Sabtu, 30 Agustus 2014

Ceritaku : Pediatric, 1st junior clerkship

Sebenarnya, JC atau junior clerkship sudah dimulai sejak 2 minggu yang lalu. Namun, karena 2 minggu awal berupa pembekalan dan seperti kuliah biasanya, jadi terlihat kurang berkesan. Nah.. Minggu ini kurasa cukup berkesan. Kenapa?

Pertama, aku kebagian JC di bagian anak (pediatric). Bagian yg katanya cukup serem karena preseptornya galak-galak dan pinter abis, mempertanyakan kepiawaian berkomunikasi dengan anak-anak, dan keahlian dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik karena anak bukanlah dewasa kecil.

Kedua, untuk pertamakalinya dalam 5 minggu kedepan. Kami (aku dan teman se tim ku) bisa lansung ketemu pasien anak. Alhamdulillah, anaknya sudah gede (10 tahun), kooperatif dan cerdas sehingga lansung bisa menerapkan jurus2 anamnesis dan pemeriksaan fisik. Namun, sungguh sangat disayangkan, kami belum siap dalam menggunakan jurus2 tersebut sehingga hasilnya minimal sekali. Nasihat yg dipetik : kedepannya lebih siap mengaplikasikan ilmu dalam anamnesis dan pemeriksaan fisiknya ya.. alias BELAJAR…

Ketiga, kamipun bisa membuat status pasien walau sangat banyak kekurangan karena anamnesis dan pemeriksaan fisiknya sangat minimal. Berikut status pasiennya :
“Seorang anak laki-laki (10 tahun) dibawa ibunya ke dokter karena sembab sejak 4 hari yg lalu, berawal dari kelopak mata, lalu kedua kaki, dan diikuti seluruh tubuh kecuali kedua lengan. Anak tidak demam dan tidak ada sesak. Pola makan teratur dan gizi cukup. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Dalam 6 bulan terakhir, pasien pernah dirawat karena Sindroma Nefrotik dan mendapat steroid dan pernah remisi…………”

Terakhir, salah satu kata-kata preseptor yang selalu teringat dan memotivasiku untuk bersungguh-sungguh untuk siklus anak dalam JC ini adalah “untuk yang perempuan, kalian kan akan jadi ibu. Ilmu ini akan sangat berguna. Kita akan tahu apakah pertumbuhan dan perkembangan anak kita baik atau tidak, apakah anak kita cukup imunisasi atau tidak, dsb”

So… Hamasah !!!


 

 

Rabu, 20 Agustus 2014

Ceritaku : Bapak dan Ibu Guru Tercinta...

Kali ini, air mataku menetes. Berawal dari menelpon mama, trus mama cerita, untuk kedua kalinya ketemu guru SMPku dikedai tempat mama kerja. Beliau makan bersama adik beliau yang kata mama sukses, kerja tambang di Kalimantan. Sang guru bilang kecewa, kenapa aku gag kerumah beliau waktu lebaran.

Episode haru ini mengingatkanku pada semua guru-guru tercintaku. Mulai dari guru TK yang mengenalkanku pada baca puisi, bermain, membaca, membawaku ikut lomba mewarnai tetapi tidak menang karena ketidakahlianku mewarnai dengan lincah, pawai baju adat takuluak tanduak, dan selayar, dan lain-lain.

Guru SD pun tak terlupakan dari hipokampusku. Mulai dari guru kelas 1 sampai kelas 6. Guru kelas 1 yang merupakan orang tua teman sekelasku, guru kelas dua yang kupikir sangat baik karena saat beliau menjadi wali kelasku, aku bisa mendapat juara 2 dan juara 1 dengan usahaku., guru kelas 3 yang kupikir cukup unik, karena saat beliau menjadi wali kelas, aku dan satu lagi temanku mendapat ranking 1,5, guru kelas 5 dan 6 yang merupakan guru yang pernah tinggal bersama nenek dulu yang sampai saat ini masih teringat olehku tentang tegurannya tentang sopan santun. Terimakasih guruku.

Guru SMP pun tak terlupakan. Guru b.inggris yang begitu baik dan menjadi idolaku, yang membawaku untuk ikut lomba pidato bahasa inggris tingkat kabupaten sampai tingkat provinsi. Guru matematika dan fisika yang membawaku ikut lomba, dan guru geografi yang begitu baik.

Guru SMA pun tak terlupakan. Guru kimia yang membimbingku ikut olimpiade kimia tingkat kabupaten hingga provinsi, guru biologi yang merupakan wali kelas yang begitu baik, guru kwn yang begitu baik, dan guru-guru lain yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.

Namun, ada sedihnya, ketika semua guru ini kenal aku, atau mungkin masih ingat aku, apakah mereka bangga mempunyai murid sepertiku atau malah kecewa? Murid yang sampai saat ini belum berani menemui mereka karena sampai saat ini kata sukses itu belum mampu ia persembahkan bagi gurunya. Aku tak tau kapan kata “sukses” itu terlukis karena sampai saat ini aku masih tidak tau makna sukses itu. Apakah ketika sudah wisuda, sudah kerja, sudah dinas, sudah kaya? Entahlah...

Namun, bapak dan ibu guru tercintaku... dibalik sedihku karena belum berani menemuimu... saat ini aku tengah berjuang... kadang ada senyuman.. do’akan aku bisa yudisium dan wisuda pertama ya pak, bu.. januari 2015 ini.. Aamiin. Lalu lulus ujian masuk coass dan menjadi coass. Agar ketika lebaran depan, setidaknya dengan titel “dokter muda” keberanianku terkumpul untuk menemuimu.. bapak dan ibu guruku tercinta.

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak