Sabtu, 14 Desember 2013

Ceritaku : Masya Allah, ODOJ

Setelah beberapa hari ini berkenalan dengan ODOJ, kali ini saya memutuskan untuk menuliskan dan menceritakannya. “Masya Allah” (ungkapan ketakjuban pada hal-hal yang indah dan hal yang indah itu memang dicinta dan dikehendaki Allah), itulah yang terucap dibibir ini, ketika dipertemukan dengan majelis ini. Kami menganggapnya majelis Al-Qur’an plus majelis ilmu.

Kenapa majelis Al-Qur’an? Dalam majelis ini kita diajak untuk membaca Al-Qur’an dengan targetan 1 juz per hari. Mungkin beberapa grup juga menambahkan dengan target membaca plus mentadaburi atau plus targetan hafalan. “Masya Allah” ,  lagi-lagi terucap. Bagaimana tidak, saya yang sebelumnya hanya bisa baca Al-Qur’an 1 atau 2 juz waktu bulan Ramadhan, dan sekarang Alhamdulillah … dan mohon do’anya semoga bisa istiqamah. 

Kenapa majelis ilmu? Dalam grup ini saya berkenalan dengan akhwat2 seindonesia, ada dari jogja, bandung, Jakarta, dll. Mulai dari siswa smp, sma, kuliah, dan ibu2. Lantas dimana ilmunya. Dari keanekaragaman ini, kami belajar banyak, mulai dari ilmu parenting yang diceritakan ibu-ibu yang tangguh, ilmu manajemen waktu dari akhwat2 dan ibu-ibu yg luarbiasa sibuknya, ilmu bahasa arab dari akhwat yang luarbiasa jagonya, dan banyak lagi ilmu lainnya. Yang pastinya, tidak hanya ilmu duniawi, tetapi lebih utama, yaitu ilmu agama atau ilmu akhirat.

Jujur, saya yang terkadang merasa sepi, merasa gersang, merasa hilang tujuan dalam hidup, merasa lemah, merasa iman yang naik turun, dsb, sekarang mulai berucap syukur telah diperkenalkan dan berkenalan dengan ODOJ. Bagaimana denganmu saudara dan saudariku? Semoga Allah senantiasa menuntun kita dan membalas amal ibadah kita. Bismillah, Istiqamah… :-)

Jumat, 06 Desember 2013

Tulisanku : Film Kehidupan


Ketika menonton sebuah film, kita akan penasaran bagaimana akhirnya. Terkadang bisa ditebak. Terkadang sulit. Hanya ada dua pilihan : Happy Ending atau Sad Ending. Ketika begitu menikmati setiap alur cerita, kita pun harus mengakhirinya dengan sebuah akhir cerita. Ketika tidak menyukai alur cerita, kita harus tetap mengikutinya hingga sampai di akhir cerita. Seberapa penasarankah dirimu dengan akhir ceritanya? Tetap saja harus mengikuti alur ceritanya. Mungkin kita bisa mempercepat ceritanya dengan lansung menuju ke episode akhir, tetapi itu tidak seseru ketika mengikuti alurnya.

Kehidupan layaknya sebuah film. Film tentang hidup dan kehidupan. Menariknya, kita tak bisa menebak akhirnya. Hanya bisa mengikuti setiap alur kehidupan, menikmatinya, mengisinya dengan ibadah padaNya. Hanya keyakinan bahwa akan ada akhir yang baik untuk yang berusaha baik, akan ada syurga untuk yang senantiasa beriman dan bertaqwa padaNya,dan akan ada cintaNya untuk yang mencintaiNya. Selebihnya, sebesar apapun penasaran kita akan akhir hidup ini, kita tak bisa lansung menuju episode akhir atau sekedar mengintip bagaimana akhirnya. Nikmati alurnya, itu akan jadi lebih seru dibandingkan ketika ingin cepat sampai diakhir karena ketika sampai diakhir, kita mungkin akan rindu pada alurnya. So, Ikuti alurnya, jangan sampai menyesal ketika sampai diakhir cerita. :) :) :) :)

Kamis, 05 Desember 2013

Ceritaku : Tombol Sakti itu :)

"Robbi Shrohli Sodri Wa Yassirli Amri Wahlul U’datan militsani Yafqohu qouli : Wahai Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lancarkanlah lidahku"
 
Ketika bang Tere mengingatkanku tentang bacaan itu tadi pagi, aku pun tersenyum simpul dan mulai melafalkannya dengan sepenuh hati. Berharap Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mendengarnya dan mengabulkannya.

Akupun memulai hari dengan sekelumit agenda yang telah kurencanakan. Walau sedikit takut, ku yakinkan hati ini dengan doa tadi. Usai Kuliah pengantar, kira-kira jam 11, ku putuskan berangkat ke suatu tempat yang belum pernah ku kunjungi sebelumnya. Syukurlah, ada teman yang mau menemani. Dengan modal rute yang diberitahukan teman tadi malam, kami putuskan untuk ikut saja dengan saran tersebut. Lagi-lagi Alhamdulillaah sampai ditempat tujuan dengan selamat (lebay ya..hehe).

Bangunan yang tergolong elite itu berdiri kokoh dan penuh dengan manusia yang sibuk bertugas. Ku hampiri salah satu petugas untuk menanyakan ruangan yang ingin ku kunjungi. Ternyata cukup berjalan lurus, belok kiri, trus kanan, dan lurus. Ketika memasuki ruangan, petugas disana cukup ramah menyambutku dan menjawab setiap pertanyaanku. Walaupun terkadang ada jawaban yang tak sesuai yang berarti belum bisa dijawab, setidaknya aku mendapat cluenya.

Kemudian, berdasarkan saran petugas ruangan tadi, aku dan temanku memutuskan menuju lantai 6 gedung ini. Disana, aku juga menemukan jawaban pertanyaanku selama ini dari seorang petugas. Hingga usailah pencarianku kali ini.

Memutuskan untuk pulang itu memang ide yang bagus. Namun, hati nurani berkata jangan dan menyarankan untuk menemui beliau, bapak yang sejak beberapa bulan yang lalu sudah ku temui 4 kali. Ini adalah kelima kalinya. Dengan modal bahan dari tempat tadi dan beberapa bahan yang barusan ku googling, dengan PD-nya menemui beliau. Ternyata aku pun surprise dengan tanggapan beliau, sepertinya apa yang beliau minta tak serumit yang ada difikiranku. Sejenak berkonsultasi, aku pun kehabisan bahan untuk ditanyakan. Hingga pertanyaan terakhir terucap : “Setelah ini apalagi ya pak?. Aku syok dengan jawaban bapaknya : “Kamu maju saja lagi, dari pada lama2, nanti diskusi waktu ujian, kasian ortu klo gara2 skripsi kamu telat tamat”. Dalam hati aku bertanya : “serius pak,.semudah itukah? Bapaknya kayaknya gag tau klo aku baru tahun 3, baru megang skripsi, bukan 2010 atw 2009, atw apa karena mukaku ketuaan kali ya?. Ku tenangkan fikiran dan mencoba menjelaskan pada bapaknya bahwa aku belum bertemu pembimbing 2. Bapak itu pun menjawab : “Ya, berarti temui dulu pembimbing 2”

Itulah sekelumit kisah hari ini. Bangunan itu yang masih tersimpan dihipokampusku. Ya dia adalah Rumah Sakit Semen Padang. Pembicaraan dengan bapak tadi pun masih terbayang dibenakku. Selapang itukah? Semudah itukah? Selancar itukah? Kita tak pernah tahu. Dia yang Maha Kuasa, Maha segala. Kita, hambaNya hanya bisa berencana, berusaha, beribadah, dan berdoa padaNya :
“Robbi Shrohli Sodri Wa Yassirli Amri Wahlul U’datan militsani Yafqohu qouli : Wahai Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lancarkanlah lidahku”

Rabu, 04 Desember 2013

Tulisanku : Bagaimanakah Rasanya Kecewa?


Tahukah bagaimana rasanya kecewa? Kecewa ketika planning tak terlaksana. Kecewa ketika keinginan tak tercapai. Kecewa ketika impian tak tergapai. Rasanya memang pahit dan memilukan. Sungguh tak diharapkan.

Namun, tahukah kamu bagaimana cara menenangkannya dan menyejukkan hati yang kecewa? Semua adalah takdir Tuhan. Dia, yang maha kuasa, punya takdir terbaikNya. Kita, hambaNya hanya bisa berencana, berusaha, dan berdo’a. Cukup beristighfar, tarik nafas yang dalam, hembuskan, tenangkan fikiran, bersabar, dan mulailah lagi melangkah, biarkan kekecewaan itu hanya sebagai ujian, dan lagi-lagi mulailah melangkah dan dan mencoba.

Sepertinya saran diatas terlihat mudah. Namun, sekuat tenaga mencoba mengaplikasikan. Apakah akan berhasil dengan mudah. Ayo kita coba. Setidaknya lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali.

Setidaknya kali ini aku merasa mulai tenang. Setiap hembusan nafas berusaha mensuplai oksigen ke otak hingga ia berusaha bekerja dengan baik. Tenanglah, bersabarlah,  berusahalah, bergeraklah, bersyukurlah, yakinlah, dan berdoalah.

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak