Minggu, 14 Oktober 2012

Selamat Ulang Tahun Mama,


Selamat Ulang Tahun Mama,

Ma, mendengar lagi suaramu ditelpon malam ini sungguh melegakan hati ini dan menghilangkan cemas ini karena  Allah masih memberimu kesehatan, tidak flu, demam, sakit kepala lagi, atau magh lagi. Namun, ketika diberitahu bahwa kemaren ultahmu, aku minta ma’af tak berucap selamat. Ketika mendengar pemberitahuan ini, entah kenapa tiba-tiba aku sedih dan air mata pun menetes di pipi. Yang terpikir di pikiran ini adalah kala umurmu semakin bertambah, aku belum bisa berbuat apa-apa untuk membalas jasamu atau setidaknya meringankan bebanmu. Aku minta ma’af mama.

Ma, entah mengapa pikiranku melayang dan berkecamuk pada masa-masa satu tahun lalu. Mengapa tak bertahan saja kamu pada jurusan yang dulu, mungkin sekarang telah tahun 3, tak berapa lama lagi wisuda, bekerja, memperoleh gaji besar, bisa mengirim uang pada mama, dan akhirnya bisa membahagiakan mama. Tak perlu berlama-lama kan. Pikiran ini pun muncul di benak ini, aku tak tau apakah ini hasutan syeitan ditambah sesal orang-orang sekitar atas keegoisanku. Bahkan, dengan tidak bermaksud menuduh, sampai sekarang pun mungkin pikiranmu sama dengan mereka. Aku tau aku salah dan aku mohon ma’af sedalam-dalamnya untuk egoisku, untuk tangisan yang terjadi saat itu.

Ma, boleh aku jujur, bolehkah aku mengaku bahwa terkadang mungkin ada sedikit sesal karena hasutan syeitan atau lemahnya diri ini akan semua tudingan orang. Namun, dibalik semua itu, rasa syukur dan bahagia disini lebih besar hingga selalu menghapus semua itu ketika ia datang mendekat. Di balik semua itu, saat ini aku merasa begitu bersemangat akan masa depanku hingga semangat itu mengahilangkan takutku. Dibalik semua itu, saat ini aku berjanji untuk bersungguh-sungguh dan mempersiapkan semua untukmu ma. Di balik semua itu, memang aku belum bisa mengirim uang untuk meringankan bebanmu dan masih butuh waktu 5 tahun lagi untuk itu, tetapi saat ini, aku akan berusaha sekuat tenaga mencari penghasilan untuk bisa mengirim sedikit uang, mungkin dari mengajar, dari hadiah lomba, mungkin dari uang beasiswa yang ku hemat dan ku sisihkan, atau mungkin dari kiriman mak wo yang lansung akan ku transfer untukmu. Mungkin ini ide yang mustahil menurut orang, tetapi sungguh aku tak sanggup melihat mama berpikir keras untuk biaya kuliah abang, uang jajan abang dan zikri, beli rokok papa, dan belanja sehari-hari yang tak tau dari mana penghasilan itu datang setiap bulannya. Sungguh, sebenarnya aku tak sanggup ma, aku sayang mama.

Ma, boleh kah ku sedikit berbicara lewat tulisan ini agar aku dan dirimu bisa tersenyum dalam peliknya hidup ini dan tidak bermaksud untuk menggurui. Menghadapi peliknya hidup kita ini, Kita hanya bisa berserah ma padaNya layaknya aku berserah ketika aku berani memutuskan disini hingga Dia mendengar do’aku, tak membiarkan aku tak kuliah, memberi beasiswa sebagai pengganti beasiswa yang ku tinggalkan disana dan beasiswa yang bisa dilanjutkan, melembutkan hati mak wo dan bang fandi agar mema’afkanku dan mensupport lagi studyku, dan terakhir melembutkan hatimu yang telah kecewa dengan ulahku. Menghadapi peliknya hidup kita ini, kita hanya bisa bersyukur karena masih bisa makan, minum, punya rumah, aku dan abang bisa kuliah, zikri bisa sekolah dan keluarga papa peduli dengan papa dan keluarga kita. Menghadapi peliknya hidup kita ini, kita masih bisa tersenyum kan ma, masih bisa berdo’a dan masih bisa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Menghadapi peliknya hidup kita ini, yakinlah bahwa bahagia itu tidak selamanya bila memiliki uang banyak, tetapi lebih membahagiakan kala kita berkumpul di bawah satu atap, makan bersama walau hanya sepiring nasi dengan lauk yang terkadang pas-pas, dan sehat wal ‘afiat sehingga bisa berlomba beribadah padaNya. Namun, dalam do’a tentu hati ini condong pada rumah yang bagus, mobil mewah, dan hidup sejahtera. Semoga kata ini bisa membuat mama dan diriku tersenyum haru malam ini.

Senin, 01 Oktober 2012

MUKJIZAT AL-QUR’AN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG PERKEMBANGAN ILMU EMBRIOLOGI (KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN)


KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN

MUKJIZAT  AL-QUR’AN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG PERKEMBANGAN ILMU EMBRIOLOGI

Disusun Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an
Tingkat Universitas


Disusun Oleh:
 Nurfazlina (1110312157)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2012




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... ... i       
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. .. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. .. 1
A.    Latar Belakang Masalah............................................................................ .. 7
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... .. 8
C.     Tujuan.......................................................................................................... 9
D.    Manfaat..................................................................................................... .. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Ilmu Embriologi dan Perkembangannya.................................................... 23
B.     Gambaran Perkembangan Manusia dalam Ilmu Embriologi..................... 13
C.     Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Perkembangan Manusia............................ 23
BAB III METODE PENULISAN
BAB IV PEMBAHASAN
A.    Kesesuain Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Perkembangan Manusia
dengan Gambaran Perkembangan Manusia Perkembangan
dalam Perkembangan Ilmu Embriologi...................................................... 33
B.     Al-Qur’an Sebagai Sumber Inspirasi dalam Perkembangan Ilmu
Embriologi................................................................................................. 41
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................... 52
B.     Saran-Saran................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 53



KATA PENGANTAR


Puji syukur kami Panjatkan Kehadirat Allah SWT Rabb Yang Maha Kuasa dengan kasih dan sayang-Nya, berkat rahmat dan kuasa-Nya memberikan jalan untuk menyelesaikan karya tulis Al-qur’an ini dengan judul Mukjizat  Al-Qur’an dilihat dari Sudut Pandang Perkembangan Ilmu Embriologi”.
Penyusunan karya tulis Al-qur’an ini dapat selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan kali ini kami dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.      Ibu Prof.Dr.dr.Hj. Eryati Darwin, PA(K) selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Andalas atas segala dukungan dan perhatiannya.
2.       sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, sehingga kami bisa menyelesaikan karya tulis ini.
3.      Teman-teman seperjuangan di Fakultas Kedokteran yang memberikan dukungan dan bantuannya, sehingga kami bisa menyelesaikan karya tulis ini.
4.      Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir yang penyusunan Karya tulis Al-qur’an ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya berikutnya. Semoga karya ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Padang, 16 Oktober 2012


                         Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw. Kurang lebih empat belas abad yang lalu dan dalam kurun waktu lebih kurang dua puluh tahun, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Sebagai kitab suci umat islam, ia tidak akan berubah tidak dapat ditandingi hingga akhir zaman karena merupakan mukjizat yang teragung untuk dipelajari, dijadikan panduan dan diamalkan oleh seluruh umat manusia sepanjang zaman.Firman Allah SWT :
Artinya : Kitab Al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya (tentang datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya); ia pula menjadi petunjuk bagi orang-orang yang (hendak) bertaqwa (QS. Al-Baqarah : 2)
Sebagai petunjuk bagi manusia, Di dalam Al-Qur’an dijumpai ayat-ayat tentang proses perkembangan manusia. Hal ini telah menjadi perhatian para saintis terutama saintis muslim sejak beberapa abad yang lalu. Bahkan, penafsiran ayat-ayat tentang perkembangan manusia ini pun telah berkembang seiring perkembangan ilmu manusia terutama ilmu embriologi
Seiring perkembangan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia, ilmu embriologi (cabang ilmu biologi mengenai pembentukan, pertumbuhan pada tingkat permulaan, dan perkembangan embrio) pun terus berkembang. Disatu sisi, terdapat keseuaian perkembangan ilmu embriologi dengan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia. Namun, disisi yang lain hal ini malah menimbulkan kontroversial yang memicu para saintis untuk membandingkan dan terus meneliti lebih jauh.
Sementara itu , sebuah pengakuan menakjubkan dari Profesor Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis anatomi dan embriologi terkemuka di dunia berusaha menjawab masalah diatas. Dalam sebuah pertemuan, ketika diminta memberikan analisanya terhadap ayat-ayat Qur’an dan pernyataan Nabi, beliau tercengang. Ia bertanya-tanya, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 14 abad yang lalu, dapat memaparkan embrio dan fase perkembangannya secara mendetail dan akurat, dimana para saintis telah mengetahuinya hanya pada akhir abad ketiga belas. Bagiamanapun, dengan sangat cepat ketakjuban Profesor Moore tumbuh menjadi kekaguman terhadap wahyu dan bimbingan ini. Beliau memperkenalkan pandangan-pandangan ini ke dalam intelektualitas dan siklus saintifis. Beliau juga memberikan kuliah terhadap kesesuaian modern embriologi dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Kemudian beliau menambahkan semua yang terkait kekaguman terhadap ayat-ayat Qur’an ini pada edisi ketiga bukunya, The Developing Human.
               
B.     Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Kesesuaian antara perkembangan ilmu embriologi dengan penafsiran ayat- ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia.
2.    Bagaimana Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam perkembangan ilmu embriologi.

C.     Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan ini adalah:
1.      Mengetahui kesesuaian antara perkembangan ilmu embriologi dengan penafsiran ayat- ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia.
2.      Menemukan dan menjelaskan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dalam perkembangan ilmu embriologi.

D.    Manfaat

1.      Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang mukjizat Al-Qur’an dalam bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam perkembangan ilmu embriologi, melalui ulasan kesesuaian antara perkembangan ilmu embriologi dengan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia.
2.      Menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dalam perkembangan ilmu embriologi.
3.      Meningkatkan keingintahuan untuk terus mempelajari ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam Al-Qur’an sehingga meningkatkan iman kepada kitab suci Al-Qur’an.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Ilmu Embriologi dan Perkembangannya

Ilmu embriologi adalah studi tentang proses perkembangan dari sebuah sel menjadi seorang bayi dalam 9 bulan dan kajiannya mencakup faktor molekuler, selular, dan struktural yang berperan. Ilmu embriologi ini diperlukan karena menghasilkan pengetahuan yang esensial dalam strategi perawatan kesehatan untuk menghasilkan produk reproduksi yang lebih baik.

Pendekatan ilmiah untuk meneliti ilmu embriologi terus berkembang selama ratusan tahun. Dalam hal ini, pendekatan anatomis mendominasi penelitian-penelitian awal. Para peneliti terus melakukan pengamatan dan menjadi semakin canggih dengan ditemukannya berbagai peralatan optic dan teknik diseksi.

Pada abad ke-20, bidang embriologi eksperimental terus berkembang pesat. Banyak eksperimen dirancang untuk menelusuri sel selama perkembangannya untuk menentukan turunan sel-sel tersebut. Pendekatan ini mencakup pengamatan terhadap mudigah transparan dari tunicate (sejenis hewan laut) yang mengandung sel-sel berpigmen yang dapat dilihat melalui mikroskop. Kemudian pada tahun 1960an, digunakan teknik pemberian label dengan zat radioaktif dan autoradiografik. Pemantauan nasib sel dengan teknik ini dan berbagai teknik lain menghasilkan informasi berharga tentang asal mula berbagai organ dan jaringan.

Ilustrasi pertama yang diketahui tentang sebuah janin digambar oleh Leonardo Da Vinci pada abad ke-15. Pada abad ke-2 Masehi, Galen menggambarkan Plasenta dan membran fetal di bukunya yang berjudul ‘On the Formation of the Fetus’. Mungkin, karena inilah para dokter pada abad ke-7 M kemungkinan besar telah mengetahui bahwa embrio manusia berkembang di dalam uterus, namun tetap saja tidak mungkin mereka mengetahui bahwa embrio tersebut berkembang secara bertahap, walaupun Aristoteles telah menggambarkan tahap-tahap perkembangan embrio ayam pada abad ke-4 sebelum masehi. Pemahaman bahwa embrio manusia berkembang secara bertahap tidak dibahas dan diilustrasikan sampai abad ke-15.
Baru setelah Mikroskop ditemukan pada abad ke-17 oleh Leueewenhoek, deskripsi tentang embrio ayam dibuat, namun pengetahuan akan perkembangan embriologi manusia tidaklah diketahui secara mendetail melainkan setelah abad ke-20 setelah Streeter (1941) mengembangkan sistem pertama kali tentang tahap perkembangan embrio yang kemudian digantikan oleh sistem yang lebih akurat yang dikemukakan oleh O’Rahilly (1972).

B.     Gambaran Perkembangan Manusia dalam Ilmu Embriologi

Proses pembentukan  embrio pada manusia diawali dengan proses senggama (koitus) antara pria dan wanita. Menurut Wikipedia, pada waktu berhubungan cekcual seorang pria dapat mengeluarkan 300-400 juta sel sperma. Namun dari sekian banyak sel sperma, hanya satu sel sperma yang dapat membuahi sel telur. Sel telur yang telah dibuahi akan menjadi zigot dan menempel pada dinding rahim. Setelah beberapa jam, zigot akan mengalami beberapa fase berikut ini.
·         Fase morulla. Dalam fase ini zigot membelah secara mitosis berturut-turut sehingga menjadi 2-4-8-16 dan akhirnya 32 buah sel.
·         Fase blastulla. Pada fase blastulla ditandainya dengan terjadinya pembentukan rongga tubuh dan jaringannya.
·         Fase gastrulla. Pada fase ini terjadi pembentukan 3 lapisan pada dinding rahim, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
Selanjutnya, zigot membentuk embrio yang diselubungi oleh kantung kuning telur (bagian ini tidak berkembang pada janin manusia), amnion, alantonis, dan korion. Setelah semua membran dan plasenta terbentuk, maka embrio bisa disebut sebagai janin atau fetus. Janin memperoleh makanan dan oksigen dari darah induk (ibunya) dan memberikan zat-zat sisa metabolisme ke dalam darah ibu untuk dibuang.
Pada bulan pertama perkembangan embrio manusia ditandai dengan alat-alat tubuh yang cukup penting telah mulai terbentuk dan sudah mulai berfungsi walaupun belum sempurna. Kaki dan tangan belum terbentuk pada bulan pertama usia kehamilan. Demikian pula otak janin masih berupa gumpalan darah. Panjang embrio pada usia kandungan satu bulan sekitar 2.5 sampai 6 mm.
Berikutnya, pada bulan kedua usia kehamilan embrio telah terbentuk kaki dan tangan, alat-alat kelamin bagian dalam, rangka yang masih berupa tulang rawan, alat-alat bagian muka dan beberapa alat penting yang lain. Panjang embrio pada usia kandungan dua bulan adalah antara 25 sampai 40 mm.
Pada bulan ketiga usia kehamilanan, hampir seluruh alat tubuh secara lengkap telah terbentuk, termasuk alat kelamin luar. Panjang janin pada fase ini sekitar 70 sampai 100 mm dan dapat dibedakan antara janin laki-laki atau perempuan. Lalu pada bulan keempat kehamilan seorang wanita, kondisi janin mulai terbentuk kulit, rambut, kelenjar keringat dan kelopak mata. Gerakan janin sudah terasa oleh ibunya. Panjang janin saat itu sekitar 145 mm.
Sejak minggu ke-12 usia kehamilan seorang wanita, janin hanya mengalami pertumbuhan ke arah membesar dan memanjang hingga menjelang kelahirannya. Secara normal, lama masa kandungan manusia adalah 9 bulan lebih 10 hari. Pada waktu bayi lahir, ia segera bernafas dengan paru-paru sehingga aliran darah dari plasenta terhenti. Pernafasan tersebut biasanya diawali dengan tangisan.

C.     Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Perkembangan Manusia

1.       
يَخْلُقُكُمْ فِيْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْضِ خَلْقٍ فِيْ ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ
Artinya : “………Dia menjadikanmu dalam perut (uterus) ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan……(QS Az-Zumar 39:6)
Maksudnya : Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.
2.       
http://bahagia.us/_latin/23/23_14.png
 [23:14] Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
ِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَطٍ أَمْشَاجٍ
Artinya : Sesungguhnya kami menciptakan manusia dari tetesan air yang bercampur.” (QS Al-Insan : 2)
3.       
وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ
Artinya : dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, pengelihatan dan pemahaman (hati)” (QS an-Nahl : 78)
4.       
ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِمُخَلَّقَةٍ
Artinya : Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna” (QS Al-Hajj : 5)
5.       
لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِيْ الأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
Artinya : Agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan di dalam rahim (uterus), apa yang kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan” (QS Al-Hajj : 5)


BAB III
METODE PENELITIAN

Adapun skema penulisan karya tulis ini dapat ditunjukkan bagan sebagai berikut:




 






















Gambar 1. Skema Metode Penelitian



Teknik pengumpulan data diambil dari bebragai sumber yaitu artikel-artikel di internet, buku literatur, jurnal, koran, dan beberapa makalah yang mendukung. Data yang dikumpulkan mengenai mukjizat al-qur’an dilihat dari sudut pandang perkembangan ilmu embriologi. Teknik pengolahan data menggunakan analisis data kualitatif yaitu mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul itu saling berkaitan dengan yang lainnya. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2006: 60).


BAB IV
PEMBAHASAN

C.     Kesesuain Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Perkembangan Manusia dengan Perkembangan Ilmu Embriologi.

1.       
يَخْلُقُكُمْ فِيْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْضِ خَلْقٍ فِيْ ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ
Artinya : Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.” (QS az-Zumar : 6)
Syaikh Ibnu Sa’di rahimahullahu menjelaskan penafsiran ayat ini : “yaitu Alloh menciptakan kalian thur ba’da thur (tahap demi tahap bentuknya), dan kalian dalam keadaan dimana tidak ada tangan satu makhlukpun memegang kalian dan mata melihat kalian, dan Dia-lah Alloh yang memelihara kalian di dalam tempat yang sempit tersebut (perut ibu, uterus), “dalam tiga kegelapan” yaitu kegelapan perut [zhulmatul Bathni], kegelapan rahim [zhulmatur rahmi] kemudian kegelapan tembuni/ari-ari [zhulmatu masyimah].
Sains modern menjelaskan bahwa tahapan perkembangan embrio di dalam uterus memang terjadi secara bertahap, bentuk demi bentuk. Dan sains modern menjelaskan bahwa janin manusia berada pada tiga lapisan, yaitu :
1.      Dinding anterior abdomen
2.      Dinding uterus
3.      Membran Amniochorionic (lihat Gambar 1)
gambar1.jpg

(Gambar 1. Gambar irisan sagital dari abdomen dan pelvis (tulang kelamin) wanita menunjukkan janin di dalam uterus. Tiga kegelapan tersebut adalah : (1) Dinding anterior abdomen, (2) Dinding uterus, dan (3) Membran Amniochorionic.)
Penafsiran di atas tidak menyelisihi perkembangan ilmu emberiologi, dimana “tiga kegelapan” tersebut yang dijelaskan oleh Syaikh as-Sa’di adalah sama dengan yang disebutkan di perkembangan ilmu emberiologi.
Zhulmatul Bathni (kegelapan perut) bisa diinterpretasikan sama dengan dinding anterior abdomen. Karena bathnun sama dengan abdomen. Zhulmatur rahmi (kegelapan rahim) sama dengan dinding uterus, karena rahim yang dimaksud adalah uterus. Zhulmatul Masyimah (kegelapan tembuni) identik dengan membran amnichorionic.

2.       
http://bahagia.us/_latin/23/23_13.png
Artinya : “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS Al-Mu’minuun 23 : 13).
 Syaikh as-Sa’di rahimahullahu berkata : “Nuthfah adalah sesuatu yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan kemudian menetap di “tempat yang kokoh” yaitu rahim, yang memeliharanya dari rusak, cedera dan selainnya.”
Sesuatu yang keluar dari sulbi laki-laki adalah spermatozoa dan yang keluar dari wanita adalah ovum. Lantas keduanya bercampur sebagaimana dalam firman Alloh Ta’ala :
إِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَطٍ أَمْشَاجٍ
Sesungguhnya kami menciptakan manusia dari tetesan air yang bercampur.” (QS Al-Insan : 2)
Campuran keduanya ini membentuk zigot yang membelah diri membentuk blastocyst yang tertanam secara kuat di uterus (tempat yang kokoh). (Gambar 2)
gambar2.jpg

Gambar 2 : Blastocyst yang tertanam dalam uterus

3.       
ثُمَّ خَلَقْنَا النُطْفَةَ عَلَقَةً
Kemudian nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqoh” (QS Al-Mu’minun : 14)
Kata ‘Alaqoh dari sisi bahasa Arab bermakna 3, yaitu :
1.      Bermakna lintah.
2.      Bermakna sesuatu yang tergantung.
3.      Bermakna segumpal darah.
Tiga makna yang terkandung di dalam kata ’Alaqoh ini tidak ada yang menyelisihi fakta perkembangan ilmu emberiologi sedikitpun.
Alaqoh bermakna sebagai lintah, Ini adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia sejak berusia 1-24 hari ketika menempel di endometrium pada uterus, serupa sebagaimana ‘lintah’ menempel di kulit. Serupa pula dengan ‘lintah’ yang memperoleh darah dari inangnya, embrio manusia juga memperoleh darah dari “endometrium deciduas” saat hamil. Hal ini sangat luar biasa bagaimana embrio yang berumur 23-24 hari bisa menyerupai seekor lintah (Gambar 3). Selama mikroskop dan lensa belum ditemukan pada abad ke-7, para dokter tidak akan tahu bahwa embrio manusia memiliki penampakan seperti lintah.
Ketika membandingkan lintah air tawar dengan embrio pada tahap ‘alaqoh, Profesor Moore, seorang profesor Emeritus ahi anatomi dan embriologi dari Universitas Toronto Kanada, menemukan kesamaan yang banyak pada keduanya. Beliau berkesimpulan bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh memiliki penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Profesor Moore lantas menempatkan sebuah gambar embrio dan lintah bersebelahan.
Gambar 1. Bagan yang menggambarkan kemiripan dalam hal penampilan antara lintah dan embrio manusia pada fase 'alaqah.

Gambar 3. Bagan yang menggambarkan kemiripan dalam hal penampilan antara lintah dan embrio manusia pada fase 'alaqah. (Dari Human Development as Described in the Quran and Sunnah, Moore dkk. hal. 37. Digubah dari Integrated Principles of Zoology, Hickman dkk. Gambar embrio dari The Developing Human, Moore dan Persad, ed. 5, hal. 73)
Arti kedua, ‘alaqoh adalah ‘sesuatu yang tergantung’, dan hal ini adalah apa yang dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap ‘alaqoh. Dan ini adalah suatu fakta ilmiah.
Kita dapat melihat pada bagan ini bagaimana embrio pada fase 'alaqah bergantung dan menempel di dalam rahim (uterus) sang ibu.

Gambar 4. Kita dapat melihat pada bagan ini bagaimana embrio pada fase 'alaqah bergantung dan menempel di dalam rahim (uterus) sang ibu. (The Developing Human, Moore dan Persaud, ed 5, hal 66)
Gambar 3. Pada fotomikrograf ini kita dapat melihat bergantungnya embrio (panah B) pada fase 'alaqah (sekitar umur 15 hari) di dalam rahim sang ibu. Ukuran sebenarnya dari embrio ini adalah sekitar 0.6 mm.

Gambar 5. Pada fotomikrograf ini kita dapat melihat bergantungnya embrio (panah B) pada fase 'alaqah (sekitar umur 15 hari) di dalam rahim sang ibu. Ukuran sebenarnya dari embrio ini adalah sekitar 0.6 mm. (The Developing Human, Moore, ed. 3, hal. 66, dari Histology, Leeson dan Leeson)
Arti ketiga adalah ‘segumpal darah’. Hal ini signifikan untuk mengamati sebagaimana pernyataan Profesor Moore, bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh mengalami peristiwa internal yang sudah dikenal, seperti pembentukan darah pada pembuluh tertutup, sampai siklus metabolisme selesai di plasenta. Selama tahap ‘alaqoh, darah ditangkap di dalam pembuluh tertutup dan inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan seperti gumpalan darah.

Gambar 6. Bagan sistem peredaran darah primitif pada embrio dalam fase 'alaqah. Penampilan luar dari embrio dan kantungnya mirip dengan gumpalan darah karena adanya darah yang relatif banyak di dalam embrio. (The Developing Human, Moore, ed. 5, hal. 65)

4.       
ثُمَّ خَلَقْنَا العَلَقَةً مُضْغَةً
Kemudian ‘alaqoh itu kami jadikan mudhghoh” (QS Al-Mu’minun : 14)

Kata Mudghah bermakna “substansi yang dikunyah atau gumpalan yang dikunyah”. Akhir minggu ke empat, embrio manusia tampak seperti gumpalan yang dikunyah atau daging. Penampakan kunyahan menunjukkan dari somit yang menyerupai tanda gigi. Somit merepresentasikan permulaan primordia dari vertebrae.
Gambar 6. Ketika membandingkan tampilan embrio pada fase mudghah dengan permen karet yang dikunyah, ditemukan persamaan antara keduanya. A). menggambarkan embrio pada fase mudghah. Kita menemukan somit pada bagian belakang embrio seperti bekan kunyahan gigi. (The Developing Human, Moore and Persaud, 5th ed., p. 79.). B) Gambaran sepotong permen karet yang dikunyah


5.       
ثُمَّ أَنْشَأْنَاُه خَلْقًا ءَاخَرَ
Kemudian kami jadikan mudghoh itu ‘idhoman (tulang belulang), lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan lahma (daging/otot)” (QS Al-Mu’minun : 14)

Ayat di atas mengindikasikan bahwa setelah tahap mudhghoh, tulang belulang dan otot terbentuk. Hal ini sesuai dengan perkembangan embriologi. Pertama tulang terbentuk sebagai model kartilago (tulang rawan) dan otot (daging) berkembang menyelimutinya dari mesodermal somatik.
6.       
ثُمَّ أَنْشَأْنَاُه خَلْقًا ءَاخَرَ
Kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain” (QS Al-Mu’minun : 14)
Ayat di atas mengimplikasikan bahwa tulang dan otot menghasilkan bentukan/formasi makhluk dengan bentuk yang lain. Hal ini bisa mengacu pada manusia yang masih berupa embrio yang terbentuk di akhir minggu ke delapan. Pada tahap ini, embrio memiliki karekteristik khusus dan memiliki primordia (bakal) seluruh organ dan bagian-bagiannya baik internal maupun eksternal. Setelah minggu ke delapan, embrio ini disebut fetus. Hal ini menjadikannya sebagai makhluk yang baru yang berbentuk lain. Maha Suci Alloh, Pencipta yang paling baik.

7.       
وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ
dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, pengelihatan dan pemahaman (hati)” (QS an-Nahl : 78)
Ayat di atas mengindikasikan bahwa indera khusus seperti pendengaran, pengelihatan dan peraba berkembang pada tahap ini, adalah benar. Primordia (bakal) telinga internal nampak sebelum permulaan perkembangan mata, dan otak (tempatnya pemahaman) berdiferensiasi terakhir kali.


8.       
ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِمُخَلَّقَةٍ
Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna” (QS Al-Hajj : 5)
Penggalan ayat di atas mengindikasikan bahwa embrio tersusun atas jaringan yang berdiferensiasi (sempurna kejadiannya) dan jaringan yang tak berdiferensiasi (tidak sempurna). Sebagai contoh, ketika tulang kartilago (rawan) berdiferensiasi, jaringan ikat embrio atau mesenkim yang menyelubunginya tak berdifirensiasi. Ia akan berdiferensiasi kemudian menjadi otot dan ligamen yang menempel di tulang. Dan ini adalah suatu fakta ilmiah yang tak terbantahkan.
9.       
لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِيْ الأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
Agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan di dalam rahim (uterus), apa yang kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan” (QS Al-Hajj : 5)
Penggalan ayat di atas menyatakan bahwa Alloh telah menetapkan dan menentukan embrio di dalam uterus sampai masa penuhnya (kehamilan 9 bulan). Hal ini juga diketahui secara jelas bahwa banyak embrio gagal berkembang selama bulan pertama perkembangannya, dan hanya sekitar 30% zigot yang terbentuk, berkembang menjadi fetus yang selamat hingga kelahiran.



D.    Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dalam perkembangan ilmu embriologi

Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan untuk seluruh alam semesta. Allah berfirman di dalam Qur’an : Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (al-Anbiya’ 21 : 107). Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah untuk masyarakat Badui di gurun pasir sebagaimana beliau pula adalah utusan Allah bagi para saintis hari ini di laboratorium modernnya. Beliau adalah utusan Allah kepada seluruh manusia untuk segala zaman. Sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiap Rasul diutus khusus untuk kaumnya: “Dan bagi tiap-tiap kaum ada yang memberi petunjuk” (QS ar-Ra’du 13 : 7).

‘Risalah’ Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk seluruh manusia dan Allah memberikan bukti bagi ‘Risalah’ Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebuah bukti yang berbeda dengan bukti-bukti yang diberikan kepada rasul-rasul sebelumnya. Bukti-bukti rasul terdahulu hanya dapat dilihat oleh orang-orang semasanya, yang didukung dengan mukjizat, untuk menyadarkan keimanan kaumnya. Namun, karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditakdirkan untuk menjadi Nabi terakhir hingga hari pembalasan, Allah menganugerahkan kepada beliau mukjizat abadi sebagai bukti kenabiannya.

Jika kita bertanya kepada orang yahudi atau kristen untuk menunjukkan mukjizat Nabi Musa atau Isa, alaihima as-Salam, mereka akan menyampaikan bahwa tidak ada kuasa bagi manusia untuk meredemonstrasikan kembali mukjizat-mukjizat itu lagi sekarang. Tongkat Musa takkan bisa diciptakan lagi demikian halnya Isa takkan bisa lagi dimintai tolong untuk membangkitkan manusia dari kematian. Bagi kita, pada hari ini, mukjizat-mukjizat ini tiada lain hanyalah berita sejarah. Namun jika seorang Muslim ditanya mengenai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia dapat secara langsung menunjukkannya, yakni al-Qur’an. Al-Qur’an adalah mukjizat yang ada pada kita hingga saat ini. Al-Qur’an adalah kitab yang terbuka bagi siapa saja untuk memeriksa isinya.

Allah berfirman di dalam al-Qur’an :
Katakanlah: Siapakah yang lebih kuat persaksiannya? Katakanlah, Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Qur’an diwahyukam kepadamu supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur’an kepadanya.” (QS al-An’am 6 : 19)

Sifat al-Qur’an yang menakjubkan terbaring pada ilmu pengetahuan yang dikandungnya, Allah yang Maha Agung berfirman, “Tetapi Allah mengakui al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkan dengan ilmu-Nya, dan malaikatpun menjadi saksinya” (QS an-Nisaa’ 4 : 166)

Oleh karena itu, para saintis dan pelajar kontemporer kita, profesor dari segala universitas yang menjadi pemimpin pengetahuan manusia, memiliki kesempatan untuk memeriksa pengetahuan yang ditemukan di dalam Kitabullah. Pada saat ini, para saintis telah mengungguli di dalam penemuan alam semesta, walaupun al-Qur’an telah mendiskusikan alam semesta dan perkembangan manusia jauh sebelumnya.
Terutama dalam menjelaskan masalah perkembangan manusia yang berkaitan dengan perkembangan ilmu embriologi, saat ini Al-Qur’an telah menjadi sumber inspirasi. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dan penyakuan dari dua tokoh ilmuan dunia dengan bidang spesialisasi ilmu embriologi :
1.      Profesor Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis anatomi dan embriologi terkemuka di dunia.
Profesor Moore adalah penulis sebuah buku yang berjudul “The Developing Human”. Beliau adalah Profesor Emeritus Anatomi dan Biologi Sel pada Universitas Toronto, Kanada, dimana beliau pernah menjadi Kepala Dekan Sains Dasar di Fakultas kedokteran dan selama 8 tahun beliau menjadi Kepala Departemen Anatomi. Dr. Moore sebelumnya juga mengajar di Universitas Winnipeg, Kanada selama 11 tahun. Beliau telah mengepalai banyak asosiasi internasional anatomis dan dewan Persatuan Sains Biologi. Profesoor Moore juga pernah terpilih menjadi anggota Royal Medical Association di Kanada, di Akademi Sitologi Internasional, Perhimpunan Anatomis Amerika dan Perhimpunan Anatomis Amerika Utara dan Selatan. Tahun 1984, beliau menerima penghargaan istimewa di bidang anatomi di Kanada, yaitu J.C.B. Grant Award dari Asosiasi Anatomis Kanada. Beliau telah mempublikasikan banyak buku pada bidang ilmu kesehatan anatomi dan embriologi, delapan diantara buku-bukunya digunakan sebagai referensi di sekolah-sekolah kedokteran dan telah diterjemahkan ke dalam 6 bahasa.
Dalam suatu konferensi, Profesor Moore memberikan analisanya terhadap ayat-ayat Qur’an dan pernyataan Nabi. Beliau bertanya-tanya, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 14 abad yang lalu, dapat memaparkan embrio dan fase perkembangannya secara mendetail dan akurat, dimana para saintis telah mengetahuinya hanya pada akhir abad ketiga belas. Dengan sangat cepat ketakjuban Profesor Moore tumbuh menjadi kekaguman terhadap wahyu dan bimbingan ini. Beliau memperkenalkan pandangan-pandangan ini ke dalam intelektualitas dan siklus saintifis. Beliau juga memberikan kuliah terhadap kesesuaian modern embriologi dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, dimana beliau menyatakan :
“Sungguh menyenangkan sekali bagiku untuk membantu menjelaskan pernyataan mengenai perkembangan manusia di dalam al-Qur’an. Sangat jelas bagiku bahwa pernyataan-pernyataan ini pasti datang kepada Muhammad dari Allah, karena hampir seluruh pengetahuan ini belum diketemukan hingga beberapa abad kemudian. Hal ini membuktikan kepadaku bahwa Muhammad pasti adalah seorang utusan Allah.”
Saintis embriologi terkemuka dan terhormat ini telah menyatakan studinya mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan disiplin ilmunya, dan beliau menambahkan referensi Al-Qur’an dalam buku The Developing Human edisi ketiga  yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam 8 bahasa. Buku ini memiliki distribusi sedunia dan dibaca oleh saintis terkenal sedunia.
Berikut sedikit penggalan isi buku The Developing Human edisi ketiga yang memuat referensi dari Al-Qur’an  :
“Pertumbuhan sains sangat lemah selama periode pertengahan, dan sangat sedikit investigasi embriologi yang dikerjakan selama masa ini dan ini ma’lum bagi kita. Disebutkan di al-Qur’an, kitab suci ummat muslim, bahwa manusia dihasilkan dari sekresi pria dan wanita yang bercampur. Beberapa perujukan dibuat tentang penciptaan manusia sejak dari setetes sperma, dan hal ini juga menunjukkan bahwa organisme yang terbentuk bertempat di tubuh wanita seperti sebuah biji/benih, 6 hari setelah permulaannya (blastocyst manusia mulai tertanam sekitar 6 hari setelah fertilisasi. Lihat gambar 3)”
Gambar 3 : Blasticyst yang tertanam dalam uterus
“al-Qur’an juga menyatakan bahwa tetesan sperma berkembang menjadi gumpalan darah yang membeku/didih. (sebuah blastocyst yang tertanam atau gagal/gugur secara spontan berbentuk seperti didih/darah yang membeku). Perujukan juga menunjukkan penampakan embrio seperti lintah. Embrio menyerupai seekor lintah, atau penghisap darah, pada penampakannya. Embrio juga dikatakan menyerupai substansi yang dikunyah seperti getah atau kayu. (Somit sedikit mirip dengan bekas gigitan pada sebuah substansi yang dikunyah. Lihat gambar 5)
Terinspirasi dari yang tertulis di dalam Al-Qur’an. Profesor Moore berkonklusi bahwa klasifikasi modern tentang tahap perkembangan embrionik, yang telah diadopsi di seluruh dunia, tidaklah mudah ataupun komprehensif. Hal ini tidaklah memberikan kontribusi terhadap pemahaman mengenai tahapan perkembangan embrionik karena tahap-tahap tersebut berdasarkan bentuk numerik, yaitu, tahap 1, tahap 2, tahap 3, dst. perkembangan embrionik yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an tidaklah bergantung pada sistem numerik. Perkembangan embrionik yang ada di Qur’an berdasarkan pada pengidentifikasian bentuk dan ukuran yang terang dan mudah.
Al-Qur’an mengeidentifikasikan tahapan perkembangan prenatal sebagai berikut:
·         Nuthfah, yang berarti “setetes” atau “sejumlah kecil air”
·         ‘Alaqoh yang berarti “struktur seperti lintah”
·         Mudghah yang berarti “struktur bekas kunyahan”
·         ‘Idhaam yang berarti “tulang” atau “rangka”
·         Kisaa al-‘Idham bil laham, yang bermakna membungkus tulang dengan daging atau otot.
·         An-Nasy’a yang berarti “formasi/pembentukan fetus yang sudah jelas”
Prof Moore mengakui bahwa perkembangan embrionik versi Qur’an ini benar-benar berdasarkan pada fase yang berbeda pada perkembangan prenatal. Beliau telah menggarisbawahi bahwa deskripsi saintifis yang elegan ini lebih komprehensif dan praktis.
2.      Dr. G.C. Goeringer, Direktur mata kuliah dan Profesor luar biasa Kesehatan Embriologi pada Jurusan Biologi Sel, Fakultas Kedokteran, Universitas Georgetown, Washington D.C.
Dalam Konferensi Medis Saudi ke-8. Beliau menyebutkan di dalam studinya mengenai dasar ketaktahuan manusia terhadap fase-fase (yang terjadi pada embrio). Beliau juga mendiskusikan kekomprehensivitasan dan kepresisian istilah al-Qur’an dalam menjelaskan perkembangan fetus dengan pemaknaan istilah yang ringkas dan komprehensif yang membawa kepada pencapaian kebenaran lebih jauh. Mari kita mendengarkan Prof Goeringer yang beliau jelaskan dalam opininya:
“Di dalam beberapa ayat yang bekaitan, mengandung deskripsi yang jauh lebih komprehensif mengenai perkembangan manusia semenjak masa percampuran gamet hingga fase organogenesis. Tak ada yang seterang dan sekomplit riwayat mengenai perkembangan manusia dalam hal klasifikasi, terminologi dan deskripsi yang eksis sebelumnya. Kebanyakan, jika bukan seluruhnya, misalnya, deskripsi ini mendahului berabad-abad periwayatan mengenai tahapan yang berbeda embrio manusia dan perkembangan fetus yang dicatat di dalam literatur saintifis tradisional.

Dari pengakuan dua ilmuan dunia diatas, dapat disimpulkan bahwa
a.       Ayat-ayat al-Qur’an menjadi dikenal di kalangan ilmuwan terkenal dan saintis agama kita dan generasi berikutnya. Allah telah mengehendaki bahwa akan ada waktu dimana kemajuan saintifis dan penemuan-penemuan yang akan menyediakan bukti-bukti dari mukjizat Al-Qur’an.  Sains takkan pernah kosong dari keajaiban al-Qur’an.
Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS Saba’ 34:6).
Allah juga berfirman, Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui. (QS Al-An’am 6:67)
Dan ia juga berfirman, Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di seluruh ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka baha al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Ia menyaksikan segala sesuatu? (QS Fushshilat 41:53).
b.      Dua tokoh diatas mengakui bahwa pengklasifikasian perkembangan embrionik ada di Qur’an berdasarkan identifikasi bentuk dan ukuran yang terang dan mudah dan pemaknaan istilah yang ringkas dan komprehensif dapat dijadikan sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu embriologi lebih lanjut.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
3.      Berdasarkan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia dengan dibanding dengan perkembangan ilmu embriologi, terdapat kesesuaian antara keduanya yang salah satunya dibuktikan dengan pengakuan Profesor Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis anatomi dan embriologi terkemuka di dunia dalam dalam buku The Developing Human edisi ketiga  yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam 8 bahasa dan didistribusi sedunia dan dibaca oleh saintis terkenal sedunia.
4.      Al-Qur’an dapat dijadikan sumber inspirasi dalam perkembangan ilmu emberiologi salah satunya dalam hal pengklasifikasian perkembangan embrionik ada di Qur’an berdasarkan identifikasi bentuk dan ukuran yang terang dan mudah dan pemaknaan istilah yang ringkas dan komprehensif dibandingkan dengan pengklasifikasi dalam perkembangan ilmu embriologi modern tentang tahap perkembangan embrionik, yang telah diadopsi di seluruh dunia, tidaklah mudah ataupun komprehensif.
B.     Saran

1.      Perlunya peningkatan dalam pengkajian ilmu pengetahuan yang terkandung dalan Al-Qur’an, contohnya tentang perkembangan manusia yang dikaitkan dengan perkembangan ilmu embriologi, sehingga penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an ini dapat dilakukan secara penuh dan optimal dan dapat dibandingkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
2.      Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya ilmuwan saat ini, khususnya ilmuwan muslim lebih menggali ilmu pengetahuan dengan merujuk pada Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

1.  A. Ibrahim. 1997. A Brief of Ilustrated Guide to Understanding Islam. Diambil pada tanggal 13 Oktober 2012 dari: www.islam-guide.com/truth.
2. Ibnu Burhan. 2009. Sebuah Interpretasi Terhadap Perujukan Embriologi Di Al-Qur’an. pada tanggal 13 Oktober 2012 dari:
3.   Ibnu Burhan. 2009. Tahapan Penciptaan Manusia. pada tanggal 13 Oktober 2012 dari:
4.    Moore and Persaud. The Developing Human 3th ed.
5.    Moore and Persaud. The Developing Human 5th ed.6. 
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
7.   Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.



Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak