Kamis, 06 Januari 2011

Awareness, Acceptance and Action

Awareness, Acceptance and Action
oleh : Nurfazlina


JIka berbicara mengenai karakter , pola serta budaya bangsa ini saat ini, saya jujur mengakui ini merupakn sesuatu yang memalukan. Suatu pola tingkah laku, budaya dan peradaban yang bisa kita katakan buruk. Semua fenomena alam nyata tidak bisa kita punggkiri bahwa bangsa ini bobrok dalam hal moral, kedisipllinan, dan pola pikir.


Penyakit ini telah merambah seluruh bagian sendi-sendi bangsa ini. Para pemimpin yang merupakan sosok yang seharusnya menjadi suritauladan secara terbuka menampilkan karakter buruk dan tidak bermoral mereka. Korupsi, perselingkungan, ketidaktransparanan dan egoistis yang dijunjung tinggi seolah-seolah menadoi gaya hidup dikalangan mereka. Rasa tanggung jawab, kewajiban  dan amanah yang mereka emban menjadi sesuatu hal yang terlupakan oleh hasrat-hasrat komersial. Kekuasaan yang mereka miliki cukup memutar balikkan fakta sehari-hari. Moral yang seharusnya kita junjung, prilaku yang kita anggap baik secara serta merta berubah karena pola pikir kita telah disogok oleh kekuatan kekuasaan dan kekuatan komersil mereka. Secara jujur , kita akui bangsa ini bobrok dalam hal moral kepemimpinan.


Kita tentu dengan mudah bisa selalu menyorot kehidupan para pemimpin kita. Kita bisa saja sibuk menghakimi moral  mereka. Kita bisa saja berkutat pada penghakiman yang terus kita hujamkan pada mereka karena kebobrokan moral mereka. Namun, kita lupa sendi lain yang juga harus menjadi sendi yang sangat penting. Sendi lain yang hanya bisa kita jawab sendiri. Penyakit yang sangat parah dimiliki oleh bangsa ini adalah hanya mampu mengahakimi orang lain, namun tak mampu menghakimi diri sendir. Contoh realita saat ini adalah mahasiswa. Memang tidak bisa dikatakan salah aksi-aksi yang dilakukan olah mahasiswa dijalan-jalan untuk menunutut pemimpin kita, membuka kebobrokan pemimpin kita , menuntut hak rakyat yang telah mereka korup selama puluhan tahun, dan menuntut janji-janji menis mereka. Namun, coba pandang diri mereka atau diri kita sebagai mahasiswa. Apakah perbaikan moral yang kita teriak-teriakkan telah kita aplikasikan terlebih dahulu. Budaya terlambat, budaya  tidak bertanggung jawab, budaya mengasihi diri sendiri yang ketika melakukan kesalahan dan cenderung  mancari alasan yang menguntungkan diri sendiri, gaya hidup anak kecil yang egoistis,dll merupakan beberapa dari  contoh penyakit yang mungkin setiap kita miliki. Hanya saja kejujuran pada diri sendiri bahwa kita memang memilki hal ini belum kita miliki.
Ketidakjujuran bisa dikatakan menjadi penyebab penyakit moral yang  melanda bangsa ini. Kita berpikir bahwa kita melakukan hal-hal diatas karena  itu merupakan hal yan g lumrah. Bahkan saya miris ketika mendengan teman saya memiliki dosen yang  sering datang terlambat, istlah “gabut” dalam dunia organisasi, dan gaya gaya hidup yang sudah kita anggap biasa karena orang banya melakukannya. Sementara diluar sana, di negara yang bisa dikatakan maju menganggap bahwa kebiasan itu salah dan menggambarkan kebobrokan moral. Rasa jujur terhadap diri sendiri hilang ketika kita dipengaruhi lingkungan. Rasa kejujuran kita bahwa prilaku diatasa salah tertutupi oleh pola pikir lingkunagan yang salah. Namun, yang sangat disayangkan adalah kita tidak mampu mempertahankan kejujuran diri yang kita miliki untuk merubah kebiasaab yang dianggap benar itu menjadi suatu kebiasaan yang kita benci untuk dilakukan.


Dalam melihat kasus kebobrokan moral masing-masing kita dan ketidakjujuran pada diri sendiri ini. Saya mencoba mengangkat 3 poin penting dan mendasar sekali. Prinsip ini cenderung dikenal dengan “three of A : Awaraness, Acceptance and Action”


Awareness
Menurut kamus Indonesia-Inggris, awarenass berarti kesadaran. Saya tidak ingin menitikberatkan pada poin pengertian, tetapi cenderung kepada arti secara harfiah. Kesadaran itu lahir dan mincul dari sendiri. Kesadaran itu lahir dari kejujuran terhadap diri sendiri. Kesadaran ini lebih menitikberatkan pada bagaimana kita mengakui bahwa kebiasaan yang selama ini kita paksakan pengagapannya benar dapat menjadi sebuah yang benar salah adanya, kebencian terhahap kebohongan diri sendiri harus ditanamkan dan kesadaran akan bobroknya moral pribadi.


Acceptance
Menerima bukanlah hal yang mudah. Seorang kira harus menerima bahwa label yang menyatakan bobroknya moral pribadi kita itu suatu realita. Penerimaan akan semua tanggung jawab untuk melakukan perubahan lebih dinilai berharga.

Action
Kenapa saya meletakkan action ini diposisi paling akhir? Alasasannya adalah perbuatan atau action yang kita lakukan tidak akan bernilai dan menampakkan hasil jika kesadaran dan penerimaan akan kesalahan diri  itu belum muncul. Action disini adalah perbuatan, perubahan dan perbaikan terhadap setiap hal yang kita sadari dan kita terima terhadap diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak