disusun untuk mengikuti
Lomba Artikel Ilmiah Pusat Kajian Kedokteran Islam (PKKI) 2013
MRC BEM KM FK Unand
ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan umat
manusia pada abad 21 dengan prevalensi kejadian terus meningkat seiring perkembangan
zaman. Diabetes melitus ternyata sudah dikenal sejak zaman Rasulullah.
Bekam sebagai salah satu pengobatan yang disunahkan Rasulullah terbukti
dapat dijadikan sebagai medika mentosa diabetes mellitus dengan berbagai
mekanisme kerjanya.
Dalam setiap pengobatan, hanya Allah-lah
yang mengizinkan suatu pengobatan dapat berhasil atau gagal, sesuai dengan
firman Allah dalam QS. Yunus : 107.
Kata Kunci : Bekam, Diebetes mellitus, Medika mentosa
1.
Pendahuluan
Diantara penyakit metabolik, diabetes
mellitus merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada
abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes
diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian
pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Setelah itu,
data terakhir WHO menunjukkan justru peningkatan tertinggi jumlah pasien diabetes
malah di Negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.1
Diabetes mellitus, kata yang saat ini sudah
tidak asing lagi didunia kesehatan merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolism
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi
insulin (tipe I) atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (tipe
II) yang secara perlahan dapat menimbulkan hipertensi, penyakit jantung koroner,
kelainan pembuluh darah, atau morbiditas akibat infeksi paru dan infeksi lain. Berdasarkan
epidemiologi, Diabetes tipe II lebih sering dijumpai dari tipe I, dan kira-kira
ditemukan sebanyak 90 persen dari seluruh kasus diabetes mellitus.[1]
Secara umum, dalam dunia kedokteran modern
telah banyak ditemukan pengobatan untuk diabetes mellitus seperti terapi farmakologis
(obat) dan terapi non farmakologis (terapi gizi medis dan latihan jasmani). Namun,
Sejalan dengan berkembangnya kedokteran islam atau kedokteran nabi, telah dibuktikan
bahwa penyakit diabetes mellitus sudah ada sejak zaman Rasulullaah dan bekam sebagai
salah satu sunnah Rasulullaah ternyata dapat menjadi salah satu terapi pendamping bersamaan
dengan terapi obat-obatan (medika mentosa) banyak penyakit yang salah satunya adalah
diabetes mellitus.1
Terkait dengan fenomena diatas, banyak
kalangan mempertanyakan bagaimana mekanisme bekam dapat mengobati diabetes
mellitus ditinjau dari ilmu kedokteran. Oleh karena itu, penelitian, misalnya dari
segi kajian pustaka perlu dilakukan sehingga seluruh masyarakat dunia, terutama
umat muslim, dapat menghayati dan dapat mengaplikasikan bekam sebagai salah satu
pengobatan yang disunahkan Rasulullaah dan mengambil hikmah dari sunah Nabi tersebut.
2.
Pembahasan
2.1 Diabetes Melitus
Secara umum, Diabetes melitus adalah suatu sindrom dengan
terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin. Berdasarkan penyebab, Diabetes melitus dibagi atau dua yaitu Diabetes Tipe I, yang disebut diabetes melitus tergantung insulin,
yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin dan Diabetes tipe II, yang juga disebut diabetes melitus tidak tergantung insulin, disebabkan oleh penurunan
sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin (resistensi
insulin).2
Berdasarkan data
epidemiologi, Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya
cenderung meningkat pada abad 21 ini. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap
diabetes mellitus diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun
waktu 25 tahun kemudian pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300
juta orang. Setelah itu, data terakahir WHO menunjukkan justru peningkatan tertinggi
jumlah pasien diabetes malah di Negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.1 Berdasarkan epidemiologi, Diabetes
tipe II lebih sering dijumpai dari tipe I, dan kira-kira ditemukan sebanyak 90
persen dari seluruh kasus diabetes mellitus.2
Berdasarkan
literatur sejarah, ternyata diabetes mellitus sudah ada pada zaman nabi
Muhammad SAW. Pada tahun 1552 sebelum masehi, di Mesir dikenal penyakit yang
ditandai dengan sering kencing dengan jumlah yang banyak (yang disebut
poliuria) dan penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri.
Kemudian pada tahun 400 sebelum masehi, penulis India, Susrhata menamakan
penyakit tersebut dengan penyakit “kencing madu”. Dari fakta sejarah tersebut
maka bisa disimpulkan bahwa diabetes sudah ada pada zaman nabi Muhammad SAW,
berdasarkan dimulainya kalender hijriah sekitar 500 tahunan setelah tahun
masehi dimulai. Wallahu a’lam bishawab.3
Secara garis besar, diabetes mellitus disebabkan oleh 2 hal, yaitu
berkurangnya produksi insulin (tipe I) dan penurunan sensitivitas jaringan
target terhadap efek metabolik insulin/ resistensi insulin (tipe II). Penurunan produksi
insulin disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin dan kerusakan sel
β pankreas ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya infeksi virus,
kelainan autoimun, faktor herediter, overload besi, dan munculnya radikal
bebas. Sementara itu, resistensi insulin bisa disebabkan oleh adanya
pengendapan besi dalam jaringan yang akan menurunkan penyerapan glukosa karena
terjadi kerusakan pada jaringan tersebut. 2, 4
Beberapa
etiologi diatas dapat memicu peningkatan konsentrasi glukosa darah, penggunaan
glukosa oleh sel menjadi sangat berkurang, dan penggunaan lemak dan protein
meningkat. Kemudian secara perlahan, hal-hal diatas akan diikuti dengan dampak-dampak
patologis pada tubuh seperti ditemukan glukosa dalam urin, dehidrasi, kerusakan
jaringan, kehilangan protein tubuh, kerentanan terhadap infeksi, penyakit
ginjal, dan penyakit kardiovaskuler.2
Dalam
dunia kedokteran modern, pengobatan diabetes mellitus dilakukan berdasarkan
jenis dan etiologinya. Secara teoritis, Pengobatan diabetes mellitus tipe I
adalah dengan memberikan insulin secukupnya sehingga metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein pada penderita dapat senormal mungkin. Sementara itu,
pengobatan diabetes mellitus tipe II dilakukan dengan diet dan olahraga untuk
mengatur kadar glukosa darah dan
pemberian obat-obatan untuk meningkatkan sensitivitas insulin atau untuk
meransang produksi insulin dari pankreas.2
2.2 Bekam 5
Bekam
(hijamah) adalah proses pembentukan
wilayah dengan tekanan udara rendah pada tubuh, tepatnya pada kulit dengan
menggunakan efek vacum pada kulit, dengan menggunakan alat kup. Sebelum
pemasangan alat kup, penusukan pada kulit (menciptakan lubang-lubang kecil) merupakan
praktik yang sangat umum dilakukan di negara-negara berpenduduk muslim
berjumlah besar, seperti di Indonesia. Penusukan/ penyayatan ini akan
mengeluarkan darah kotor dari tubuh.
Dalam
praktik kedokteran islam/ kedokteran nabi, bekam merupakan salah satu
pengobatan yang disunahkan Rasulullaah. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Di dalam Bekan (hujama) ada penyembuhan.”
Beliau juga telah bersabda, “Siapa yang
melakukan bekam (hijama) pada hari 17,
19, atau 21 (penanggalan Islam) maka ada pengobatan bagi setiap penyakit. Diriwayatkan
oleh Jabir bin Abdullah, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Jika ada penyembuhan dalam obat-obatan
Anda, maka itu ada dalam bekam, seteguk madu atau dibakar dengan api
(kauterisari) yang sesuai penyakitnya, tapi saya tidak suka (terbakar) dibakar
dengan api’.”
Berdasarkan
bukti-bukti yang telah ada, bekam mempunyai kemampuan menyembuhkan banyak
penyakit. Umat islam terdahulu menggunakan bekam basah untuk menyembuhkan
berbagai rasa sakit, mulai dari sakit kepala, masalah perut, keracunan, sihir,
memar-memar, luka kulit, sakit otot, dan penyakit-penyakit lainnya. Saat ini,
penyakit yang telah terbukti mampu diobati dengan bekam adalah diantaranya
alergi, asma, kolesterol tinggi, penyakit peredaran darah, diabetes, diare, dan
lain-lain.
Berdasarkan
hadits-hadits dan bukti-bukiti diatas, muslim menganggap hijamah sebagai pengobatan yang efektif dan penting untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Namun, hanya Allah-lah yang mengizinkan
suatu pengobatan dapat berhasil atau gagal. Allah SWT berfirman : “Dan jika Allah menimpakan suatu bencana
kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan Jika
Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak
karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di
antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Yunus : 107)
2.3 Mekanisme Bekam Mengobati
Diabetes Melitus
Akhir-
akhir ini, terdapat banyak penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan mekanisme bekam mengobati
diabetes mellitus, diantaranya :
a. Menormalkan
glukosa darah berlebih 3
Berikut ini beberapa hasil laboratorium yang
dikutip dari buku karya ilmuwan Arab yang terkemuka, Muhammad Amin Syaikhu,
yang berjudul Ad-Dawa’u ‘Al-’Ajib (Obat Ajaib) yang dibuat oleh dokter-dokter
spesialis terkenal dalam berbagai bidang kedokteran, yang kemudian dihimpun dan
diteliti kembali secara medis oleh penulis dan seorang intelektual, ‘Abdul
Qodir Yahya, yang terkenal dengan julukan Ad-Dironi : Kadar gula darah pada
83,75% kasus turun, sedangkan sisanya tetap pada batas wajar. Kadar gula darah
turun pada para pengidap kencing manis dalam 92,5% kasus.
b. Meningkatkan
sekresi dan sensitivitas insulin 4
Hasil
penelitian yang dilaksanakan
institusi di Eropa oleh para peneliti dari San Filippo Neri Hospital
(Italia), Bambino Gesu Hospital dan Research Institute (Italia)
yang berlangsung selama dua tahun
menunjukkan adanya perbaikan beberapa parameter metabolism dengan terapi
bekam. Kadar feritin dan besi turun. Parameter lain seperti kadar kolesterol,
trigliserida (Lemak), glukosa puasa, kadar enzim-enzim tertentu seperti lactate
Dehydrogenase (LDH), aspartate aminotransferase (AST) atau
yang lebih dikenal dengan glutamic-oxaloacetate transaminase (SGOT),alanine
aminotransferase (ALT) atau yang lebih dikenal dengan glutamic-pyruvate
transaminase (SGPT), dan gamma-glutamyltransferase (γ-GT)
dimana enzim-enzim ini merupakan penanda terjadinya kerusakan pada hati, juga
mengalami perbaikan dengan peningkatan sekresi insulin, peningkatan pengambilan
glukosa oleh sel-sel tubuh, dan peningkatan sensitifitas terhadap insulin.
c. Membuang
besi yang merupakan salah satu faktor resiko diabetes mellitus 4
Penelitian hasil kerjasama dua institusi pendidikan
kedokteran di Spanyol, yaitu University Hospital of Girona “ Dr.
Josep Trueta” dan University Miguel Hernandez mencoba menilai
sensitifitas insulin dan sekresi (pengeluaran) insulin setelah dilakukan
pembekaman dengan interval empat bulan pada pasien diabetes tipe 2 yang
memiliki kadar serum feritin (besi yang tersimpan dalam sel tubuh) berkadar
tinggi, yaitu kadarnya > 200 ng/ mL. Penelitian menitikberatkan untuk
melihat pengaruh hijamah (bekam) terhadap control metabolic,
sekresi insulin, dan kerja insulin pada pasien diabetes dengan kadar feritin
yang tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilihat efek pembuangan
besi (iron depletion) terhadap parameter-parameter tersebut. Pasien dibagi dalam dua kelompok,
pertama (grup 1) yang berjumlah 13 pasien, dilakukan pembekaman dengan jangka
waktu 2 minggu, setiap kali pembekaman diambil 500 mL darah. Total pembekaman
yang dilakukan terhadap grup 1 sebanyak 3 kali. Kedua (grup 2) yang berjumlah
15 pasien adalah kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi pembekaman.
Seluruh pasien (grup 1 dan grup 2) tetap mendapatkan terapi seperti biasanya
dengan insulin, obat-obat anti-diabetes, dan olah raga selama periode
penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa serum feritin, transferin (protein yang berfungsi untuk
mengikat atau membawa besi di dalam darah), saturation index, dan
kadar hemoglobin turun pada pasien yang mendapatkan terapi hijamah (grup 1).
Selain itu, kadar HBA1C juga turun secara bermakna pada pasien grup 1.
Didapatkan pula peningkatan sensitivitas insulin pada grup 1 dibandingkan grup
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hijamah dapat berperan sebagai terapi
tambahan pada pasien diabetes tipe 2 dengan peningkatan konsentrasi serum
feritin.
Penelitian lainnya dari institusi
yang sama dengan penelitian sebelumnya, yaitu untuk menguji hipotesis bahwa pembuangan
besi yang bersirkulasi dalam darah dengan hijamah akan memperbaiki kerusakan
pembuluh darah pada pasien diabetes tipe 2 dan pada pasien dengan peningkatan
konsentrasi serum feritin. Pada
penelitian ini, pasien diabetes dengan kadar serum feritin > 200 ng/
mL dibagi dalam 2 kelompok seperti pada penelitian sebelumnya. Reaktivitas
pembuluh darah dinilai pada awal penelitian, serta pada 4 dan 12 bulan
berikutnya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pembuangan besi dengan hijamah dapat memperbaiki kerusakan
pembuluh darah pada pasien diabetes tipe 2 dengan kadar serum feritin yang
tinggi. Perbaikan ini sejalan (paralel) dengan penurunan kadar besi
dalam tubuh yang ditandai dengan turunnya kadar serum feritin pada pasien grup
1.
3.
Penutup
Berdasarkan
pembahasan ilmiah dan penelitian ilmiah diatas, bekam dapat dimanfaatkan sebagai medika mentosa diabetes
mellitus dengan berbagai mekanisme kerjanya. Hal ini merupakan salah satu
pembuktian dan hikmah dari sunnah Rasulullaah untuk menjadikan bekam sebagai
salah satu pengobatan. Namun, hanya
Allah-lah yang mengizinkan suatu pengobatan dapat berhasil atau gagal, sesuai
dengan firman Allah dalam Qs Yunus : 107.
Dengan
demikian, penulis merasa bahwa kajian diatas masih jauh jadi kesempurnaan dan
masih perlu dilakukan kajian pustaka dan penelitian lebih lanjut.
Daftar Pustaka
- Sudoyo, Aru. Setiyohadi, Bambang.
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi V. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia; 2006.
- Guyton, Arthur C. dan John E.
Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
EGC: Jakarta.
- Agus. 2012. “Diabetes Mellitus,
Dibekam Saja”.” http://yarobbi.com/on-research/diabetes-mellitus-dibekam-saja”
(diakses tanggal 18 Maret 2013).
- Hakim, M. Saifudin. 2012.
“Khasiat Bekam bagi Penderita Diabet”.”
http://tabloidbekam.wordpress.com/2011/03/22/khasiat-bekam-bagi-penderita-diabet/”
(diakses tanggal 18 Maret 2013).
- Gray, Jerry D. .2010. Rasulullah Is My Doctor. Sinergi :
Jakarta.