oleh : Nurfazlina
Ketika sosok itu menjadi sorotan tajam, apa kabar dengan impian yang
kau anggap mulia itu dan akan menjadi jatidirimu kelak? apa kabar dengan
persiapanmu menggambarkan sosok itu didalam dirimu? apakah ia masih
terlihat sebagai tantangan?
Sungguh, tulisan ini bukan ingin membela diri atau menyanjung diri
dengan profesi yang mungkin akan kugeluti kelak. Sekali lagi bukan.
Menurutku, kemuliaan itu bukan dari profesi, bukan dari status, tapi
dari bagaimana kamu menjadi profesikan status itu menjadi sosok yang
mulia dan “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat[49]:13)
Ketika beberappa mengusut masalah malpraktek,
ketidakprofesionalitasan, materialistik, hati nurani, dll, disisi lain,
beberapa mempertanyakan bagaimana pengorbanan mereka yang ditempatkan
ditempat terpencil. Ya, selalu ada negatif diantara positif dan begitu
pula sebalik.
Mulia? Sempurna? apakah didunia ini ada yang bisa dikatakan sempurna
dan apakah ada yang tidak pernah berbuat salah.Sosok ini bukanlah kaki
tangan Tuhan atau yang sedari dulu dikatakan dewa bagi bangsa sebelum
masehi, ia juga hamba-Nya yang berusaha beribadah padaNya, belajar,
mengamalkannya, dan senantiasa berharap pertolonganNya.
Aku, kamu, atau kita mungkin akan mempertanyakan lagi tentang apakah
atau bagaimana sosok ini. Namun, yang terpenting untukku atau untukmu
yang mungkin akan menjadi sosok ini, apakah itu adalah apakah aku pantas
menjadi sosok ini dan bagaimana itu adalah bagaimanakah persiapanku
yang mungkin kelak akan menjadi sosok ini.
Awalnya, memang senang, atau mungkin ada yang bangga diberi
kesempatan untuk berasa dibarisan yang dipersiapkan menjadi sosoknya
kelak. Namun, disisi lain, ada yang sedih, menangis, meraung betapa
beratnya perjuangan mejadi sosok ini dan betapa kompleksnya tuntutan
menjadi sosok ini.
Kemudian, seiring waktu, rasa senang dan bangga itu hilang oleh beban
yang dipikulkan dipundak. Namun, rasa sedih dan takut itu hilang oleh
kekaguman dan kenikmatan menimba ilmu yang menjadikanku berdecak kagum
pada Sang Pencipta. Selalu ada positif diantara negatif dan sebaliknya.
Itulah yang membuat aku, kamu, kami, atau kita mencoba untuk bertahan
sembari memperbaiki diri dan melakukan yang terbaik.
Akhirnya, kita tak pernah tau apakah sosok itu akan berhasil digapai
atau apakah sosok mungkin yang kau raih kelak adalah sosok yang memang
diharapkan. Semua kembali pada niat yang tulus dan suci, dibarengi usaha
yang lurus dan serius,dan tujuan yang baik.
Cayoo, Hamasah, introspeksi diri dan memperbaiki diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar