Rabu, 20 Agustus 2014

Ceritaku : Bapak dan Ibu Guru Tercinta...

Kali ini, air mataku menetes. Berawal dari menelpon mama, trus mama cerita, untuk kedua kalinya ketemu guru SMPku dikedai tempat mama kerja. Beliau makan bersama adik beliau yang kata mama sukses, kerja tambang di Kalimantan. Sang guru bilang kecewa, kenapa aku gag kerumah beliau waktu lebaran.

Episode haru ini mengingatkanku pada semua guru-guru tercintaku. Mulai dari guru TK yang mengenalkanku pada baca puisi, bermain, membaca, membawaku ikut lomba mewarnai tetapi tidak menang karena ketidakahlianku mewarnai dengan lincah, pawai baju adat takuluak tanduak, dan selayar, dan lain-lain.

Guru SD pun tak terlupakan dari hipokampusku. Mulai dari guru kelas 1 sampai kelas 6. Guru kelas 1 yang merupakan orang tua teman sekelasku, guru kelas dua yang kupikir sangat baik karena saat beliau menjadi wali kelasku, aku bisa mendapat juara 2 dan juara 1 dengan usahaku., guru kelas 3 yang kupikir cukup unik, karena saat beliau menjadi wali kelas, aku dan satu lagi temanku mendapat ranking 1,5, guru kelas 5 dan 6 yang merupakan guru yang pernah tinggal bersama nenek dulu yang sampai saat ini masih teringat olehku tentang tegurannya tentang sopan santun. Terimakasih guruku.

Guru SMP pun tak terlupakan. Guru b.inggris yang begitu baik dan menjadi idolaku, yang membawaku untuk ikut lomba pidato bahasa inggris tingkat kabupaten sampai tingkat provinsi. Guru matematika dan fisika yang membawaku ikut lomba, dan guru geografi yang begitu baik.

Guru SMA pun tak terlupakan. Guru kimia yang membimbingku ikut olimpiade kimia tingkat kabupaten hingga provinsi, guru biologi yang merupakan wali kelas yang begitu baik, guru kwn yang begitu baik, dan guru-guru lain yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.

Namun, ada sedihnya, ketika semua guru ini kenal aku, atau mungkin masih ingat aku, apakah mereka bangga mempunyai murid sepertiku atau malah kecewa? Murid yang sampai saat ini belum berani menemui mereka karena sampai saat ini kata sukses itu belum mampu ia persembahkan bagi gurunya. Aku tak tau kapan kata “sukses” itu terlukis karena sampai saat ini aku masih tidak tau makna sukses itu. Apakah ketika sudah wisuda, sudah kerja, sudah dinas, sudah kaya? Entahlah...

Namun, bapak dan ibu guru tercintaku... dibalik sedihku karena belum berani menemuimu... saat ini aku tengah berjuang... kadang ada senyuman.. do’akan aku bisa yudisium dan wisuda pertama ya pak, bu.. januari 2015 ini.. Aamiin. Lalu lulus ujian masuk coass dan menjadi coass. Agar ketika lebaran depan, setidaknya dengan titel “dokter muda” keberanianku terkumpul untuk menemuimu.. bapak dan ibu guruku tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak