Ku menangis keluar dari tubuhnya
ia tersenyum menahan sakit
Ku berteriak ia tak dekat aku
Ia segera beranjak dari kantuknya
Ku memekik ketika haus dan lapar
Ia rela menyerahkan nutrisi tubuhnya
Ku kencing atau buang air di celana
Ia tak jijik dan tak memarahiku
Ku menjalani hari-hari disela pertumbuhanku
Ia rela menjagaku, membimbing bagai peri penyelamat, malaikatku
Ku terluka, sakit, demam, influenza
Ia cemas, takut, segera memburu obat di manapun itu, ia tak pikir lagi dirinya
Ku nakal, pukul dirinya, beronta padanya
Ia sabar, tabah, sedikit memarahiku namun diselingi nasehat dan kata mutiara
Ku ingin ini, ingin itu, apapun itu
ia berusaha sekuat tenaga menenuhinya, mengorban jiwa, raga, tenaga bahkan menjadi wanita perkasa, ibu perkasa
When I’m teen...
Ia tetap kuat, sekuat dulu, bahkan lebih kuat
Ia tetap baik, lembut seperti dulu
Ia tetap cinta, sayang aku
Ia tetap berusaha memenuhi asaku
Ia tetap mengajariku bagaimana semua
Ia tetap tabah dan sabar melihat sikapku
Ia tetap menasehati bukan memaki
...........
Suatu hari....
Ku mendekati
tubuh yang mulai renta,
kulit yang mulai keriput,
ia duduk termenung
Di dekat jendela itu, Air membasahi bumi
Aku mendekat, lebih mendekat
Mukanya sembab, matanya merah
Ibu, kenapakah ibu?, salahkah aku?
Ia hanya bilang, air hujan membasahi pipinya
Ku segera memeluk tubuhnya erat-erat
Aku hanya ingin ibu katakan saja, aku tahu
Ku tak ingin ibu lemah karena beban itu
Berikan padaku, aku tak ingin ibu mengembannya sendiri lagi
Ku berbisik, Maafkan aku ibu, Terimakasih untuk semua, Aku sayang ibu
Ya Allah, cintailah ibu melebihi cintanya padaku
Blog ini berisi semua tentang perjalanan. Apakah menyenangkan? Apakah melelahkan? Apakah membutuhkan perjuangan?
Sabtu, 17 Desember 2011
Ibu, Jasamu tak kan terganti
oleh Nur Fazlina pada 17 Desember 2011 pukul 17:45
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar