Selasa, 01 November 2011

Mereka Adalah Keluarga Baruku ( Turun I Kabin V )

oleh Nur Fazlina pada 1 November 2011 pukul 7:22 ·

Awalnya emang ragu untuk ikut kabin atau tidak. Bukan lebih karena takut ketinggalan kuliah atau bahkan takut gagal dalam membina keluarga yang diamanahkan, melainkan lebih kepada kesibukan akhir-akhir ini seperti LKMM, MAI, OR dan BBMK MRC, dll ditambah cuaca yang tidak bersahabat sehingga lebih menguras tenagaku melawan sekelumit virus yang menyerang tubuh hingga kemaren aku tumbang dan kalah oleh virus-virus itu. Namun, syukurlah teman-teman tutorial menyemangati untuk tetap ikut : Kabin kan baru langkah awal. Kalau pun gagal, kita kan bisa belajar dari kegagalan tersebut untuk FOME tahun depan. Nah, kalau ikut kabin tahun depan, konsentrasi kita harus dibagi 2 dong, KABIN dan FOME. Soal sakit, Alin coba tingkatin imunitas dengan 2 cara : Alami seperti minum bandrek, skoteng, makan telur separuh matang, makan yang pedas-pedas, tidur yang cukup,dll dan Konsumsi obat seperti paraceramol, STM (?), vitamin, dll. Saran dari teman-teman ini dengan ditambah semangatku yang meningkat sepertinya cukup manjur dan mengalahkan sekelumit virus-virus yang senantiasa menyerang tubuh hingga 5 jam yang lalu aku pun menemukan keluarga baru yang begitu bersahabat, Bapak, Ibu dan Adik yang mengingatkanku pada bapak, ibu, dan adik nun jauh disana.

Ketika menginjakkan kaki dirumah yang baru pertama kali ku kunjungi, perasaan dihati ini pun mulai buncah, jantung berdetak sedikit kencang mungkin akibat meningkatnya kontraksi ventrikel akibat ransangan saraf simpatis dan sel-sel otak mulai bekerja mencari cara untuk mengaplikasikan materi yang telah disuapi selama ini, KOMUNIKASI EFEKTIF. Apa yang dibayangkan pun tak seratus persen sama. Ku berusaha mengingat dan mencoba trik-trik yang disampaikan saat tentiren : meyalami bapak dan ibu dalam keluarga tersebut, memperkenalkan diri dengan tanpa embel-embel membutuhkan atau dibutuhkan tetapi saling berbagi perasaan, keadaan, dan ilmu, tidak mengeluarkan kertas kumpulan data (takut dikira sensus), menanyakan nama ibu, bapak, dan adik serta anggota keluarga lain, sedikit bercerita dan sedikit canda tawa, bermain tebak-tebakan dengan si adik yang masih SD, menanyakan kesibukan ibu dan bapak sehari-hari, berbagi cerita tentang penyakit yang ibu, bapak, dan adik pernah derita, menanyakan kapan mereka bisa dikunjungi lagi, dll. Aku pun merasa lega karena bisa mencoba semua trik ini dan sang keluarga pun menyambut dengan bersahabat. Data-data yang dibutuhkan memang belum terlalu komplit, tetapi aku harus pamit karena senja mulai menampakkan diri. Anehnya, bapak dan ibunya malah memberi pisang untuk dibawa pulang. Dengan berat hati, aku pun menerima dan berterimakasih karena mungkin saja ibunya tahu kalau kami, anak kos, jarang makan pisang. Dalam perjalanan pulang yang temani tetesan hujan deras, aku dan temanku memang basah kuyup, tetapi setidaknya senyuman diawal ini meyakinkanku untuk tetap mencoba, berusaha, dan mereka adalah keluarga baruku

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak