Selasa, 03 Juli 2012

7A is Still In My Memory, Always...

         oleh Nur Fazlina pada 3 Juli 2012 pukul 8:21


Sebelumnya, teman-teman, Alin minta ma’af kalau tulisan ini mengganggu, tidak berarti, dan tidak menarik untuk dikupas. Namun, hati ini berontak untuk menuliskannya hingga otot-otot hypothenar dan thenar pun terstimulus untuk berkontraksi, bergerak dan menari diatas keyboard.

Teman-teman, masih adakah memory tersimpan di hipokampusmu, Memori tentang 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, dan 1.6?. Masih ingatkah pengumuman satu tahun lalu tentang daftar nama yang tertulis dibawah rangkaian kata “Kelompok 7A” yang mungkin satu pun tak kita dikenal?. Masih adakah dalam memorimu tentang wajah-wajah lugu berkenalan di depan akademik gedung putih FK Unand?. Akhirnya, kita pun saling bertukar nomor hp.

BLOK 1.1 Pengantar Pendidikan Dokter
Inilah awal kita berkenalan dalam semangat awal kuliah yang membara. Pagi ini, sesosok tubuh manusia telah tercatat sebagai mahasiswa yang paling awal memasuki ruangan tutorial. Ia adalah Bang Izzat, Senior yang ikut blok kali ini yang dikemudian hari senantiasa berusaha sabar untuk meladeni tingkah laku 8 pejuang lain yang masih lugu dan belum terkontaminasi bau kadaver, dan yang di kemudian hari menggoreskan kesedihan dalam hati kita atas keputusan dan kepergiannya. Sebenarnya, Tutorial hari pertama bukan hanya hal yang baru, tetapi juga sedikit menegangkan. Untung, Echa dan Risa sepertinya telah mempersiapkan bahan untuk menarik hati Bu Encim untuk pertama kalinya. Blok 1.1 memang masih belum begitu berat, bahkan terkesan menarik karena saat inilah kita akan melihat bagaimana seorang dokter sesungguhnya, bagaimana berjanji dan bersumpah, bagaimana ia berinteraksi dengan sesama, bagaimana ia beretika, dll. Kita pun mengakhiri blok ini dengan secara perdana mengaplikasikan jurus jitu untuk ujian blok : belajar kelompok. Lantas bagaimana hasilnya?

BLOK 1.2 Kardiorespirasi
Kali ini, kita mulai merasakan bagaimana jantung itu berdetak, bagaimana darah itu mengalir, bagaimana nafas itu dihirup dan dihembuskan. Kita mulai merasakan mualnya membau kadaver, tetapi perlahan-lahan, saraf olfaktori pun terbiasa mengenalinya dan merespon dengan baik. Namun, kali ini kita berusaha untuk mandiri karena tak ada lagi bang izzat yang menemani. Kita mulai membuka lembaran Sobotta, menjelaskannya dalam bentuk gambar dalam tutorial, dan inilah awal materi kedokteran yang sesungguhnya. Diakhir blok, jurus jitu : “belajar bareng” tetap ada. Lantas bagaimana hasilnya?

BLOK 1.3 Neuromuskuloskeletal
Blok ini adalah blok yang tak terlupakan, menegangkan, menakutkan, dan menguras tenaga dan emosi kita. Bukan hanya materinya yang menggunung, tetapi tutor pun membebani dengan slide OHP dan dibumbui dengan kemarahan setiap tutorial seakan-akan menstimulus saraf, otot, dan tulang untuk senantiasa bekerja keras. Tutor kali ini memang berbeda bahkan luar biasa dengan titel yang begitu panjang mengikuti deretan namanya. Ia seakan-akan ingin kita seperti dirinya, menguasai anatomi dengan fasih. Namun, kita bersyukur bisa melaluinya. Lantas bagaimana hasilnya? Terimakasih terdalam untuk tutor yang begitu luar biasa ini.

BLOK 1.4 Pencernaan, Metabolisme, Dan Hormon
Blok baru di awal semester baru. Kita tak hanya berdelapan lagi kawan. 3 senior sudah cukup meramaikan blok ini. Anatomi, Biokimia, Histologi, dan Fisiologi pun mengeroyok kita. Laporan biokimia sepertinya telah menanti setiap minggunya karena mereka adalah bagian terbesar dari pencernaan, metabolisme, dan hormon tubuh. Namun, kita beruntung mendapat tutor yang baik terutama pada hari kedua setiap minggunya sehingga DC tetap bisa diikuti. Dosen skill lab pun mewarnai pemberian materi dan ujian yang lugas, mulus, tidak ribet, dan ontime. Rasa jijik pada feses pun harus dihilangkan karena ia adalah barang berharga untuk membantu pasien yang butuh pertolongan. Lantas bagaimana hasilnya? Jurus jitu “belajar bareng” pun menjadi saksi.

BLOK 1.5 Urogenital
Sejauh ini, blok ini terkenal dengan “blok dengan tersedikit KP”, tetapi ternyata tidak bagi kita. Dibantu dengan 2 orang senior sebagai tambahan, kita harus menyelesaikan laporan dengan sebaik dan sebagus mungkin agar sang tutor tidak mengomentari dan meminta untuk dibuat ulang. Kak Fika pun senantiasa menyemangati hari-hari skill lab yang lumayan berat, bagaimana memasang kateter, memeriksa genitalia, dan membuat quisioner. Rasa jijik pada urin pun harus dihilangkan karena ia adalah barang berharga untuk membantu pasien yang butuh pertolongan. Namun, masih ingatkah kita rencana jalan-jalan yang tak kunjung terealisasi? Blok pun terlewati. Lantas bagaimana hasilnya? Jurus jitu “belajar bareng” pun menjadi saksi.

BLOK 1.6 Siklus Kehidupan
Partemuan dan kebersamaan kita seakan-akan seperti sebuah siklus kehidupan. Awalnya, kita masih sesosok embrio yang berusaha untuk tumbuh dikampus tercinta ini dan butuh nutrisi awal yang eksklusif. Secara perlahan-lahan kita mulai tersenyum akan suasana kampus ini, merangkak, berjalan, bahkan berlari untuk menguasai ilmu kodokteran dan mengejar nilai blok yang bagus. Ketika remaja, kita berusaha menemukan cara belajar efektif dan organisasi apa yang akan menemani masa-masa kuliah kita. Akhirnya, ketika tua, kita berusaha menjadi lansia yang sehat dalam nilai, sehat dalam ilmu, sehat dalam profesionalitas. Walaupun tanda-tanda perpisahan (bukan tanda-tanda kematian/ tanatologi) telah muncul, tetapi lansia masih butuh perhatian, masih ingin kebersamaan, masih menyimpan memori satu tahun ini (tidak menderita MCI atau Demensia).Bahkan, si lansia ini masih ingin karaoke dan berfoto-foto di taplau. Lantas bagaimana hasilnya, bagaimana akhirnya? Tetap semangat teman, karena ternyata, umur si lansia masih panjang, kira-kira 4/5 tahun ke depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Terbaru

Tokoh Indonesia dan Nilai Berakhlak