Sabtu, 17 Desember 2011

Ibu, Jasamu tak kan terganti

oleh Nur Fazlina pada 17 Desember 2011 pukul 17:45
Ku menangis keluar dari tubuhnya
ia tersenyum menahan sakit
Ku berteriak ia tak dekat aku
Ia segera beranjak dari kantuknya
Ku memekik ketika haus dan lapar
Ia rela menyerahkan nutrisi tubuhnya
Ku kencing atau buang air di celana
Ia tak jijik dan tak memarahiku
Ku menjalani hari-hari disela pertumbuhanku
Ia rela menjagaku, membimbing bagai peri penyelamat, malaikatku
Ku terluka, sakit, demam, influenza
Ia cemas, takut, segera memburu obat di manapun itu, ia tak pikir lagi dirinya
Ku nakal, pukul dirinya, beronta padanya
Ia sabar, tabah, sedikit memarahiku namun diselingi nasehat dan kata mutiara
Ku ingin ini, ingin itu, apapun itu
ia berusaha sekuat tenaga menenuhinya, mengorban jiwa, raga, tenaga bahkan menjadi wanita perkasa, ibu perkasa

When I’m teen...
Ia tetap kuat, sekuat dulu, bahkan lebih kuat
Ia tetap baik, lembut seperti dulu
Ia tetap cinta, sayang aku
Ia tetap berusaha memenuhi asaku
Ia tetap mengajariku bagaimana semua
Ia tetap tabah dan sabar melihat sikapku
Ia tetap menasehati bukan memaki
...........

Suatu hari....
Ku mendekati
tubuh yang mulai renta,
kulit yang mulai keriput,
ia duduk termenung
Di dekat jendela itu, Air membasahi bumi
Aku mendekat, lebih mendekat
Mukanya sembab, matanya merah

Ibu, kenapakah ibu?, salahkah aku?
Ia hanya bilang, air hujan membasahi pipinya
Ku segera memeluk tubuhnya erat-erat
Aku hanya ingin ibu katakan saja, aku tahu
Ku tak ingin ibu lemah karena beban itu
Berikan padaku, aku tak ingin ibu mengembannya sendiri lagi
Ku berbisik, Maafkan aku ibu, Terimakasih untuk semua, Aku sayang ibu
Ya Allah, cintailah ibu melebihi cintanya padaku

Ibu, Jasamu Takkan Terbalas

oleh Nur Fazlina pada 17 Desember 2011 pukul 17:55

Selamat pagi ibu...
Apa kabar ibu...
Aku, anakmu, disini, baik-baik saja, aku hanya cemas magh ibu kambuh lagi atau air mata ibu jatuh lagi dipagi ini karena kangen aku, karena ulahku, atau karena peliknya hidup. Aku hanya selalu berdo’a pada-Nya, ibu disana baik-baik saja dan senantiasa dihiasi senyuman rindu yang membahana. Akupun disini sama, senyuman ibu dan harapan ibu selalu terbayang dalam mejalani hari-hari menuntut ilmu.
Ibu, kali ini aku menulis surat yang pertama untuk ibu dalam senyuman dan hiasan bahagia. Aku selalu berharap ibu akan membacanya dalam nuansa haru. Bahkan,Aku seakan melihat sosokmu berada didepanku, tersenyum, memelukku dikala malam yang dingin, me”ninabobo”kanku dikala malam semakin gelap, menyuapiku makan dikala sakit dan memarahiku karena aku ceroboh atau malas.
Ibu, kala jauh, kala sosokmu begitu jauh, Aku teringat jasa dan kebaikan hatimu. Walau aku telah lupa dan berpura-pura lupa, tetapi terimakasih terdalam atas semua yang telah engkau beri. Aku lupa bahwa dulu aku tak bisa apa-apa tanpamu, tak bisa makan sendiri, tak bisa mandi sendiri, dan tak bisa jalan sendiri. Namun, aku tetap tumbuh menjadi dewasa seperti sekarang ini. Aku lupa bahwa dulu ketika aku lapar, kau menyusuiku, menyuapiku, memberi bubur tim kesukaanku, mengajariku jalan, dan menggondongku hingga pinggangmu sakit. Bahkan aku lupa bahwa ketika ku masih berada didalam rahimmu, aku suka menendang perutmu hingga sakit, tumbuh dan menambah masa tubuhmu. Terima kasih ibu.
 
Ibu, kala jauh, kala sosokmu semakin jauh, Aku tersadar bahwa aku telah tumbuh dewasa bahkan ukuran tubuhku telah melebihi ukuran tubuhmu. Aku memang telah bisa makan sendiri, berjalan sendiri, mandi sendiri, melakukan aktivitas sebagai ‘manusia’ sendiri, dan telah menduduki bangku pendidikan melebihi yang pernah kau terima dulu. Itu semua berkatmu ibu, aku melihat semua jasamu yang selalu ada, tumbuh subur dihatiku. Namun, aku tetap seperti dulu, seorang anak yang lemah tanpa ibu dan seorang anak yang rindu belaian kasih ibu. Hanya saja, kali ini aku berusaha membalas jasamu walau takkan terbalas. Aku berusaha menjadi anak yang membanggakanmu walau kau lah orang yang paling ku banggakan. Aku berusaha menjadi anak yang begitu menghargaimu walau kau lah orang yang paling ku hargai.
Ibu, entah kenapa tiba-tiba saja air menetes dipipiku. Aku takut jika aku pulang tak ku lihat lagi raut wajah pilumu. Aku takut ketika pulang tak ku temui lagi tubuh dan pelukan hangatmu. Aku takut ketika pulang tak ada lagi marah dan nasehat terdengar dari bibirmu. Aku takut ketika aku pulang tak ada lagi tangan yang akan mengusap kepalaku dan me”ninabobo”kanku di kala malam mencekam dan tak ada lagi tangan yang ku cium untuk berpamitan. Aku takut ketika aku pulang yang ku temui hanya sesosok tubuh terbujur kaku dalam balutan kain putih. Sungguh, Aku takut, aku sayang ibu dan aku rindu ibu. 
Ibu, kala jauh, aku mendekat padamu melalui hati pada penciptaku agar Dia menjagamu dan mencintaimu melebihi cintamu padaku.

Rabu, 07 Desember 2011

Dia, Muslimah yang Berprinsip

oleh Nur Fazlina pada 7 Desember 2011 pukul 4:15 ·

Malam ini adalah malam selasa dan aku pun teringat pada amanah, tugas yang sudah menjadi rutinitas, yakni mempelajari LO yang telah ditentukan pada hari senin. Aku harus segera fokus dan belajar malam ini. Dengan tidak membuang-buang waktu, Aku pun tersentak, bangkit, dan mengangkat piring dan gelas kotor yang baru saja ku gunakan untuk menaruh makanan pengganjal perut malam ini menuju wastefel di dapur yang letaknya tak jauh dari kamar kosku. Ketika ku mulai membilas piring tersebut satu persatu, ku terkejut mendengar suara seakan memanggil namaku dan melihat sesosok tubuh berada tepat disebelahku. Ternyata, kak Anisa telah beberapa detik yang lalu menuju kamarku untuk sekedar menemuiku tetapi tak menemukanku dikamar. Dalam sekejap, percakapan kami pun dimulai sembari menungguku selesai membilas piring dan gelas yang berlumuri sabun. Ku mulai memahami maksudnya menemuiku. Dia bermaksud melihat-lihat atau meminjam buku atau majalah yang ku koleksi dikamar.

Beberapa menit kemudian, kami pun telah berada dikamar dengan ukuran standar untuk kos seorang mahasiswi FK Unand. Ku pun menyuguhkannya beberapa buku ringan yang ku koleksi diantaranya : majalah BROCA FK Unand edisi bulan ini, Dawa’ Buletin FSKI FK Unand, Novel Negeri Lima Menara dan Ranah 3 Warna (hehe, dengan nada bangga, ku ceritakan bahwa novel ini lengkap dengan dengan tanda tangan si penulis, Anwar Fuadi), dan Buku “30 Perempuan Pilihan”. Kak Anisa hanya sesekali berkomentar sembari membuka cover yang mulai agak kusam itu. Ia pun tertarik pada Majalah BROCA yang hanya seharga 3500. Dalam anganku, ku mulai menerawang waktu 2 bulan yang lalu ketika mulai pindah ke kos ini. Kala itu, kak Anisa menyapa Aku dan ibu yang sedang membersihkan kamar. Dengan balutan gamis yang terlihat anggun ia memperkenalkan diri sebagai kakak tertua dikosan ini. Saat ini, Ia adalah seorang dosen di salah satu STIKES dan POLTEKES di Padang. Aku pun tergagum dengan muslimah lulusan S2 FK Unand ini.
.
“Kak, Ana bingung deh, klo berdebat dengan Paman yang tergolong menganut aliran yang lumayan aneh dalam islam, Masa’ ya, pas Ana nanya kenapa Beliau gag shalat. Beliau malah ngajarin ‘klo kita shalat cuma karena tradisi atau ngikut rutinitas kebanyakan orang, orang ruku’ kita ruku’, orang sujud kita ruku’ , trus kita gag ngerti maknanya, itu sama aja gag shalat. Intinya kita kan shalat buat komunikasi dengan Allah, Ya, cukup dengan mengingat Allah setiap saat. Itu lebih baik’. Gimana pendapat kakak? Ana bingung mau mendebat kayak gimana”, ku memulai obrolan dengan kak Anisa di kesunyian malam ini.

Hmm,,”, dengan sedikit wibawa yang agak nyantai kak Anisa mencoba melukiskan pendapatnya yang cukup bisa dicerna oleh setiap lekuk saraf otak ini. “ Ana, kita kan tau, sejak kecil, sejak SD lah, klo dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa diwajibkan atas setiap Umat Islam untuk Shalat 5 waktu sehari semalam sebagaimana hasil dari Isra’ Mi’raj Rasululaah SAW. Shalat adalah komunikasi kita dengan Allah. Memang, yang kita lihat saat ini kebanyakan orang cenderung memaknai shalat sebagai rutinitas, melaksanakan gerakan shalat dan membaca lafal shalat yang dihafal dan diajarkan guru ngaji tanpa memaknai arti setiap ayat dalam shalat sebagai bahasa yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan Rabb sehingga shalat hanya terlihat sebagai tradisi belaka. Tapi, apakah karena hal tersebut, lantas kita kalah, kita menyerah, dan memilih jalan mudah untuk berkomunikasi dengan Allah hanya dengan mengingat-Nya setiap detik saja padahal dalam Al-Qur’an, Dia meminta kita berkomunikasi dengan-Nya dengan salah satu cara wajib yaitu shalat. Seharusnya, kita sebagai muslim tidaklah meniru kebanyakan orang dalam berbuat yang belum sempurna. Intinya, dengan menyempurnakan shalat kita, kita akan menjadikan shalat bukan sebagai rutinitas belaka, namun lebih untuk berkomunikasi, berserah, bermunajat, dan berhubungan dengan Rabb. Ana kan juga tau klo shalat bermanfaat untuk kesehatan dilihat dari gerakan shalat yang dilakukan secara sempurna mulai dari wudhu’, ruku’, sujud, dll”. Aku pun tertegun dan kata-kata ini seakan menusuk hati dan logikaku yang mulai rapuh oleh logika nafsu.

Kak, nanya lagi ya, bole kan” kata ku dengan nada memohon dan lugu. Dengan tampang menyebalkan, kak Anisa pun menudingku. “Haha, Kakak sih klo mempelajari soal syariat agama lebih suka dimaknai secara akal dan logika yang sehat. Semua memang telah tertera dalam Alqur’an dan Hadits, tetapi alangkah paham dan indahnya jika kita mencari hal-hal lain yang lebih masuk akal dan lebih ilmiah yang membuat kita lebih yakin pada ayat yang tertera dalam Al-Qur’an dan Hadits dan memaknainya secara lebih ikhlas”.

Benar juga sih kak, tapi kan butuh waktu ekstra buat nyari hal-hal tersebut. Oiya, Btw, Ana kan dulu pernah punya beberapa teman. Anehnya, tapi Alhamdulillah juga sih kak ngeliat dia dalam beberapa bulan saja bisa berubah menjadi akhwat banget gitu loh, jilbab dalam, baju longgar, dll, gimana tuh kak? Ana malah jadi takut ada kaitannya dengan aliran sesat”, ku pun memulai obrolan baru.

“Nah, Menurut kakak ya, terserah Ana setuju atau ngak ya. Kita sebagai muslim sebenarnya ngak berhak menuding seseorang sesat atau mungkin malah memaknai agama dengan sempurna. Cukup Allahlah yang berhak menilai apakah orang tersebut baik, pura-pura baik atau malah terbaik di mata-Nya. Mungkin saja orang yang biasa-biasa saja, hatinya lebih bersih dari kita. Mungkin saja ketika kita benci melihat orang pacaran, jalan dengan cowok, bergunjing, suatu saat kita akan terpengaruh dan berbuat hal yang sama. Kita sebagai hamba-Nya hanya bisa berusaha menjadi terbaik dimata-Nya. Untuk simplenya, apa yang memang telah umum dalam agama dan menjadi sesuatu yang wajib memang harus kita pertahankan disertai pendalaman menuju kesempurnaan. Jika Ana melihat orang tidak shalat, puasa, berzakat, padahal ia sangat paham agama, Ana boleh dengan gamblang menudingnya ‘sesat’ atau kafir. Terkadang, ada orang yang lebih dahulu menemukan cahaya-Nya untuk menjadi muslimah dalam balutan pakaian taqwa. Namun, terkadang ada orang yang takut, tak berani dan menunda untuk itu karena merasa belum siap dan cahaya itu belum menerobos hatinya. Intinya, kita sebaiknya berusaha menjadi terbaik dimata-Nya, berani berubah dalam usaha memperbaiki, bukan menunda untuk berubah”. Dalam anggukan setujuku, kak Anisa mengakiri penjelasan yang terlihat begitu panjang. Ia hanya nyengir melihat wajah luguku. Sesekali ia bertanya pendapatku. Terkadang ia setuju tetapi terkadang juga membantah dan meluruskan.

Malam semakin larut disertai sunyi yang terus menghiasi. Untung, malam itu setiap kamar di kos dihuni dan pagar digembok dengan kuat sehingga maling-maling mengurungkan niatnya berkunjung untuk ketiga kalinya. Ketakutanku malam ini pun seakan hilang dengan kehadiran kak Anisa dikamarku. Aku bersyukur bisa kenal dan sekosan dengan kak Anisa. Ia tak sama dengan orang yang biasa ku kenal. Biasanya, dengan dengan teman-teman, aku akan mengobrol masalah cowok, pacaran, atau jalan-jalan, semua yang berbau duniawi. Kini sesosok tubuh didepanku seakan menyejukkan hatiku yang mulai gersang. Ia tak ragu-ragu menyodorkan prinsip-prinsipnya tentang hidup dan islam. Aku pun malu akan kekanak-kanakan ku dalam memandang diriku sebagai muslim dalam menjalankan perintah-Nya.

--- | | --

Dengan penuh sabar, ku gosok-gosok baju-baju yang terlihat penuh bakteri. Untung, detergen yang ku pakai lumayan harum untuk merilekskan otot-ototku yang mulai aus oleh kontraksi menggerakkan batang gundar di permukaan baju. Seakan menikmati, satu persatu baju telah selesai ku bilas. Ya, hanya butuh sedikit tenaga lagi untuk menjemur. Tak terbayang rasanya bila esok, aku tak punya baju bersih lagi. Lagi-lagi, ada yang mengganggu konsentrasi ku dalam mencuci dan lagi-lagi, ia adalah kak Anisai. Kali ini, ia menemuiku untuk mengajak ke Gramedia. Dengan cepat, ku menjawab ‘ya’ karena ku memang berfikir untuk hunting buku lagi. Buku “Surat Kecil Untuk Tuhan” yang ku beli seminggu lalu telah ku santap dengan lahapnya. Tentu, kali ini, keinginan untuk hunting mulai muncul lagi.

Beberapa menit kemudian, ku telah siap menunggu kak Anisa yang sedari tadi berdandan di kamarnya. Untungnya, tepat di garasi mobil ibu/pemilik kos, terdapat bangku panjang yang bisa menopang tubuhku. Dengan dandanan seperti kuliah tadi pagi, ku berjalan gontai bersama kak Anisa menuju jalan raya di depan FK Unand. Target kami kali ini adalah menyetop angkot jati yang bisa membawa kami menuju tempat tujuan. Dandan kak Anisa yang terhitung sedikit lama terbayar impas dengan senyuman yang menghiasi bibir kami dan rasa percaya diri ditengan keramaian kawasan mahasiswa ini. Aku kembali menerawang dan teringat pada percakapan di malam itu. Sembari tersenyum didalam hati yang mampu ku simpulkan dari kata-katanya, “tak segampang itu kita sebagai wanita bermimpi memiliki pasangan yang shaleh, begitu juga tak mudah semudah itu seorang laki-laki mendamba seorang wanita shalehah. Semua sebanding, ketika kita seorang wanita, ingin mendapat Rasulullaah, kita harus menjadi seperti Siti Khadijah, ketika kita seorang pria ingin mendapatkan Siti Fatimah, kita harus menjadi seperti Ali bin Abi Thalib”.

Dalam hitungan menit, Angkot Jati pun berhasil mengantarkan kami ke tempat yang tergolong elit, tidak hanya karena bangunan yang dibuat mewah, tetapi juga karena pengunjung yang datang adalah kaum intelektual daerah ini. Kak Anisa dengan sigap menyapa pegawai disana untuk menanyakan Laser infokus yang ia butuhkan. Karena ia ragu dengan harganya dan itupun bukan tipe yang ia inginkan, iapun mengurungkan niat untuk membeli. Aku pun mengajak kak Anisa ke lantai dua untuk melihat buku-buku yang berlabel paling murah 20ribuan. Buku-buku medis, bernuansa biologi di lemari berhasil membiusnya untuk sekedar bertanya harga pada petugas. Hanya saja, ia bisa membandingkan dan menyimpulkan buku-buku di Ramadiva memang lebih murah dan terjangkau oleh kantong mahasiswa. Meskipun buku-buku religi ringan atau novel ringan yang dipajang juga berhasil membiusku, hati ini pun mulai berbisik dan telpon mama pun mengingatkanku bahwa buku-buku kuliah yang mulai menggunung dikamar kos belum ku lahap dengan sempurna. Ku urungkan niatku untuk membeli begitu juga kak Anisa Dalam rintikan hujan yang semakin deras, kami pun mulai melangkahkan kaki untuk keluar dari gedung yang sedikit menghipnotis uang-uang dompetku untuk keluar. Tepat didepan gedung, angkot jati kembali berlalu-lalang dan kami pun memutuskan untuk menaiki salah satu dari mereka.

Dalam perjalanan pulang menuju kosan tercinta. Aku dan kak Anisa berhasil menguasi suasana angkot dengan obrolan kami. Kali ini, keningku berkerut, terharu dan terseyum simpul. Lagi-lagi, Ku sedikit mulai melihat prinsip dalam hidupnya. Ia hanya wanita muslimah biasa yang dengan sungguh-sungguh menempuh pendidikan S2 nya hingga nilai coumloude itu mudah ia dapatkan dan pribadi yang dengan tulus ikhlas menekuni profesinya sebagai dosen, bukan pribadi yang ambisius dan gila gelar akademik seperti : gelar S3 ataupun Professor. Bibirku pun kelu melukiskan semua gambaran prinsip yang ia lukiskan. Namun, tak diragukan ia adalah sosok yang berprinsip, berusaha untuk terus kuat dan menikmati hari-hari. Sungguh, aku ingin belajar dari keteguhan prinsipnya. Sungguh, Aku pun berharap prinsip hidupku bisa tumbuh dalam hatiku, berbunga, dan bisa berbuah pula dikemudian hari. Tak ingin angin menerbangkannya di kala ia mulai berbunga.

Selasa, 01 November 2011

Mereka Adalah Keluarga Baruku ( Turun I Kabin V )

oleh Nur Fazlina pada 1 November 2011 pukul 7:22 ·

Awalnya emang ragu untuk ikut kabin atau tidak. Bukan lebih karena takut ketinggalan kuliah atau bahkan takut gagal dalam membina keluarga yang diamanahkan, melainkan lebih kepada kesibukan akhir-akhir ini seperti LKMM, MAI, OR dan BBMK MRC, dll ditambah cuaca yang tidak bersahabat sehingga lebih menguras tenagaku melawan sekelumit virus yang menyerang tubuh hingga kemaren aku tumbang dan kalah oleh virus-virus itu. Namun, syukurlah teman-teman tutorial menyemangati untuk tetap ikut : Kabin kan baru langkah awal. Kalau pun gagal, kita kan bisa belajar dari kegagalan tersebut untuk FOME tahun depan. Nah, kalau ikut kabin tahun depan, konsentrasi kita harus dibagi 2 dong, KABIN dan FOME. Soal sakit, Alin coba tingkatin imunitas dengan 2 cara : Alami seperti minum bandrek, skoteng, makan telur separuh matang, makan yang pedas-pedas, tidur yang cukup,dll dan Konsumsi obat seperti paraceramol, STM (?), vitamin, dll. Saran dari teman-teman ini dengan ditambah semangatku yang meningkat sepertinya cukup manjur dan mengalahkan sekelumit virus-virus yang senantiasa menyerang tubuh hingga 5 jam yang lalu aku pun menemukan keluarga baru yang begitu bersahabat, Bapak, Ibu dan Adik yang mengingatkanku pada bapak, ibu, dan adik nun jauh disana.

Ketika menginjakkan kaki dirumah yang baru pertama kali ku kunjungi, perasaan dihati ini pun mulai buncah, jantung berdetak sedikit kencang mungkin akibat meningkatnya kontraksi ventrikel akibat ransangan saraf simpatis dan sel-sel otak mulai bekerja mencari cara untuk mengaplikasikan materi yang telah disuapi selama ini, KOMUNIKASI EFEKTIF. Apa yang dibayangkan pun tak seratus persen sama. Ku berusaha mengingat dan mencoba trik-trik yang disampaikan saat tentiren : meyalami bapak dan ibu dalam keluarga tersebut, memperkenalkan diri dengan tanpa embel-embel membutuhkan atau dibutuhkan tetapi saling berbagi perasaan, keadaan, dan ilmu, tidak mengeluarkan kertas kumpulan data (takut dikira sensus), menanyakan nama ibu, bapak, dan adik serta anggota keluarga lain, sedikit bercerita dan sedikit canda tawa, bermain tebak-tebakan dengan si adik yang masih SD, menanyakan kesibukan ibu dan bapak sehari-hari, berbagi cerita tentang penyakit yang ibu, bapak, dan adik pernah derita, menanyakan kapan mereka bisa dikunjungi lagi, dll. Aku pun merasa lega karena bisa mencoba semua trik ini dan sang keluarga pun menyambut dengan bersahabat. Data-data yang dibutuhkan memang belum terlalu komplit, tetapi aku harus pamit karena senja mulai menampakkan diri. Anehnya, bapak dan ibunya malah memberi pisang untuk dibawa pulang. Dengan berat hati, aku pun menerima dan berterimakasih karena mungkin saja ibunya tahu kalau kami, anak kos, jarang makan pisang. Dalam perjalanan pulang yang temani tetesan hujan deras, aku dan temanku memang basah kuyup, tetapi setidaknya senyuman diawal ini meyakinkanku untuk tetap mencoba, berusaha, dan mereka adalah keluarga baruku

Kamis, 27 Oktober 2011

Teman, Ku Balas Surat Cinta darimu


oleh Nur Fazlina pada 27 Oktober 2011 pukul 10:57 ·

Teman, ketika menerima surat yang mengaromakan suara-suara cinta dan kasih darimu, bibirku kelu seakan tak bisa berkata. Namun, hati ini berontak untuk membalas setiap untaian kata yang sarat akan makna. Dalam senyuman yang tulus dan sedikit cekikikan tawa, ku merasa agak janggal dengan kalimat ‘aku membutuhkanmu’ . Aku merasa tak layak menerima tudingan itu karena merasa terlalu berlebihan. Aku merasa Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lebih pantas menerimanya. Lirikan mataku pun berpindah pada baris berikutnya tetapi tetap pada bait yang sama. Ku melihat raut-raut keseriusan mulai muncul dan memori-memori yang kamu gambarkan pun mulai tampak. Allah memang Maha Tahu, teman. Setiap takdir yang digariskan adalah takdir terbaik yang Dia beri, hanya saja terkadang kita merasa kurang tepat menerimanya. Aku hanya seorang teman yang berusaha untuk menemani, memahami, dan mengerti. Namun, akupun sama denganmu, terkadang dikuasai keegoisan dan ketakberdayaan. Setidaknya, kebersaman ini bisa melemahkan virus-virus keegoisan dan ketakberdayaan.

Teman, setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam memaknai kata cinta dan mencintai. Kamu, aku, mereka, dan dia pun akan menyetujui hal tersebut. Aku jadi ingat beberapa kalimat dari Tenliit yang berjudul Rival.
"Batas antara cinta dan benci adalah dusta
Batas antara rival dan teman adalah persaingan
Batas antara jenius dan tolol adalah usaha
Batas antara berani dan nekat adalah pertimbangan"

Teman, aku sungguh terharu dengan kata-kata ‘sahabat sejati hanya karena Allah’ dalam suratmu. Goresan penaku seakan gagal ketika berusaha menggambarkan sosok‘sahabat sejati hanya karena Allah’. Namun, aku sama denganmu, sungguh ingin menjadi dan bersabahat dengan sosok sahabat sejati karena Allah, sahabat yang memberitahu kekurangan sahabatnya, sahabat yang mengajak ke dalam kebaikan, sahabat yang berteman karena Allah bukan karena kaya, keren, populer, modis, gaul, pintar dll, dan sahabat yang mau mengajak dan diajak ke Syurga-Nya.

Teman, jika memang suatu saat perpisahan itu harus ada dan tangisan itu harus pecah dan membasahi bumi, pesanmu akan selalu ku simpan dalam setiap lekukan saraf-saraf otakku hingga sel-sel itu tak mati dan lengkang oleh waktu, bahkan Alzheimer pun tak mampu membunuhnya. Aku pun berpesan, jadilah dirimu yang begitu bahagia karena keinginan yang besar akan cita-citamu, jadilah dirimu yang anggun ketika berpakaian putih itu, jadilah dirimu yang mulia dalam gelar yang ditulis didepan namamu itu, dan jadilah muslimah sejati dalam cinta pada Ilahi. Bila nanti waktunya telah tiba, ku akan mengabarkan bahwa aku telah menemukannya dan berikan undangan padamu. Nanti dan disini, aku pun akan sabar menunggu kabar dan undangan darimu.

Minggu, 23 Oktober 2011

Kenalkah anda dengan penyakit Alzheimer ?


oleh Nurfazlina, peserta Latdas 1 , BKMM MRC FK Unand
 
 
Bagi para pencinta sinetron Indonesia terutama sinetron keluarga yang ditayangkan di RCTI saat beristrahat malam dengan episode yang relatif lama bahkan dengan kisah yang cukup pelik, tentu ada yang masih ingat dengan film yang mengisahkan tentang kisah Nikita willy bersama sang bunda yang menderita sakit. Sebenarnya, film ini tidak berpusat pada kisah ia bersama ibunya. Namun, pada topik ini, kita akan cenderung sedikit mengingat bagaimana kesedihan yang dirasakan oleh Nikita willy, sang ayah, dan anggota keluarga lainnya saat menghadapi sang bunda yang berkelakuan aneh setiap harinya. Sang bunda divonis dokter menderita Alzheimer, penyakit yang terdengar baru tetapi sangat marak dibicarakan.
 
 
Bagi kalangan yang menonton film ini secara seksama, tentu akan bisa melihat bagaimana sang bunda setiap ia bangun tidur lupa atas kegiatan yang pernah ia lakukan beberapa waktu sebelumnya sehinggga ia akan merasa hari tersebut adalah hari yang sama, tanggal yang sama, dengan berfikir akan melakukan kegiatan hari sebelumnya yang ia pikir belum dilaksanakan. Dalam dunia medis, hal ini disebut dengan pikun, yaitu kemuduran intelektual berat dan progresif yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari sebagai akibat kemunduran otak akibat berkurangnya massa otak dan kematian sel-sel otak karena proses penuaan.
 
 
Dalam menonoton film yang diperankan oleh ibu yang kelihatan seperti berusia lebih dari setengah abad ini, sebagian atau beberapa orang akan berpendapat bahwa penyakit ini diderita oleh kalangan berusia lanjut. Kali ini, pendapat ini bisa dikatakan benar. Penyakit alzheimer menyerang orang berusia lanjut( diatas 65 tahun). Tingkat terjangkitnya penyakit yang selalu menyerang para lansia ini memiliki rasio 1:10. Pada kelompk usia 80 tahun rasionya lebih besar menjadi 1:4.
 
 
Ketika kembali mengingat apa yang menyebabkan sang bunda menderita penyakit ini, kita mungkin sedikit enggan menyimpulkan karena film ini terlihat terlalu pelik. Sesuai dengan gambaran umum dari penyakit ini pada paragraf sebelumnya, faktor penyebab penyakit alzheimer antara lain proses degerneratif otak akibat keracunan, gizi buruk, penggunaan alkohol, stres dan depresi, serta penggunaan obat anti depresi, obat tidur,obat herbal, dan obat bebas secara berlebihan. Alzheimer juga disebabkan oleh faktor keturunan genetis. Jika orang tua atau generasi sebelumnya pernah menderita penyakit ini, maka kemungkinan besar penyakit ini menurun.
 
 
Berbagai usaha tentu dilakukan Nikita willy bersama keluarga untuk menyembuhkan sang bunda, mulai dari setiap hari berpura-pura mengikuti alur pikiran sang bunda, tidak menimbulkan depresi lebih buruk pada sang bunda sehingga tidak memperparah penyakit, dll. Sebenarnya, apa yang dilakukan Nikita willy dan keluarga tersebut merupakan salah satu terapi untuk menyembuhkan sang bunda. Dunia medis menyebutnya terapi nonfarmakologis yaitu terapi yang memerlukan intervensi pasien sendiri, pengasuh dan lingkungan yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi kognitif yang masih ada. Disisi lain, terapi ini juga dapat berupa terapi relaksasi dan latihan fisik untuk menyehatkan kerja otak atau senam otak. Yang tak kalah penting adalah terapi farmakologis yaitu berupa obat-obat yang diberikan dokter ketika penderita dan keluarga mengecheck secara berkala.
 
 
Akankah kita menjadi orang yang tak mengenal penyakit ini? Hal yang terburuk ialah bagaimana seandainya ada orang disekeliling kita yang menderita gejala atau tanda-tanda yang sama dengan sang bunda alami dalam film tersebut sementara kita tak pernah peduli dan tau. Setidaknya, dengan sedikit mengenal akan penyakit ini, kita bisa respect , memahami, dan menolong dengan cara-cara yang bisa dilakukan.
 
 
Daftar Pustaka

Pratiwi, D.A. ,dkk .2006. Biologi SMA jilid 2 untuk Kelas XI . Jakarta : Penerbit Erlangga

Kamis, 20 Oktober 2011

Daun Sirih bagi Penderita Epistaksis (ARTIKEL ILMIAH BBMK MRC)



ARTIKEL ILMIAH

“ Daun Sirih bagi Penderita Epistaksis (Mimisan) ”
Oleh : Nurfazlina
(Peserta BBMK dan OR MRC 2011-2012)


1.    Pendahuluan

Secara tradisional, Orang Indonesia sudah tidak asing lagi dengan daun sirih. Daun sirih memiliki banyak manfaat, diantaranya bisa digunakan untuk berkumur jika mulut sedang bengkak, menghilangkan bau mulut, serta menghentikan darah ketika gigi dicabut, rasa gatal dan bisul kecil dapat disembuhkan dengan mencuci bagian tersebut dengan ekstrak daun sirih, mengandung eugenol yang bisa mencegah ejakulasi dini, membasmi jamur candida albicans yang antara lain menyebabkan keputihan pada kaum wanita, dan bisa meredakan rasa nyeri mengandung tanin yang bisa mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati, dan mencegah diare, dll.

Mimisan. Kata yang cukup akrab di telinga banyak orang ini biasa digambarkan sebagai mengalirnya darah dari hidung. Orang Yunani kemudian menyebutnya epistaxis atau perdarahan hidung. Umumnya, epistaxis atau mimisan memang tidak berbahaya, meski dalam beberapa kasus mimisan mengindikasikan penyakit yang berbahaya.

Secara umum, ada sebuah fenomena yang banyak kita temukan yang berkaitan dengan mimisan ini yaitu orang Indonesia yang masih tradisional spontan akan menggulung selembar daun sirih (piper betle lynn) dan memasukkannya ke hidung bocah untuk menyumbat darah yang keluar akibat mimisan. Dalam sekejap, aliran darah dari hidung itu pun berhenti. Namun, hingga saat ini, belum banyak kajian ilmiah tentang kaitan mimisan dengan daun sirih tersebut. Namun, dalam buku Tumbuhan Berguna Indonesia (1987) disebutkan, jika diisap, cairan daun sirih mampu menghentikan perdarahan pada hidung.

Terkait dengan fenomena diatas, maka masalah yang akan dibahas adalah bagaimana daun sirih dapat mengobati pendarahan pada saat Epistaksis? Tujuan peneliti adalah untuk mengetahui bagaimana daun sirih dapat mengobati pendarahan pada saat Epistaksis?

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena di masyarakat tradisional mengenai manfaat daun sirih bagi penderita Epistaksis secara ilmiah sehingga di kemudian hari terdapat kejelasan yang meyakinkan masyarakat tentang manfaat daun sirih. Penelitian ini difokuskan pada penelahaan kandungan daun sirih dan manfaatnya pada proses pembekuan darah.


2.    Pembahasan

2.1 Epistaksis

Epistaksis atau mimisan adalah gangguan klinis berupa pecahnya pecahnya pembuluh darah pleksus Kieselbach dan pleksus Woodruff di septum nasi sehingga menimbulkan pendarahan. Menurut Porter, misteri di balik mimisan pertama kali diungkap oleh Carl Michel (1871), James Little (1879), dan Wilhem Kiesselbach. Mereka adalah orang pertama yang berhasil mengidentifikasikan bahwa mimisan merupakan perdarahan hidung akibat terganggunya sekat rongga hidung bagian depan atau anterior.
Gangguan klinis pada Epistaksis bisa diakibatkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal yang menyebabkan mimisan termasuk anomali vaskular, infeksi atau radang ringan, trauma, luka iatrogenik, neoplasma, serta munculnya unsur desikasi di dalam tubuh. Sedangkan faktor sistemik mencakup hipertensi, atheroklerosis, infeksi atau radang karena suatu penyakit, hingga ginjal dan liver. Karena itu, mimisan bisa menjadi gejala biasa, tetapi bisa pula menjadi gejala berbahaya.
Ada dua area yang paling terkena imbas mimisan, yang disebut plexus Kiesselbach dan plexus Woodruff. Plexus Kiesselbach merupakan perdarahan dari wilayah sekat rongga hidung bagian depan (anterior), sedang plexus Woodruff adalah posterior. Perdarahan anterior biasanya terjadi pada anak-anak berumur dua tahun hingga 10 tahun dan remaja. Adapun perdarahan posterior umumnya terjadi pada orang dewasa, tepatnya di atas umur 40 tahun. Yang paling umum, mimisan pada orang dewasa akibat tekanan darah tinggi karena pengapuran pembuluh darah.
Mimisan bisa terjadi akibat tindakan sangat sepele, misalnya mengorek hidung terlalu kuat, hingga penyakit serius. Umumnya ini gejala seperti sering terjadi pada anak-anak. Selain itu, mimisan bisa pula karena pilek, polip, pengeringan hidung akibat pergantian cuaca, hingga penyakit TBC. Jika TBC menyerang hidung, bisa dipastikan akan terjadi mimisan. Juga, trombositopenia, hemofilia, leukimia, hipertensi akibat pengapuran pembuluh darah, kekurangan vitamin D serta K, gangguan keseimbangan hormon, dan keracunan obat. Khusus pada anak-anak, mimisan bisa terjadi karena hidung kemasukan benda keras atau biji-bijian yang mengakibatkan infeksi dan perdarahan. Biasanya, gejala seperti ini ditandai dengan bau busuk dari lubang hidung. Namun, mimisan yang harus diwaspadai adalah dalam kasus posterior. Umumnya, mimisan pada kasus ini lebih sering terjadi dan mengeluarkan darah lebih banyak. Karena itu, mimisan pada kasus ini hanya bisa ditangani para ahli. Perdarahan hidung posterior karena infeksi antara lain akibat sinus paranasal seperti rinitis atau sinusitis. Namun, yang lebih parah adalah mimisan akibat lupus, sifilis, atau lepra.
                                          
2.2    Kandungan daun Sirih untuk mengobati Epistaksis

Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang  pohon di sekelilingnya dengan daunnya yang berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh bersilang-seling, bertangkai, teksturnya agak kasar dan mengeluarkan bau jika diremas.  Batangnya berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat dan berkerut. Sirih hidup subur dengan ditanam di daerah tropis dengan ketinggian 300-1000 m di atas  permukaan laut terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan air.Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar  Dalam farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai tanaman yang memiliki sifat hangat dan pedas.

Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, kavibetol, karvacol, eugenol, dan allilpyrocatechol.Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati dan asam amino.Kandungan eugenol dalam daun sirih mempunyai sifat antifungal.   
                                                                                                   
Daun sirih di yakini bisa meredakan kucuran darah dari hidung atau mimisan, khasiat daun sirih membantu menutupnya pembuluh darah yang pecah di hidung .Daun sirih lebih efektif karena memiliki dua fungsi.Fungsi pertama adalah mekanis dan kedua berfungsi kimiawi. Fungsi mekanis daun sirih adalah menekan pembuluh darah didalam hidung, saat gulungan daun dimasukkan ke dalam lubang hidung yang mimisan. Dengan begitu, otomatis penutupan pembuluh darah yang pecah bertambah cepat. Sedangkan fungsi kimiawi daun sirih disebabkan adanya kandungan zat kimia bernama tanin di dalamnya zat ini bisa membantu menutup pembuluh darah yang pecah di hidung. Sumber lain menyebutkan bahwa minyak atsiri dari daun sirih mengandung betalephenol dan chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi, dan anti jamur. Itulah sebabnya, daun sirih bersifat menahan pebuluh darah, menyembuhkan luka pada kulit, dan menghentikan pendarahan.Fungsi daun sirih sebagai desinfektan atau pembunuh kuman, membuat tanaman obat tradisional ini dapat membunuh bakteri atau kuman yang terdapat dalam hidung. Selain menghentikan pendarahan, akan mengurangi luka dihidung akibat infeksi.

                        Penelitian yang dilakukan Dr.drg Hari Sumitro SpBM dalam promosinya sebagai doktor di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG-UI), ditemukan khasiat daun sirih yang mampu mempercepat pembekuan darah karena ekstrak daun sirih oleh etanol yang mengandung senyawa aktif seperti phenol, beta caryophyllene, 2-methoxy-4(1-prophenyl, dan alfa-amorphene, dapat mempercepat proses koagulasi atau pembekuan darah.
    




3.    Penutup

Berdasarkan pembahasan ilmiah dan penelitian ilmiah diatas, daun Sirih dapat dimanfaatkan sebagai obat bagi penderita Epistaksis untuk menghentikan pendarahan. Daun sirih pun dapat menjaga cavum nasi (rongga hidung) yang mengalami gangguan ini dari infeksi akibat bakteri saat penyumbatan.


                                                                                                       
Sumber :

Detik.com

Senin, 10 Oktober 2011

Perlukah Takut terhadap Risiko Strok pada Anak-Anak yang Masih Rendah? (Essai Ilmiah BBMK MRC)



Nama               : Nurfazlina
BP                   : 1110312157
Prodi               : Pendidikan Dokter 2011
Peserta BBKM dan OR MRC 2011-2012

Kebanyakan orang awam masih memiliki pandangan bahwa strok adalah penyakit yang banyak dialami oleh orang lanjut usia. Pernyataan ini tidaklah salah karena kasus yang sering kita temukan dilapangan adalah orang lanjut usialah yang rentan menderita stroke. Bahkan, kita akan dengan cepat memutuskan bahwa anak-anak tidak mungkin atau jarang mengalami strok. Namun, saat ini diakui atau tidak, strok juga diderita oleh anak-anak walaupun dengan risiko yang masih tergolong rendah. Kita tentu akan bertanya atau malah sedikit meremehkan dengan mengatakan “ perlukah saya takut pada risiko strok pada anak-anak yang masih rendah tersebut? ”.

Sebelum kita mengupas dan menuding pernyataan diatas, alangkah baiknya kita melupakan sejenak tudingan diatas dan memusatkan perhatian pada apa itu strok pada anak-anak. Pengetahuan tentang strok secara teoritis ini memang akan membingungkan dan membosankan, tetapi ini akan membantu dalam hal pemahaman apa itu sesungguhnya strok.

Strok (stroke = dalam bahasa inggris) merupakan suatu keadaan dimana secara tiba-tiba pasokan darah ke suatu bagian otak terganggu. Strok pada anak didefinisikan sebagai gangguan serebrovaskular yang terjadi pada usia antara 30 hari (1 bulan) sampai 18 tahun. Definisi lain menyebutkan strok pada anak adalah strok yang terjadi pada usia antara 28 hari setelah lahir sampai 18 tahun.

Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami strok atau bukan, kita dapat melihat gejala-gejala pada anak berupa pusing, migrain atau sakit kepala di bagian tertentu, dan mata terasa berkunang-kunang, pusingnya semakin menjadi-jadi selama 1-2 jam, muntah, kejang, hilang kesadaran, anak yang semula dapat berbicara dengan lancar akhirnya menjadi terbata-bata,dan gerak tubuhnya pun mendadak kaku dan menjadi lumpuh. Gejala tersebut tak hanya dialami oleh anak-anak usia sekolah, melainkan juga pada bayi. Bayi tersebut biasanya akan rewel terus-menerus, tak mau minum susu, muntah, dan kejang. Selanjutnya diikuti dengan menurunnya kesadaran, lemas, bahkan kelumpuhan. Dr. E Steve sebagai ahli penyakit strok mengatakan bahwa gejala pertama stroke pada bayi adalah kejang yang hanya mengenai satu lengan atau tungkai. Gejala kejang ini sering sekali timbul hingga jumlahnya mencapai sepuluh persen dari kelainan kejang yang terjadi pada bayi. Sedangkan pada orang dewasa, gejala kejang jarang sekali ditemukan.

Risiko strok pada anak di dunia memang tergolong rendah. Berdasarkan akumulasi dunia, angka kejadian stroke pada anak-anak sekitar 2 per 100.000 anak per tahun, sedangkan angka kejadiannya pada bayi mencapai 25 per 100.000 bayi per tahun. Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Kanada, dan Cina memberikan akumulasi yang sedikit masih dapat dihitung jari. Di Amerika Serikat Insidensi stroke pada anak diperkirakan antara 2-3/100.000 anak/tahun dan di Perancis Insidensi stroke pada anak diperkirakan 13/100.000 anak/tahun. Di Inggris sekitar 400 anak mengalami stroke setiap tahun. Untuk negara Kanada, Canadian Pediatric Ischemic Stroke Registry (CPISR) melaporkan insidensi stroke iskemik pada anak usia <18 sebesar 2,7/100.000 anak/tahun, 40% pada usia < 1 tahun dengan perbandingan laki-laki: perempuan (1,5:1). Ditambah lagi, Penelitian pada anak-anak Cina di Hong Kong mendapatkan stroke pada anak sebesar 2,1/100.000 anak/tahun dengan 28% diantaranya stroke hemoragik.

Risiko strok yang masih tergolong rendah ini dapat terjadi tentu dengan adanya penyebab-penyebab yang disadari ataupun tidak. Penyebab ini bisa dianggap sebagai awal mula mengapa bisa terjadi strok pada anak, namun bisa juga sebagai pembelajaran bahwa jika terjadi peningkatan risiko strok pada anak tidak terlepas dari faktor penyebab. Secara umum, sebagian besar stroke pada anak-anak terjadi akibat kombinasi faktor penyebab medis dan faktor penyebab perilaku. Berdasarkan pembagian strok, dapat kita lihat beberapa penyebab strok. Sebagian besar (> 70%) kasus stroke pada anak adalah stroke iskemik , yaitu ketika pembuluh darah utama terhalang oleh plak, gumpalan darah atau bentuk lemak lain, dan 30% stroke hemorgaik , yaitu ketika pembuluh darah dalam otak pecah dan darah mengalir ke dalam otak. Namun, jika ditinjau dari segi penyakit yang menimbulkan strok, terpadat dua penyakit yang selalu digembar-gemborkan sebagai penyebab strok pada anak yaitu anemia sel sabit dan penyakit jantung bawaan. Lebih serius lagi, jika kita berbicara penyebab strok dari segi lingkungan atau prlaku, Hal ini tentu akan menjadi sangat kompleks, seperti stress, pola dan gaya hidup yang tidak sehat, tekanan darah tinggi, diabetes dan obesitas.

Ternyata, tak terlepas dari risiko dan penyebab strok, ada hal utama yang perlu kita kupas. Berdasarkan beberapa sumber  data menunjukkan bahwa 20% kasus stroke anak meninggal dalam perawatan. Sejumlah 45% kasus akan menunjukkan gejala kecacatan akibat stroke yang menetap, dan 35% akan sembuh sempurna tanpa cacat. Kejadian strok ulang terjadi sampai 20% kasus, dan meningkatkan kematian. Lebih ironisnya lagi, dari sumber lain  disebutkan bahwa strok pada anak merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian pada anak. Peninjauan medis ini memberi sedikit gambaran bahwa risiko strok yang sedikit namun pasti yaitu hidup, cacat, atau mati. Ditinjau dari aspek medis pun, penyakit ini tergolong penyakit mahal dalam pengobatan. Akankah kita rela membiarkan seorang anak mati ataupun cacat karena mahalnya alat untuk terapi. Dilihat dari akibat sosial.strok pada anak memiliki dampak yang besar dalam masyarakat, diantaranya berhubungan dangan hilangnya masa-masa produktivitas. Seorang, dua, tiga atau beberapa anak yang seharusnya bermain, belajar, menikmati indahnya bimbingan dan belaian orang tua, dan dipersiapkan menjadi harapan bangsa direnggut oleh strok yang bisa saja mancacatkan atau bahkan membunuh secara perlahan dan pasti. Lebih ditakutkan lagi, angka yang masih bisa dihitung jari, angka yang terlihat kecil pada deretan angka lain pada risiko strok pada anak ini diperkirakan anak meningkat seiring dengan pengabaian dan peremehan pada usaha preventif dan pengobatan. Masihkan kita perlu bertanya atau meremehkan dengan mengatakan perlukah saya takut pada risiko strok pada anak-anak yang masih rendah tersebut? ”.

Rasa takut atau tidak, akan menimbulkan banyak respon. Namun, alangkah indah dan bermanfaatnya jika rasa takut menjadi tonggak awal untuk mencegah, berubah, dan berbuat lebih baik. Ketakutan yang timbul ketika kita tahu bahwa strok pada anak-anak tak pantas dipandang sebelah mata karena risikonya masih rendah, dapat terjadi pada pribadi, keluarga terutama orang tua, masyarakat dan pemerintah.

Sebagai pribadi, terutama pada anak-anak sebagai objek pembicaraan, ketakutan akan cenderung pada akibat yang ditimbulkan pada fisik,  seperti kematian dan kecacatan, dan pada mental, seperti malu karena cacat, takut harus dirawat dirumah sakit, tidak menikmati masa-masa bermain seperti teman secara normal,dll. Sebagai pribadi, ketakutan ini bisa menuju pada pencegahan personal seperti, menjaga pola makan dan gaya hidup pribadi/ anak-anak, apabila ada masalah dapat berbagi dengan teman, guru, atau orang tua sehingga tidak menimbulkan stress berkepanjangan, dan pemberitahuaan pada orang tua ataupun lingkungan tentang gejala yang timbul pada tubuh. Bagi bayi atau pun balita, hal pencegahan dan pengobatan secara lansung lebih difokuskan pada bantuan pihak lain, seperti orangtua, baby sitter, dokter, dll berupa pengecekan status gizi, pemeriksaan penyakit bawaan atau gejala penyakit, dan perhatian yang lebih pada setiap perubahan tingkah laku bayi/ balita.

Sebagai orangtua, ketakutan terhadap strok pada anak menjadi hal yang dominan dalam tahap pencegahan dan pengobatan karena orang tualah yang paling tahu anaknya, orang tualah pihak yang sering berada di dekat si anak dan orang tualah yang memutuskan apa pertolongan yang harus diberikan pada anak. Pada orang tua, tahap pencegahan dapat dilakukan dengan peningkatan kepekaan orang tua terhadap keingintahuan tentang apa itu strok pada anak, apa penyebabnya, dan apa bahayanya. Tanpa pengetahuan pencegahan tentang strok lebih lanjut terhadap anak, seperti pengaturan pola makan dan gaya hidup, peredaan stress, pemeriksaan penyakit bawaan yang anak derita, dll , orang tua harus rela menggotong anaknya kerumah sakit, bersabar menunggu apakah si anak bisa tetap hidup, cacat, atau meninggal, dan berkorban materi demi pengobatan yang mahal.

Sebagai masyarakat dan negara, ketakutan ini hanya berupa prihatin dan sedikit kegelisahan. Bagaimana tidak, masyarakat dan negara membutuhkan anak-anak sebagai elemen yang berperan khusus sebagai tunas yang akan menumbuhkan bibit-bibit di kemudian hari. Bahkan, adanya kematian dan kecacatan akibat strok ini akan menurunkan status sosial suatu masyarakat dan bangsa karena sedikit menghilangkan garis-garis kesejahteraan rakyat yang diimpikan. Tokoh masyarakat dan pemerintah seharusnya dapat menginformasikan, memberi penyuluhan tentang gejala, risiko, penyebab, dan akibat penyakit yang terlihat masih awan pada masyarakat, seperti strok pada anak ini, untuk menghindari kelalaian dalam pertolongan dan pengobatan akibat ketidaktahuan


Sumber :

Gemari Edisi 94/Tahun IX/Nopember 2008 _ 63

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak