Kali ini, air mataku menetes.
Berawal dari menelpon mama, trus mama cerita, untuk kedua kalinya ketemu guru
SMPku dikedai tempat mama kerja. Beliau makan bersama adik beliau yang kata
mama sukses, kerja tambang di Kalimantan. Sang guru bilang kecewa, kenapa aku
gag kerumah beliau waktu lebaran.
Episode haru ini mengingatkanku
pada semua guru-guru tercintaku. Mulai dari guru TK yang mengenalkanku pada
baca puisi, bermain, membaca, membawaku ikut lomba mewarnai tetapi tidak menang
karena ketidakahlianku mewarnai dengan lincah, pawai baju adat takuluak tanduak, dan selayar, dan lain-lain.
Guru SD pun tak terlupakan dari
hipokampusku. Mulai dari guru kelas 1 sampai kelas 6. Guru kelas 1 yang
merupakan orang tua teman sekelasku, guru kelas dua yang kupikir sangat baik
karena saat beliau menjadi wali kelasku, aku bisa mendapat juara 2 dan juara 1
dengan usahaku., guru kelas 3 yang kupikir cukup unik, karena saat beliau
menjadi wali kelas, aku dan satu lagi temanku mendapat ranking 1,5, guru kelas
5 dan 6 yang merupakan guru yang pernah tinggal bersama nenek dulu yang sampai
saat ini masih teringat olehku tentang tegurannya tentang sopan santun.
Terimakasih guruku.
Guru SMP pun tak terlupakan. Guru
b.inggris yang begitu baik dan menjadi idolaku, yang membawaku untuk ikut lomba
pidato bahasa inggris tingkat kabupaten sampai tingkat provinsi. Guru
matematika dan fisika yang membawaku ikut lomba, dan guru geografi yang begitu
baik.
Guru SMA pun tak terlupakan. Guru
kimia yang membimbingku ikut olimpiade kimia tingkat kabupaten hingga provinsi,
guru biologi yang merupakan wali kelas yang begitu baik, guru kwn yang begitu
baik, dan guru-guru lain yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.
Namun, ada sedihnya, ketika semua
guru ini kenal aku, atau mungkin masih ingat aku, apakah mereka bangga
mempunyai murid sepertiku atau malah kecewa? Murid yang sampai saat ini belum
berani menemui mereka karena sampai saat ini kata sukses itu belum mampu ia
persembahkan bagi gurunya. Aku tak tau kapan kata “sukses” itu terlukis karena
sampai saat ini aku masih tidak tau makna sukses itu. Apakah ketika sudah
wisuda, sudah kerja, sudah dinas, sudah kaya? Entahlah...
Namun, bapak dan ibu guru
tercintaku... dibalik sedihku karena belum berani menemuimu... saat ini aku
tengah berjuang... kadang ada senyuman.. do’akan aku bisa yudisium dan wisuda
pertama ya pak, bu.. januari 2015 ini.. Aamiin. Lalu lulus ujian masuk coass
dan menjadi coass. Agar ketika lebaran depan, setidaknya dengan titel “dokter
muda” keberanianku terkumpul untuk menemuimu.. bapak dan ibu guruku tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar