Kamis, 27 Oktober 2011

Teman, Ku Balas Surat Cinta darimu


oleh Nur Fazlina pada 27 Oktober 2011 pukul 10:57 ·

Teman, ketika menerima surat yang mengaromakan suara-suara cinta dan kasih darimu, bibirku kelu seakan tak bisa berkata. Namun, hati ini berontak untuk membalas setiap untaian kata yang sarat akan makna. Dalam senyuman yang tulus dan sedikit cekikikan tawa, ku merasa agak janggal dengan kalimat ‘aku membutuhkanmu’ . Aku merasa tak layak menerima tudingan itu karena merasa terlalu berlebihan. Aku merasa Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lebih pantas menerimanya. Lirikan mataku pun berpindah pada baris berikutnya tetapi tetap pada bait yang sama. Ku melihat raut-raut keseriusan mulai muncul dan memori-memori yang kamu gambarkan pun mulai tampak. Allah memang Maha Tahu, teman. Setiap takdir yang digariskan adalah takdir terbaik yang Dia beri, hanya saja terkadang kita merasa kurang tepat menerimanya. Aku hanya seorang teman yang berusaha untuk menemani, memahami, dan mengerti. Namun, akupun sama denganmu, terkadang dikuasai keegoisan dan ketakberdayaan. Setidaknya, kebersaman ini bisa melemahkan virus-virus keegoisan dan ketakberdayaan.

Teman, setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam memaknai kata cinta dan mencintai. Kamu, aku, mereka, dan dia pun akan menyetujui hal tersebut. Aku jadi ingat beberapa kalimat dari Tenliit yang berjudul Rival.
"Batas antara cinta dan benci adalah dusta
Batas antara rival dan teman adalah persaingan
Batas antara jenius dan tolol adalah usaha
Batas antara berani dan nekat adalah pertimbangan"

Teman, aku sungguh terharu dengan kata-kata ‘sahabat sejati hanya karena Allah’ dalam suratmu. Goresan penaku seakan gagal ketika berusaha menggambarkan sosok‘sahabat sejati hanya karena Allah’. Namun, aku sama denganmu, sungguh ingin menjadi dan bersabahat dengan sosok sahabat sejati karena Allah, sahabat yang memberitahu kekurangan sahabatnya, sahabat yang mengajak ke dalam kebaikan, sahabat yang berteman karena Allah bukan karena kaya, keren, populer, modis, gaul, pintar dll, dan sahabat yang mau mengajak dan diajak ke Syurga-Nya.

Teman, jika memang suatu saat perpisahan itu harus ada dan tangisan itu harus pecah dan membasahi bumi, pesanmu akan selalu ku simpan dalam setiap lekukan saraf-saraf otakku hingga sel-sel itu tak mati dan lengkang oleh waktu, bahkan Alzheimer pun tak mampu membunuhnya. Aku pun berpesan, jadilah dirimu yang begitu bahagia karena keinginan yang besar akan cita-citamu, jadilah dirimu yang anggun ketika berpakaian putih itu, jadilah dirimu yang mulia dalam gelar yang ditulis didepan namamu itu, dan jadilah muslimah sejati dalam cinta pada Ilahi. Bila nanti waktunya telah tiba, ku akan mengabarkan bahwa aku telah menemukannya dan berikan undangan padamu. Nanti dan disini, aku pun akan sabar menunggu kabar dan undangan darimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak