat dalam ditulisan diatas, mohon dikoreksi ya. Ini adalah apa yang bisa saya tangkap dan simpulkan. Sungguh kelalaian dan kesalahan adalah karena datangnya dari diri saya pribadi :)

Rabu, 11 September 2013

Tulisanku : Egoku, menyakitimu?

11 September 2013 pukul 6:52
 
Sebelumnya, boleh share dulu. Sepertiya sudah lama tidak menorehkan isi pikiran dalam notes di fb ini. Seperti ada rasa yang hilang, kosong, hampa, dan sepi. Sungguh, tulisan ini bukan untuk menghakimi, mengajari, atau menggurui. Namun, dari relung hati paling dalam, tulisan ini hanya untuk berbagi agar kita dapat saling memahami dan menguatkan :)

Sebenarnya, Tulisan ini terinspirasi dari bahasan LO dalam kuliah Psikiatri minggu ini. Bagian ini pun dibahas layaknya kuliah Psikologi. Mungkin teman-teman dari Psikologi lebih memahami dan mendalami hal ini. Ini hanya sebagian kecil ilmu yang dibahas sebagai pengantar untuk lebih memahami gangguan kepribadian :)

Secara teoritis, Ego dibawa sejak lahir, tetapi berkembang seiring dengan hubungan individu dengan lingkungan. Prinsipnya realitas atau kenyataan. Untuk bisa bertahan hidup, individu tidak bisa semata-mata bertindak sekedar mengikuti impuls-impuls atau dorongan-dorongan, individu harus belajar menghadapi realitas. Sebagai ilustrasi dari pernyataan ini, ”seorang anak harus belajar bahwa dia tidak bisa mengambil makanan karena terdorong secara impulsif ketika dia melihat makanan”. Jika ia mengambil makanan itu dari orang yang lebih besar,maka ia akan kena pukul. Ia harus memahami realita sebelum bertindak. Bagian dari jiwa atau struktur kepribadian yang menunda impuls secara langsung dan memahami realita seperti ini disebut ego. Menurut Freud, ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realita, berisi penalaran dan pemahaman yang tepat. Ego berusaha menahan tindakan sampai dia memiliki kesempatan untuk memahami realitas secara akurat, memahami apa yang sudah terjadi didalam situasi dimasa lalu, dan membuat rencana yang realistik dimasa depan.

Ego mempunyai beberapa fungsi diantaranya:
a) Menahan menyalurkan dorongan
b) Mengatur desakan dorongan-dorongan yang sampai pada kesadaran
c) Mengarahkan suatu perbuatan agar mencapai tujuan yang diterima
d) Berfikir logis
e) Mempergunakan pengalaman emosi-emosi kecewa sebagai tanda adanya suatu yang salah,yang tidak benar,agar kelak dapat dikategorikan dengan hal lain untuk memusatkan apa yang akan dilakukan sebaik-baiknya.

Sepertinya bahasan diatas terlalu rumit dan memusingkan bukan. Mari kita mulai dari pemahaman simple.
Ego adalah mekanisme psikologis manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya SENDIRI. Ego tersebut berupa dorongan yang secara emosional membuat manusia untuk selalu mencari dan mengusahakan apa apa yang dibutuhkannya. Ego yang sangat simpel adalah ego untuk makan, minum, bernapas, tidur, ke kamar mandi, menikah, dan lain sebagainya. Ego yang sedikit belibet adalah ego untuk mempertahankan diri, mempunyai tempat tinggal, dan perasaan aman secara umum atau bisa disebut safe zone. Ego yang rumit adalah ego untuk merasa DIAKUI, DICINTAI, DIHARGAI, DIPAHAMI, DIHORMATI, MERASA MEMILIKI, dan lain sebagainya.

Ego rumit inilah yang seringkali membuat masalah dalam hubungan antar manusia.
Setiap orang mempunyai ego rahasia yang tidak ingin diketahui oleh orang lain, tetapi ingin orang lain memenuhi ego tersebut. Terdengar sangat EGOIS bukan? Ego tersebut biasanya berasal dari kejadian buruk di masa lalu. Hal tersebut adalah wajar, karena manusia adalah makhluk yang berakal, dan tentu saja menggunakan segala cara untuk menghindari rasa SAKIT di masa lalu terulang kembali. Memberitahukan ego (baca : keinginan terpendam) tersebut kepada orang disekitar, dengan jujur, terbuka, dan apa adanya, adalah hal yang sangat dihindari. Alasannya antara lain malu, harga diri, dan dalih “menjaga perasaan orang disekitar kita”.

Contohnya, ada seseorang yang di masa kecilnya dikucilkan oleh lingkungannya. Lambat laun ia tumbuh menjadi seseorang yang rendah diri. Ketika dewasa kelak, ia akan merindukan seseorang yang bisa menerima dia apa adanya, menjadi tempat berlabuh terakhir bagi hatinya yang terombang ambing oleh ganasnya realita kehidupan.

Menariknya, ego memang merupakan respon alami jiwa terhadap yang terjadi dalam kehidupan, tetapi
seseorang dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.

Apa yang bisa kita lakukan?

Yang jelas, jangan berharap dapat menghilangkan ego seseorang, setidaknya dalam waktu yang singkat. Ego adalah mekanisme setiap orang untuk mempertahankan kedamaian hidupnya. Bukankah itu yang memang dikejar oleh semua orang, kedamaian dalam hidup, perasaan tenang, dan kedamaian spiritual?

Kita hanya bisa MENYADARI bahwa setiap orang punya ego masing masing, punya keinginan masing masing, yang sering kali kita tidak bisa saling mengungkapkan secara terbuka hal hal tersebut (dan tidak bisa saling menebak).

Maka, kita jangan menghakimi seseorang yang kelihatannya punya ego BESAR. Kita tentunya juga memiliki ego masing-masing bukan?, Cukup dengan MENYADARI dan saling MENGINGATKAN dengan cara yang anggun, maka hubungan antar manusia akan berjalan dengan baik.

Salam Semangat :) untuk yang berusaha memperbaiki diri dan berusaha mengajak orang disekitarnya menuju kebaikan :-)

Keep smiling menjalani hari-hari dalam hidup :)

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak