Kamis, 05 Desember 2013

Ceritaku : Tombol Sakti itu :)

"Robbi Shrohli Sodri Wa Yassirli Amri Wahlul U’datan militsani Yafqohu qouli : Wahai Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lancarkanlah lidahku"
 
Ketika bang Tere mengingatkanku tentang bacaan itu tadi pagi, aku pun tersenyum simpul dan mulai melafalkannya dengan sepenuh hati. Berharap Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mendengarnya dan mengabulkannya.

Akupun memulai hari dengan sekelumit agenda yang telah kurencanakan. Walau sedikit takut, ku yakinkan hati ini dengan doa tadi. Usai Kuliah pengantar, kira-kira jam 11, ku putuskan berangkat ke suatu tempat yang belum pernah ku kunjungi sebelumnya. Syukurlah, ada teman yang mau menemani. Dengan modal rute yang diberitahukan teman tadi malam, kami putuskan untuk ikut saja dengan saran tersebut. Lagi-lagi Alhamdulillaah sampai ditempat tujuan dengan selamat (lebay ya..hehe).

Bangunan yang tergolong elite itu berdiri kokoh dan penuh dengan manusia yang sibuk bertugas. Ku hampiri salah satu petugas untuk menanyakan ruangan yang ingin ku kunjungi. Ternyata cukup berjalan lurus, belok kiri, trus kanan, dan lurus. Ketika memasuki ruangan, petugas disana cukup ramah menyambutku dan menjawab setiap pertanyaanku. Walaupun terkadang ada jawaban yang tak sesuai yang berarti belum bisa dijawab, setidaknya aku mendapat cluenya.

Kemudian, berdasarkan saran petugas ruangan tadi, aku dan temanku memutuskan menuju lantai 6 gedung ini. Disana, aku juga menemukan jawaban pertanyaanku selama ini dari seorang petugas. Hingga usailah pencarianku kali ini.

Memutuskan untuk pulang itu memang ide yang bagus. Namun, hati nurani berkata jangan dan menyarankan untuk menemui beliau, bapak yang sejak beberapa bulan yang lalu sudah ku temui 4 kali. Ini adalah kelima kalinya. Dengan modal bahan dari tempat tadi dan beberapa bahan yang barusan ku googling, dengan PD-nya menemui beliau. Ternyata aku pun surprise dengan tanggapan beliau, sepertinya apa yang beliau minta tak serumit yang ada difikiranku. Sejenak berkonsultasi, aku pun kehabisan bahan untuk ditanyakan. Hingga pertanyaan terakhir terucap : “Setelah ini apalagi ya pak?. Aku syok dengan jawaban bapaknya : “Kamu maju saja lagi, dari pada lama2, nanti diskusi waktu ujian, kasian ortu klo gara2 skripsi kamu telat tamat”. Dalam hati aku bertanya : “serius pak,.semudah itukah? Bapaknya kayaknya gag tau klo aku baru tahun 3, baru megang skripsi, bukan 2010 atw 2009, atw apa karena mukaku ketuaan kali ya?. Ku tenangkan fikiran dan mencoba menjelaskan pada bapaknya bahwa aku belum bertemu pembimbing 2. Bapak itu pun menjawab : “Ya, berarti temui dulu pembimbing 2”

Itulah sekelumit kisah hari ini. Bangunan itu yang masih tersimpan dihipokampusku. Ya dia adalah Rumah Sakit Semen Padang. Pembicaraan dengan bapak tadi pun masih terbayang dibenakku. Selapang itukah? Semudah itukah? Selancar itukah? Kita tak pernah tahu. Dia yang Maha Kuasa, Maha segala. Kita, hambaNya hanya bisa berencana, berusaha, beribadah, dan berdoa padaNya :
“Robbi Shrohli Sodri Wa Yassirli Amri Wahlul U’datan militsani Yafqohu qouli : Wahai Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lancarkanlah lidahku”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak