oleh : Nurfazlina
Kekasihku…
Sungguh aku rindu karena sudah setahun
kita tak bertemu,
Sungguh aku masih ingat masa-masa satu
tahun lalu,
Sungguh aku akan bersyukur jika aku masih
bisa bertemu denganmu,
Sungguh aku akan bahagia jika masih bisa
bersamamu ,
Sungguh aku tak ingin menyia-nyiakanmu
Sungguh aku akan menyambutmu, menemanimu,
mengisi hari-hari bersamamu.
Kekasihku…
Alhamdulillaah,
Allah mengijinkanku untuk bertemu
denganmu lagi tahun ini,
Allah memberiku kesehatan untuk
menyambutmu,
Allah memberiku ni’mat untuk menemanimu,
mentraktirmu sahur dan berbuka, mengulang bahkan berusaha lebih beribadah
bersamamu.
Kekasihku…
Aku masih ingat satu tahun lalu bersamu,
Dipagi buta, ku bangun bersama keluarga
atau terkadang sendiri untuk sahur,
Ku melahap rezeki dariNya walau terkadang
nafsu makanku mulai hilang, mungkin karena kantuk,
Mata ini berusaha untuk terbuka dengan
terkadang hati ini kesal karena ingin tidur,
Atau aku tertidur tak bisa sahur atau
memilih tak bangun karena enaknya tidur,
Tak beberapa menit kemudian, imsakpun
mulai menyapa,
Ku teguk air agar tak haus disiang hari
dan agar pencernaan itu lancar,
Sebenarnya aku ingin mengaji seperti
muslimah lain untuk menunggu azan atau bersegera wudhu’ untuk ke mesjid, namun
terkadang mata memilih untuk menutup dan betapa enaknya tubuh ini ditutupi
selimut.
Tapi aku bersyukur, kali ini tubuh bisa
menghirup udara subuh yang bersih dengan bergegas menuju mesjid
Kemudian usai subuh bersiap kembali
kerumah untuk tidur lagi atau untuk bersiap ke sekolah, kampus, atau kerja.
Dari terbit fajar hingga terbenam
matahari, qiyam itu ku jalani,
Terkadang lapar, haus, emosi, nafsu, dan
lelah mengganggu,
Namun, ibadah harus tetap ku jalani untuk
membahagiakanmu,
Dalam Dhuhaku, Tadarusku, Zhuhurku,
Zikirku, Asharku, Kerjaku, Sekolahku, Kuliahku ku abdikan hanya karena aku
bahagia menyambutmu, bahagia atau berkah yang kali ini kau beri untukku, karena
kau menjanjikan hadiah yang indah, cantik, dan berlipat yaitu pahala, syurga,
dan ampunan dosa.
Tak Terasa, Sirine atau bedukpun
berbunyi, aku bersyukur masih bisa melahap rezeki dari Allah dengan secukupnya
tak lebih jadi nafsu karena maghrib telah menantiku,
Terkadang makan dulu atau menunda untuk
makan karena ingin secepatnya ke mesjid, isya, taraweh, witir, mendengar
ceramah, mengunjungi rumah Allah,
Pulang malam memang melelahkan dengan mata
mulai mengantuk tapi bintang di langit sungguh memelekkan mata,
Sampai rumah, Tubuh lansung menuju kasur
atau memilih membaca Al-qur’an atau memilih makan.
Aku selalu berdo’a agar terbangun di
tengah malam untuk tahajud, bermunajat padaNya,
Aku ingin mencari lailatulqadarNya,
Hingga sahurpun lagi-lagi datang.
30 haripun berlalu,
Sungguh aku bahagia karena idul fitri
akan datang
Tetapi aku sedih karena dirimu akan pergi
dari hatiku, dari hariku, kerena mungkin saja tahun depan kita tak lagi bertemu.
Aku menyesal karena terkadang aku
mengecawakanmu 30 hari lalu, tidak benar-benar memanfaatkan waktu bersamamu,
Aku selalu berusaha agar kepergianmu
mengajarkanku untuk menunggumu dengan istiqamah beribadah, mempercantik iman
ini,
Aku selalu berdo’a agar masih bisa
bertemu denganmu lagi dan tak menyia-nyiakanmu lagi karena mungkin saja mati
lebih dahulu menjemputku sebelum kamu datang lagi dan kita bersama lagi.
Kekasihku…
Allah mendengar do’aku,
Aku bisa bertemu denganmu lagi, memulai
kebersamaan kita lagi 30 hari kedepan,
Aku berikhtiar agar kita bisa bersama
dalam ibadah pada Allah, dalam haru karena pahala, ampunan dosa dan syurga
telah menunggu, dalam indahnya ukhuwah dan cinta Allah,
Aku berikhtiar agar sahur dengan syukur
dan lahap bersamamu Ramadhan,
Agar shalat wajib, shalat sunnah, dan
shalat malam itu tak bolong lagi seperti donat,
Agar tadarus dan Al-qur’an itu menemaniku,
Agar zikir senantiasa menemani dalam
bekerja, kesawah, ke pasar, ke kampus, ke sekolah,
Agar berbuka dengan sederhana dan dalam
syukur,
Agar ceramah ustad di mesjid, ceramah
ustad maulana, ceramah mamah dedeh, yusuf mansur, dll bisa ku dengar dan
memperbaiki ibadahku,
Agar zakat, infak, dan sedekah bisa ku
tunaikan karena harta ini milik Allah, karena saudaraku yang tak beribu,
berayah, yang cacat, yang tak punya rumah, yang hari ini tak bisa makan, yang
hari ini tak punya baju, yang hari ini ditimpa bencana dan musibah bisa
tersenyum dan juga beribadah pada Allah
Agar lailatulqadar menjadi hadiah bertemu
dengamu, Ramadhanku.
Kekasihku…
Ramadhanku…
Bersamamu aku beribadah padaNya, bermohon
syurgaNya, takut nerakaNya.
Kekasihku…
Ramadhanku…
Ternyata, tak terasa 30 hari pun berlalu,
Dalam takbir berkumandang, kau beranjak
meninggalkanku lagi dan lagi,
Ku hanya mencatat dan menyimpan kenangan
bersamamu satu bulan lalu, Ramdhan 1433 H
Beberapa ikhtiar diatas mungkin telah
terpenuhi,
Tapi, bersamamu tak kan terganti bahkan
aku merasa merugi,
Aku masih ingat hari jum’at atau sabtu,
ku memulai berpuasa,
Alhamdulillaah bisa sahur dan berbuka
bersama keluarga untuk setengah ramadhan awal,
Menjahit, memasak, menjalani aktivitas
bersama mama
Malamnya, pergi taraweh juga bersama mama,
6 Agustus 2012, ku memulai sahur sendiri
di kamar kos. Tak ada lagi canda tawa mama, papa, zikri, dan abang,
Paginya, memulai aktivitas kuliah yang
tetap saja padat walau sedang berpuasa,
Tapi, Ramdhan tahun ini sungguh berbeda,
tak hanya menjadi Pencari Ta’jil Gratis dengan ikut ngabubutir bareng Al-Qur’an
di mesjid kampus, namun juga menjadi Penyedia Ta’jil Gratis bersama kakak-kakak
dan teman-teman akhwat lainnya, sungguh menyenangkan,
Malam minggu pun menjadi tak terlupakan,
i’tikaf pertama dan satu-satunya yang bisa ku jalani di mesjid Semen
Padang karena begitu padatnya agenda. Subhanallaah, tangisan pecah saat tahajud
bersama,
Minggu malam menyusul dengan cerita
bersama saudara-saudari yang sudah tak berayah dan beribu. Hatiku pilu ketika
mimpi-mimpi mereka diucap dengan yakin, hatiku pilu ketika tubuh-tubuh kecil
itu patuh pada pembinanya, apakah mereka mengerti dan sadar bahwa mereka hanya
sebatang kara? Namun, senyum mereka masih ada dan optimis, Semoga banyak
donatur yang sadar bahwa mereka ada.
Hari-hari mendekati kepergian Ramadhan
menjadi biasa-biasa saja, dengan rutinitas ibadah yang diusahakan tak bolong,
Aku ingin i’tikaf lagi, tapi tugas kuliah
menggunung mendekati liburan, agenda if’thor jama’i pun ada setiap hari, bahkan
nenekpun mengundang untuk bersilaturrahmi, semoga ramdhan depan bisa i’tikaf
lagi. Amiin Ya Rabb.
Kini, ramadhan telah benar-benar pergi,
ku berharap semoga amal ibadahku di ramadhan tahun ini diterima disisiNya walau
tak sempurna dan tak luarbiasa, ku berharap bisa istiqamah beribadah padaNya
dalam penantian menunggu Ramadhan depan, Kekasih yang begitu didamba.