KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN
MUKJIZAT AL-QUR’AN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG PERKEMBANGAN
ILMU EMBRIOLOGI
Disusun Untuk Mengikuti Lomba Karya
Tulis Ilmiah Al-Qur’an
Tingkat Universitas
Disusun Oleh:
Nurfazlina (1110312157)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. .. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. .. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ .. 7
B. Rumusan Masalah..................................................................................... .. 8
C. Tujuan.......................................................................................................... 9
D. Manfaat..................................................................................................... .. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ilmu Embriologi dan Perkembangannya.................................................... 23
B. Gambaran Perkembangan
Manusia dalam Ilmu Embriologi..................... 13
C. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang
Perkembangan Manusia............................ 23
BAB III METODE PENULISAN
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kesesuain Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Perkembangan Manusia
dengan Gambaran Perkembangan Manusia Perkembangan
dalam Perkembangan Ilmu Embriologi...................................................... 33
B. Al-Qur’an Sebagai Sumber Inspirasi dalam Perkembangan Ilmu
Embriologi................................................................................................. 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 52
B. Saran-Saran................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 53
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami Panjatkan Kehadirat Allah
SWT Rabb Yang Maha Kuasa dengan kasih dan sayang-Nya, berkat rahmat dan
kuasa-Nya memberikan jalan untuk menyelesaikan karya tulis Al-qur’an ini dengan
judul “Mukjizat
Al-Qur’an dilihat dari Sudut Pandang Perkembangan Ilmu Embriologi”.
Penyusunan karya tulis Al-qur’an ini dapat
selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan
kali ini kami dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Ibu
Prof.Dr.dr.Hj. Eryati Darwin, PA(K) selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas atas segala dukungan dan perhatiannya.
2. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
dukungan, sehingga kami bisa menyelesaikan karya tulis ini.
3. Teman-teman seperjuangan di
Fakultas Kedokteran yang memberikan dukungan dan bantuannya, sehingga kami bisa
menyelesaikan karya tulis ini.
4. Semua pihak yang telah
membantu dari awal hingga akhir yang penyusunan Karya tulis Al-qur’an ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami
menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya
berikutnya. Semoga karya ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Padang, 16 Oktober 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan Allah kepada
Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw. Kurang lebih empat belas abad yang lalu dan dalam
kurun waktu lebih kurang dua puluh tahun, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur.
Sebagai kitab suci umat islam, ia tidak akan berubah tidak dapat ditandingi hingga
akhir zaman karena merupakan mukjizat yang teragung untuk dipelajari, dijadikan
panduan dan diamalkan oleh seluruh umat manusia sepanjang zaman.Firman Allah
SWT :
Artinya : Kitab Al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya
(tentang datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya); ia pula menjadi
petunjuk bagi orang-orang yang (hendak) bertaqwa (QS. Al-Baqarah : 2)
Sebagai petunjuk bagi
manusia, Di dalam Al-Qur’an dijumpai ayat-ayat tentang proses perkembangan
manusia. Hal ini telah menjadi perhatian para saintis terutama saintis muslim
sejak beberapa abad yang lalu. Bahkan, penafsiran ayat-ayat tentang
perkembangan manusia ini pun telah berkembang seiring perkembangan ilmu manusia
terutama ilmu embriologi
Seiring perkembangan
penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia, ilmu embriologi (cabang ilmu biologi mengenai pembentukan, pertumbuhan pada tingkat
permulaan, dan perkembangan embrio) pun terus berkembang. Disatu sisi, terdapat
keseuaian perkembangan ilmu embriologi dengan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia. Namun,
disisi yang lain hal ini malah menimbulkan kontroversial yang memicu para
saintis untuk membandingkan dan terus meneliti lebih jauh.
Sementara itu , sebuah
pengakuan menakjubkan dari Profesor
Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis anatomi dan embriologi terkemuka di
dunia berusaha menjawab masalah diatas. Dalam sebuah
pertemuan, ketika diminta memberikan
analisanya terhadap ayat-ayat Qur’an dan pernyataan Nabi, beliau tercengang. Ia
bertanya-tanya, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
14 abad yang lalu, dapat memaparkan embrio dan fase perkembangannya secara
mendetail dan akurat, dimana para saintis telah mengetahuinya hanya pada akhir
abad ketiga belas. Bagiamanapun, dengan sangat cepat ketakjuban Profesor Moore tumbuh menjadi
kekaguman terhadap wahyu dan bimbingan ini. Beliau memperkenalkan
pandangan-pandangan ini ke dalam intelektualitas dan siklus saintifis. Beliau
juga memberikan kuliah terhadap kesesuaian modern embriologi dengan al-Qur’an
dan as-Sunnah. Kemudian beliau menambahkan semua yang
terkait kekaguman terhadap ayat-ayat
Qur’an ini pada edisi ketiga bukunya, “The Developing Human”.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana Kesesuaian
antara perkembangan ilmu embriologi dengan penafsiran ayat- ayat Al-Qur’an tentang
perkembangan manusia.
2.
Bagaimana Al-Qur’an
dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam perkembangan ilmu embriologi.
C.
Tujuan
Dari
rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mengetahui kesesuaian antara perkembangan
ilmu embriologi dengan penafsiran ayat-
ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia.
2. Menemukan dan menjelaskan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dalam
perkembangan ilmu embriologi.
D.
Manfaat
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang mukjizat Al-Qur’an dalam
bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam perkembangan ilmu embriologi, melalui
ulasan kesesuaian antara perkembangan ilmu embriologi dengan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia.
2. Menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dalam perkembangan
ilmu embriologi.
3. Meningkatkan keingintahuan untuk terus mempelajari ilmu
pengetahuan yang terkandung di dalam Al-Qur’an sehingga meningkatkan iman
kepada kitab suci Al-Qur’an.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Ilmu Embriologi dan
Perkembangannya
Ilmu
embriologi adalah studi tentang proses perkembangan dari sebuah sel menjadi
seorang bayi dalam 9 bulan dan kajiannya mencakup faktor molekuler, selular,
dan struktural yang berperan. Ilmu embriologi ini diperlukan karena
menghasilkan pengetahuan yang esensial dalam strategi perawatan kesehatan untuk
menghasilkan produk reproduksi yang lebih baik.
Pendekatan
ilmiah untuk meneliti ilmu embriologi terus berkembang selama ratusan tahun.
Dalam hal ini, pendekatan anatomis mendominasi penelitian-penelitian awal. Para
peneliti terus melakukan pengamatan dan menjadi semakin canggih dengan
ditemukannya berbagai peralatan optic dan teknik diseksi.
Pada
abad ke-20, bidang embriologi eksperimental terus berkembang pesat. Banyak
eksperimen dirancang untuk menelusuri sel selama perkembangannya untuk
menentukan turunan sel-sel tersebut. Pendekatan ini mencakup pengamatan
terhadap mudigah transparan dari tunicate
(sejenis hewan laut) yang mengandung sel-sel berpigmen yang dapat dilihat
melalui mikroskop. Kemudian pada tahun 1960an, digunakan teknik pemberian label
dengan zat radioaktif dan autoradiografik. Pemantauan nasib sel dengan teknik
ini dan berbagai teknik lain menghasilkan informasi berharga tentang asal mula
berbagai organ dan jaringan.
Ilustrasi pertama yang diketahui tentang sebuah janin digambar oleh
Leonardo Da Vinci pada abad ke-15. Pada abad ke-2 Masehi, Galen menggambarkan
Plasenta dan membran fetal di bukunya yang berjudul ‘On the Formation of the
Fetus’. Mungkin, karena inilah para dokter pada abad ke-7 M kemungkinan besar
telah mengetahui bahwa embrio manusia berkembang di dalam uterus, namun tetap
saja tidak mungkin mereka mengetahui bahwa embrio tersebut berkembang secara
bertahap, walaupun Aristoteles telah menggambarkan tahap-tahap perkembangan
embrio ayam pada abad ke-4 sebelum masehi. Pemahaman bahwa embrio manusia
berkembang secara bertahap tidak dibahas dan diilustrasikan sampai abad ke-15.
Baru setelah Mikroskop
ditemukan pada abad ke-17 oleh Leueewenhoek, deskripsi tentang embrio ayam
dibuat, namun pengetahuan akan perkembangan embriologi manusia tidaklah
diketahui secara mendetail melainkan setelah abad ke-20 setelah Streeter (1941)
mengembangkan sistem pertama kali tentang tahap perkembangan embrio yang
kemudian digantikan oleh sistem yang lebih akurat yang dikemukakan oleh
O’Rahilly (1972).
B.
Gambaran Perkembangan Manusia dalam Ilmu
Embriologi
Proses pembentukan embrio pada manusia diawali dengan proses
senggama (koitus) antara pria dan wanita. Menurut Wikipedia, pada waktu
berhubungan cekcual seorang pria dapat mengeluarkan 300-400 juta sel sperma.
Namun dari sekian banyak sel sperma, hanya satu sel sperma yang dapat membuahi
sel telur. Sel telur yang telah dibuahi akan menjadi zigot dan menempel pada
dinding rahim. Setelah beberapa jam, zigot akan mengalami beberapa fase berikut
ini.
·
Fase
morulla. Dalam fase ini zigot membelah secara mitosis berturut-turut sehingga
menjadi 2-4-8-16 dan akhirnya 32 buah sel.
·
Fase
blastulla. Pada fase blastulla ditandainya dengan terjadinya pembentukan rongga
tubuh dan jaringannya.
·
Fase
gastrulla. Pada fase ini terjadi pembentukan 3 lapisan pada dinding rahim,
yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
Selanjutnya, zigot membentuk embrio yang diselubungi
oleh kantung kuning telur (bagian ini tidak berkembang pada janin manusia),
amnion, alantonis, dan korion. Setelah semua membran dan plasenta terbentuk,
maka embrio bisa disebut sebagai janin atau fetus. Janin memperoleh makanan dan
oksigen dari darah induk (ibunya) dan memberikan zat-zat sisa metabolisme ke
dalam darah ibu untuk dibuang.
Pada bulan pertama perkembangan embrio manusia
ditandai dengan alat-alat tubuh yang cukup penting telah mulai terbentuk dan
sudah mulai berfungsi walaupun belum sempurna. Kaki dan tangan belum terbentuk
pada bulan pertama usia kehamilan. Demikian pula otak janin masih berupa
gumpalan darah. Panjang embrio pada usia kandungan satu bulan sekitar 2.5
sampai 6 mm.
Berikutnya, pada bulan kedua usia kehamilan
embrio telah terbentuk kaki dan tangan, alat-alat kelamin bagian dalam, rangka
yang masih berupa tulang rawan, alat-alat bagian muka dan beberapa alat penting
yang lain. Panjang embrio pada usia kandungan dua bulan adalah antara 25 sampai
40 mm.
Pada bulan ketiga usia kehamilanan, hampir
seluruh alat tubuh secara lengkap telah terbentuk, termasuk alat kelamin luar.
Panjang janin pada fase ini sekitar 70 sampai 100 mm dan dapat dibedakan antara
janin laki-laki atau perempuan. Lalu pada bulan keempat kehamilan seorang
wanita, kondisi janin mulai terbentuk kulit, rambut, kelenjar keringat dan
kelopak mata. Gerakan janin sudah terasa oleh ibunya. Panjang janin saat itu
sekitar 145 mm.
Sejak minggu
ke-12 usia kehamilan seorang wanita, janin hanya mengalami pertumbuhan ke arah
membesar dan memanjang hingga menjelang kelahirannya. Secara normal, lama masa
kandungan manusia adalah 9 bulan lebih 10 hari. Pada waktu bayi lahir, ia
segera bernafas dengan paru-paru sehingga aliran darah dari plasenta terhenti.
Pernafasan tersebut biasanya diawali dengan tangisan.
C.
Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Perkembangan Manusia
1.
يَخْلُقُكُمْ فِيْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا
مِنْ بَعْضِ خَلْقٍ فِيْ ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ
Artinya : “………Dia menjadikanmu dalam
perut (uterus) ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan……” (QS Az-Zumar 39:6)
Maksudnya : Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut,
kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam
rahim.
2.
[23:14] Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
ِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَطٍ
أَمْشَاجٍ
Artinya : “Sesungguhnya kami menciptakan manusia dari
tetesan air yang bercampur.” (QS Al-Insan : 2)
3.
وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ
Artinya
: “dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, pengelihatan dan pemahaman
(hati)” (QS an-Nahl : 78)
4.
ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ
مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِمُخَلَّقَةٍ
Artinya : “Kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna” (QS Al-Hajj : 5)
5.
لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ
فِيْ الأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
Artinya
: “Agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan
di dalam rahim (uterus), apa yang kami kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan” (QS Al-Hajj : 5)
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Adapun skema penulisan karya tulis ini
dapat ditunjukkan bagan sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Metode Penelitian
Teknik
pengumpulan data diambil dari bebragai sumber yaitu artikel-artikel di
internet, buku literatur, jurnal, koran, dan beberapa makalah yang mendukung.
Data yang dikumpulkan mengenai mukjizat al-qur’an dilihat dari sudut pandang
perkembangan ilmu embriologi. Teknik pengolahan data menggunakan analisis data
kualitatif yaitu mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan melihat
bagaimana konsep-konsep yang muncul itu saling berkaitan dengan yang lainnya.
(Nana Syaodih Sukmadinata, 2006: 60).
BAB IV
PEMBAHASAN
C. Kesesuain Penafsiran
Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Perkembangan Manusia dengan
Perkembangan Ilmu Embriologi.
1.
يَخْلُقُكُمْ فِيْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْضِ خَلْقٍ فِيْ
ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ
Artinya : “Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu
kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.” (QS az-Zumar : 6)
Syaikh Ibnu Sa’di rahimahullahu menjelaskan
penafsiran ayat ini : “yaitu Alloh menciptakan kalian thur ba’da thur (tahap
demi tahap bentuknya), dan kalian dalam keadaan dimana tidak ada tangan satu
makhlukpun memegang kalian dan mata melihat kalian, dan Dia-lah Alloh yang
memelihara kalian di dalam tempat yang sempit tersebut (perut ibu, uterus), “dalam
tiga kegelapan” yaitu kegelapan perut [zhulmatul Bathni],
kegelapan rahim [zhulmatur rahmi] kemudian kegelapan tembuni/ari-ari [zhulmatu
masyimah].
Sains modern menjelaskan bahwa tahapan
perkembangan embrio di dalam uterus memang terjadi secara bertahap, bentuk demi
bentuk. Dan sains modern menjelaskan bahwa janin manusia berada pada tiga
lapisan, yaitu :
1. Dinding anterior abdomen
2. Dinding uterus
3. Membran Amniochorionic (lihat Gambar 1)
(Gambar 1. Gambar irisan sagital dari abdomen dan pelvis
(tulang kelamin) wanita menunjukkan janin di dalam uterus. Tiga kegelapan
tersebut adalah : (1) Dinding anterior abdomen, (2) Dinding uterus, dan (3)
Membran Amniochorionic.)
Penafsiran di atas tidak menyelisihi perkembangan ilmu emberiologi, dimana “tiga kegelapan” tersebut yang dijelaskan oleh Syaikh as-Sa’di
adalah sama dengan yang disebutkan di perkembangan ilmu
emberiologi.
Zhulmatul Bathni (kegelapan perut) bisa diinterpretasikan sama
dengan dinding anterior abdomen. Karena bathnun sama dengan abdomen. Zhulmatur
rahmi (kegelapan rahim) sama dengan dinding uterus, karena rahim
yang dimaksud adalah uterus. Zhulmatul Masyimah (kegelapan tembuni)
identik dengan membran amnichorionic.
2.
Artinya : “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS Al-Mu’minuun 23 : 13).
Syaikh
as-Sa’di rahimahullahu berkata : “Nuthfah adalah sesuatu yang
keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan kemudian menetap
di “tempat yang kokoh” yaitu rahim, yang memeliharanya dari rusak,
cedera dan selainnya.”
Sesuatu yang keluar dari sulbi laki-laki adalah
spermatozoa dan yang keluar dari wanita adalah ovum. Lantas keduanya bercampur
sebagaimana dalam firman Alloh Ta’ala :
إِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَطٍ أَمْشَاجٍ
“Sesungguhnya kami menciptakan manusia dari
tetesan air yang bercampur.” (QS Al-Insan : 2)
Campuran keduanya ini membentuk zigot yang
membelah diri membentuk blastocyst yang tertanam secara kuat di uterus (tempat
yang kokoh). (Gambar 2)
Gambar 2 : Blastocyst yang
tertanam dalam uterus
3.
ثُمَّ خَلَقْنَا النُطْفَةَ عَلَقَةً
“Kemudian nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqoh”
(QS Al-Mu’minun : 14)
Kata ‘Alaqoh dari sisi bahasa Arab
bermakna 3, yaitu :
1. Bermakna lintah.
2. Bermakna sesuatu yang tergantung.
3. Bermakna segumpal darah.
Tiga makna yang terkandung di dalam kata ’Alaqoh
ini tidak ada yang menyelisihi fakta perkembangan ilmu
emberiologi sedikitpun.
‘Alaqoh bermakna sebagai lintah, Ini
adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia sejak berusia 1-24 hari ketika
menempel di endometrium pada uterus, serupa sebagaimana ‘lintah’ menempel di
kulit. Serupa pula dengan ‘lintah’ yang memperoleh darah dari inangnya, embrio
manusia juga memperoleh darah dari “endometrium deciduas” saat hamil. Hal ini
sangat luar biasa bagaimana embrio yang berumur 23-24 hari bisa menyerupai
seekor lintah (Gambar 3). Selama mikroskop dan lensa belum ditemukan pada abad
ke-7, para dokter tidak akan tahu bahwa embrio manusia memiliki penampakan
seperti lintah.
Ketika membandingkan lintah air tawar dengan
embrio pada tahap ‘alaqoh, Profesor Moore, seorang profesor Emeritus
ahi anatomi dan embriologi dari Universitas Toronto Kanada, menemukan kesamaan
yang banyak pada keduanya. Beliau berkesimpulan bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh
memiliki penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Profesor Moore lantas
menempatkan sebuah gambar embrio dan lintah bersebelahan.
Gambar
3. Bagan yang menggambarkan kemiripan dalam hal penampilan antara lintah dan
embrio manusia pada fase 'alaqah. (Dari Human Development as Described in the
Quran and Sunnah, Moore dkk. hal. 37. Digubah dari Integrated Principles of
Zoology, Hickman dkk. Gambar embrio dari The Developing Human, Moore dan
Persad, ed. 5, hal. 73)
Arti kedua, ‘alaqoh adalah ‘sesuatu
yang tergantung’, dan hal ini adalah apa yang dapat kita lihat pada
penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap ‘alaqoh. Dan ini adalah
suatu fakta ilmiah.
Gambar
4. Kita dapat melihat pada bagan ini bagaimana embrio pada fase 'alaqah
bergantung dan menempel di dalam rahim (uterus) sang ibu. (The Developing
Human, Moore dan Persaud, ed 5, hal 66)
Gambar
5. Pada fotomikrograf ini kita dapat melihat bergantungnya embrio (panah B)
pada fase 'alaqah (sekitar umur 15 hari) di dalam rahim sang ibu. Ukuran
sebenarnya dari embrio ini adalah sekitar 0.6 mm. (The Developing Human, Moore,
ed. 3, hal. 66, dari Histology, Leeson dan Leeson)
Arti ketiga adalah ‘segumpal darah’. Hal
ini signifikan untuk mengamati sebagaimana pernyataan Profesor Moore, bahwa
embrio selama tahap ‘alaqoh mengalami peristiwa internal yang sudah
dikenal, seperti pembentukan darah pada pembuluh tertutup, sampai siklus
metabolisme selesai di plasenta. Selama tahap ‘alaqoh, darah ditangkap
di dalam pembuluh tertutup dan inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan
seperti gumpalan darah.
Gambar 6. Bagan sistem peredaran darah primitif pada embrio dalam
fase 'alaqah. Penampilan luar dari embrio dan kantungnya mirip dengan gumpalan
darah karena adanya darah yang relatif banyak di dalam embrio. (The Developing
Human, Moore, ed. 5, hal. 65)
4.
ثُمَّ خَلَقْنَا العَلَقَةً مُضْغَةً
“Kemudian
‘alaqoh itu kami jadikan mudhghoh” (QS Al-Mu’minun : 14)
Kata Mudghah bermakna “substansi yang dikunyah atau gumpalan yang dikunyah”.
Akhir minggu ke empat, embrio manusia tampak seperti gumpalan yang dikunyah
atau daging. Penampakan kunyahan menunjukkan dari somit yang menyerupai tanda
gigi. Somit merepresentasikan permulaan primordia dari vertebrae.
Gambar 6. Ketika membandingkan
tampilan embrio pada fase mudghah dengan permen karet yang dikunyah, ditemukan
persamaan antara keduanya. A). menggambarkan embrio pada fase mudghah. Kita
menemukan somit pada bagian belakang embrio seperti bekan kunyahan gigi. (The
Developing Human, Moore and Persaud, 5th ed., p. 79.). B) Gambaran
sepotong permen karet yang dikunyah
5.
ثُمَّ أَنْشَأْنَاُه خَلْقًا ءَاخَرَ
“Kemudian
kami jadikan mudghoh itu ‘idhoman (tulang belulang), lalu tulang belulang itu
kami bungkus dengan lahma (daging/otot)” (QS Al-Mu’minun : 14)
Ayat di atas mengindikasikan bahwa setelah tahap mudhghoh,
tulang belulang dan otot terbentuk. Hal ini sesuai dengan perkembangan
embriologi. Pertama tulang terbentuk sebagai model kartilago (tulang rawan) dan
otot (daging) berkembang menyelimutinya dari mesodermal somatik.
6.
ثُمَّ أَنْشَأْنَاُه خَلْقًا ءَاخَرَ
“Kemudian
kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain” (QS Al-Mu’minun : 14)
Ayat
di atas mengimplikasikan bahwa tulang dan otot menghasilkan bentukan/formasi
makhluk dengan bentuk yang lain. Hal ini bisa mengacu pada manusia yang masih
berupa embrio yang terbentuk di akhir minggu ke delapan. Pada tahap ini, embrio
memiliki karekteristik khusus dan memiliki primordia (bakal) seluruh organ dan
bagian-bagiannya baik internal maupun eksternal. Setelah minggu ke delapan,
embrio ini disebut fetus. Hal ini menjadikannya sebagai makhluk yang baru yang
berbentuk lain. Maha Suci Alloh, Pencipta yang paling baik.
7.
وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ
“dan
Ia menjadikan bagimu pendengaran, pengelihatan dan pemahaman (hati)” (QS
an-Nahl : 78)
Ayat
di atas mengindikasikan bahwa indera khusus seperti pendengaran, pengelihatan
dan peraba berkembang pada tahap ini, adalah benar. Primordia (bakal) telinga
internal nampak sebelum permulaan perkembangan mata, dan otak (tempatnya
pemahaman) berdiferensiasi terakhir kali.
8.
ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِمُخَلَّقَةٍ
“Kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna” (QS Al-Hajj : 5)
Penggalan ayat di atas mengindikasikan bahwa
embrio tersusun atas jaringan yang berdiferensiasi (sempurna kejadiannya) dan
jaringan yang tak berdiferensiasi (tidak sempurna). Sebagai contoh, ketika
tulang kartilago (rawan) berdiferensiasi, jaringan ikat embrio atau mesenkim
yang menyelubunginya tak berdifirensiasi. Ia akan berdiferensiasi kemudian
menjadi otot dan ligamen yang menempel di tulang. Dan ini adalah suatu fakta
ilmiah yang tak terbantahkan.
9.
لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِيْ الأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ
مُسَمًّى
“Agar
kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan di dalam rahim (uterus), apa yang kami
kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan” (QS Al-Hajj : 5)
Penggalan
ayat di atas menyatakan bahwa Alloh telah menetapkan dan menentukan embrio di
dalam uterus sampai masa penuhnya (kehamilan 9 bulan). Hal ini juga diketahui
secara jelas bahwa banyak embrio gagal berkembang selama bulan pertama
perkembangannya, dan hanya sekitar 30% zigot yang terbentuk, berkembang menjadi
fetus yang selamat hingga kelahiran.
D. Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dalam perkembangan ilmu
embriologi
Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan
untuk seluruh alam semesta. Allah berfirman di dalam Qur’an : “Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan,
melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (al-Anbiya’ 21 :
107). Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah utusan Allah untuk masyarakat Badui di gurun pasir sebagaimana
beliau pula adalah utusan Allah bagi para saintis hari ini di laboratorium
modernnya. Beliau adalah utusan Allah kepada seluruh manusia untuk segala
zaman. Sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiap Rasul diutus
khusus untuk kaumnya: “Dan bagi tiap-tiap kaum ada yang memberi petunjuk”
(QS ar-Ra’du 13 : 7).
‘Risalah’ Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk seluruh manusia dan Allah memberikan
bukti bagi ‘Risalah’ Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebuah bukti
yang berbeda dengan bukti-bukti yang diberikan kepada rasul-rasul sebelumnya.
Bukti-bukti rasul terdahulu hanya dapat dilihat oleh orang-orang semasanya,
yang didukung dengan mukjizat, untuk menyadarkan keimanan kaumnya. Namun,
karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditakdirkan untuk menjadi
Nabi terakhir hingga hari pembalasan, Allah menganugerahkan kepada beliau
mukjizat abadi sebagai bukti kenabiannya.
Jika kita bertanya kepada orang yahudi atau kristen untuk menunjukkan mukjizat
Nabi Musa atau Isa, alaihima as-Salam, mereka akan menyampaikan bahwa tidak ada
kuasa bagi manusia untuk meredemonstrasikan kembali mukjizat-mukjizat itu lagi
sekarang. Tongkat Musa takkan bisa diciptakan lagi demikian halnya Isa takkan
bisa lagi dimintai tolong untuk membangkitkan manusia dari kematian. Bagi kita,
pada hari ini, mukjizat-mukjizat ini tiada lain hanyalah berita sejarah. Namun jika
seorang Muslim ditanya mengenai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, dia dapat secara langsung menunjukkannya, yakni al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah mukjizat yang ada pada kita hingga saat ini. Al-Qur’an adalah
kitab yang terbuka bagi siapa saja untuk memeriksa isinya.
Allah berfirman di dalam al-Qur’an :
“Katakanlah: Siapakah yang lebih kuat persaksiannya? Katakanlah,
Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Qur’an diwahyukam kepadamu
supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang
sampai al-Qur’an kepadanya.” (QS al-An’am 6 : 19)
Sifat al-Qur’an yang menakjubkan terbaring pada ilmu pengetahuan yang
dikandungnya, Allah yang Maha Agung berfirman, “Tetapi Allah mengakui
al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkan dengan ilmu-Nya, dan
malaikatpun menjadi saksinya” (QS an-Nisaa’ 4 : 166)
Oleh karena itu, para saintis dan pelajar kontemporer kita, profesor dari
segala universitas yang menjadi pemimpin pengetahuan manusia, memiliki
kesempatan untuk memeriksa pengetahuan yang ditemukan di dalam Kitabullah. Pada
saat ini, para saintis telah mengungguli di dalam penemuan alam semesta,
walaupun al-Qur’an telah mendiskusikan alam semesta dan perkembangan manusia jauh
sebelumnya.
Terutama
dalam menjelaskan masalah perkembangan manusia yang berkaitan dengan
perkembangan ilmu embriologi, saat ini Al-Qur’an telah menjadi sumber
inspirasi. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dan penyakuan dari dua tokoh
ilmuan dunia dengan bidang spesialisasi ilmu embriologi :
1.
Profesor
Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis anatomi dan embriologi terkemuka di
dunia.
Profesor Moore adalah penulis sebuah buku yang berjudul “The Developing
Human”. Beliau adalah Profesor Emeritus Anatomi dan Biologi Sel pada
Universitas Toronto, Kanada, dimana beliau pernah menjadi Kepala Dekan Sains
Dasar di Fakultas kedokteran dan selama 8 tahun beliau menjadi Kepala
Departemen Anatomi. Dr. Moore sebelumnya juga mengajar di Universitas Winnipeg,
Kanada selama 11 tahun. Beliau telah mengepalai banyak asosiasi internasional
anatomis dan dewan Persatuan Sains Biologi. Profesoor Moore juga pernah
terpilih menjadi anggota Royal Medical Association di Kanada, di Akademi
Sitologi Internasional, Perhimpunan Anatomis Amerika dan Perhimpunan Anatomis
Amerika Utara dan Selatan. Tahun 1984, beliau menerima penghargaan istimewa di
bidang anatomi di Kanada, yaitu J.C.B. Grant Award dari Asosiasi Anatomis
Kanada. Beliau telah mempublikasikan
banyak buku pada bidang ilmu kesehatan anatomi dan embriologi, delapan diantara
buku-bukunya digunakan sebagai referensi di sekolah-sekolah kedokteran dan
telah diterjemahkan ke dalam 6 bahasa.
Dalam suatu
konferensi, Profesor Moore memberikan
analisanya terhadap ayat-ayat Qur’an dan pernyataan Nabi. Beliau bertanya-tanya,
bagaimana mungkin Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 14 abad yang
lalu, dapat memaparkan embrio dan fase perkembangannya secara mendetail dan
akurat, dimana para saintis telah mengetahuinya hanya pada akhir abad ketiga
belas. Dengan
sangat cepat ketakjuban Profesor Moore tumbuh menjadi kekaguman terhadap wahyu
dan bimbingan ini. Beliau memperkenalkan pandangan-pandangan ini ke dalam
intelektualitas dan siklus saintifis. Beliau juga memberikan kuliah terhadap
kesesuaian modern embriologi dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, dimana beliau
menyatakan :
“Sungguh menyenangkan sekali bagiku untuk membantu
menjelaskan pernyataan mengenai perkembangan manusia di dalam al-Qur’an. Sangat
jelas bagiku bahwa pernyataan-pernyataan ini pasti datang kepada Muhammad dari
Allah, karena hampir seluruh pengetahuan ini belum diketemukan hingga beberapa
abad kemudian. Hal ini membuktikan kepadaku bahwa Muhammad pasti adalah seorang
utusan Allah.”
Saintis embriologi terkemuka dan terhormat ini
telah menyatakan studinya mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan
disiplin ilmunya, dan beliau menambahkan referensi
Al-Qur’an dalam buku “The
Developing Human” edisi ketiga yang
ditulisnya telah
diterjemahkan ke dalam 8 bahasa. Buku
ini memiliki distribusi sedunia dan dibaca oleh saintis terkenal sedunia.
Berikut
sedikit penggalan isi buku “The
Developing Human” edisi ketiga yang memuat
referensi dari Al-Qur’an :
“Pertumbuhan sains sangat lemah selama periode pertengahan, dan sangat
sedikit investigasi embriologi yang dikerjakan selama masa ini dan ini ma’lum
bagi kita. Disebutkan di al-Qur’an, kitab suci ummat muslim, bahwa manusia
dihasilkan dari sekresi pria dan wanita yang bercampur. Beberapa perujukan
dibuat tentang penciptaan manusia sejak dari setetes sperma, dan hal ini juga
menunjukkan bahwa organisme yang terbentuk bertempat di tubuh wanita seperti
sebuah biji/benih, 6 hari setelah permulaannya (blastocyst manusia mulai
tertanam sekitar 6 hari setelah fertilisasi. Lihat gambar 3)”
Gambar 3 : Blasticyst yang tertanam dalam uterus
“al-Qur’an juga menyatakan bahwa tetesan sperma berkembang menjadi gumpalan
darah yang membeku/didih. (sebuah blastocyst yang tertanam atau gagal/gugur
secara spontan berbentuk seperti didih/darah yang membeku). Perujukan juga
menunjukkan penampakan embrio seperti lintah. Embrio menyerupai seekor lintah,
atau penghisap darah, pada penampakannya. Embrio juga dikatakan menyerupai
substansi yang dikunyah seperti getah atau kayu. (Somit sedikit mirip dengan
bekas gigitan pada sebuah substansi yang dikunyah. Lihat gambar 5)
Terinspirasi
dari yang tertulis di dalam Al-Qur’an. Profesor Moore berkonklusi bahwa klasifikasi modern tentang tahap
perkembangan embrionik, yang telah diadopsi di seluruh dunia, tidaklah mudah
ataupun komprehensif. Hal ini tidaklah memberikan kontribusi terhadap pemahaman
mengenai tahapan perkembangan embrionik karena tahap-tahap tersebut berdasarkan
bentuk numerik, yaitu, tahap 1, tahap 2, tahap 3, dst. perkembangan embrionik
yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an tidaklah bergantung pada sistem
numerik. Perkembangan
embrionik yang ada di Qur’an berdasarkan pada pengidentifikasian bentuk dan
ukuran yang terang dan mudah.
Al-Qur’an mengeidentifikasikan tahapan perkembangan prenatal sebagai
berikut:
·
Nuthfah, yang berarti “setetes” atau “sejumlah kecil air”
·
‘Alaqoh yang berarti “struktur seperti lintah”
·
Mudghah yang berarti “struktur bekas kunyahan”
·
‘Idhaam yang berarti “tulang” atau “rangka”
·
Kisaa
al-‘Idham bil laham, yang
bermakna membungkus tulang dengan daging atau otot.
·
An-Nasy’a yang berarti “formasi/pembentukan fetus yang
sudah jelas”
Prof Moore mengakui bahwa perkembangan embrionik versi Qur’an ini benar-benar berdasarkan pada
fase yang berbeda pada perkembangan prenatal. Beliau telah menggarisbawahi
bahwa deskripsi saintifis yang elegan ini lebih komprehensif dan praktis.
2.
Dr. G.C.
Goeringer, Direktur mata kuliah dan Profesor luar biasa Kesehatan Embriologi
pada Jurusan Biologi Sel, Fakultas Kedokteran, Universitas Georgetown,
Washington D.C.
Dalam Konferensi Medis Saudi ke-8. Beliau menyebutkan
di dalam studinya mengenai dasar ketaktahuan manusia terhadap fase-fase (yang
terjadi pada embrio). Beliau juga mendiskusikan kekomprehensivitasan dan
kepresisian istilah al-Qur’an dalam menjelaskan perkembangan fetus dengan
pemaknaan istilah yang ringkas dan komprehensif yang membawa kepada pencapaian
kebenaran lebih jauh. Mari kita mendengarkan Prof Goeringer yang beliau
jelaskan dalam opininya:
“Di dalam
beberapa ayat yang bekaitan, mengandung deskripsi yang jauh lebih komprehensif
mengenai perkembangan manusia semenjak masa percampuran gamet hingga fase
organogenesis. Tak ada yang seterang dan sekomplit riwayat mengenai
perkembangan manusia dalam hal klasifikasi, terminologi dan deskripsi yang
eksis sebelumnya. Kebanyakan, jika bukan seluruhnya, misalnya, deskripsi ini
mendahului berabad-abad periwayatan mengenai tahapan yang berbeda embrio
manusia dan perkembangan fetus yang dicatat di dalam literatur saintifis
tradisional.
Dari
pengakuan dua ilmuan dunia diatas, dapat disimpulkan bahwa
a.
Ayat-ayat
al-Qur’an menjadi dikenal di kalangan ilmuwan terkenal dan saintis agama kita
dan generasi berikutnya. Allah telah
mengehendaki bahwa akan ada waktu dimana kemajuan saintifis dan penemuan-penemuan yang akan
menyediakan bukti-bukti dari mukjizat Al-Qur’an. Sains
takkan pernah kosong dari keajaiban al-Qur’an.
Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia)
kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS Saba’ 34:6).
Allah juga berfirman, Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul)
ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui. (QS Al-An’am 6:67)
Dan ia juga berfirman, Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) kami di seluruh ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka baha al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak
cukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Ia menyaksikan segala sesuatu? (QS Fushshilat 41:53).
b.
Dua tokoh diatas mengakui bahwa
pengklasifikasian perkembangan
embrionik ada di Qur’an berdasarkan identifikasi bentuk dan ukuran yang terang dan mudah dan pemaknaan istilah yang
ringkas dan komprehensif dapat dijadikan sumber
inspirasi bagi perkembangan ilmu embriologi lebih lanjut.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
3.
Berdasarkan penafsiran
ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkembangan manusia dengan dibanding dengan
perkembangan ilmu embriologi, terdapat kesesuaian antara keduanya yang salah
satunya dibuktikan dengan pengakuan Profesor
Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis anatomi dan embriologi terkemuka di
dunia dalam dalam buku “The Developing Human” edisi ketiga yang
ditulisnya telah
diterjemahkan ke dalam 8 bahasa dan didistribusi sedunia dan dibaca oleh saintis
terkenal sedunia.
4.
Al-Qur’an dapat dijadikan
sumber inspirasi dalam perkembangan ilmu emberiologi salah satunya dalam hal pengklasifikasian
perkembangan embrionik ada di Qur’an berdasarkan identifikasi bentuk dan
ukuran yang terang dan mudah dan pemaknaan istilah yang ringkas dan komprehensif dibandingkan dengan pengklasifikasi
dalam perkembangan ilmu embriologi modern tentang tahap perkembangan embrionik, yang
telah diadopsi di seluruh dunia, tidaklah mudah ataupun komprehensif.
B.
Saran
1.
Perlunya peningkatan dalam
pengkajian ilmu pengetahuan yang terkandung dalan Al-Qur’an, contohnya tentang
perkembangan manusia yang dikaitkan dengan perkembangan ilmu embriologi,
sehingga penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an ini dapat dilakukan secara penuh dan
optimal dan dapat dibandingkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
2.
Al-Qur’an dapat dijadikan
sebagai sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
sudah sepatutnya ilmuwan saat ini, khususnya ilmuwan muslim lebih menggali ilmu
pengetahuan dengan merujuk pada Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Ibrahim. 1997. A Brief of Ilustrated Guide to Understanding Islam.
Diambil pada tanggal 13 Oktober 2012 dari: www.islam-guide.com/truth.
2. Ibnu Burhan. 2009. Sebuah
Interpretasi Terhadap Perujukan Embriologi Di Al-Qur’an.
pada tanggal 13 Oktober 2012 dari:
4. Moore and Persaud. The
Developing Human 3th ed.
5. Moore and Persaud. The
Developing Human 5th ed.6.
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
7. Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.